PDP 03|| PONDOK PESANTREN AZ-ZIKRI

199 35 22
                                    

HIU HIU HIU!!

Aya updet lagi nih, suka?

Jangan lupa vote dan comennya!!

Bila ada yang typo bisa diingatkan

Happy reading💗

Bismillah

***

"Baru pulang?" tanya Rudi yang sejak tadi menunggu Rayen pulang.

Selepas aksi Rayen pada malam itu Rayen tidur di rumahnya sendiri dan baru pulang pagi ini. Rayen tidak mau pulang kerumah papanya karena Rayen tahu papanya berada di rumah dan Rayen malas bertegur sapa dengan Rudi.

Rudi berdiri dan mengambil kunci mobil. Pakaian Rudi kali ini berbeda dari hari-hari biasa. Rudi mengenakan baju koko, karena Rayen dan dia akan kepesatren tentunya penampilan Rudi harus sopan.

Rudi telah memikirkan ini matang-matang. Hubungannya dengan sang anak kemungkinan besar akan semakin renggang, tapi Rudi tidak peduli. Rudi hanya ingin yang terbaik untuk sang anak dan hanya ini yang bisa dia berikan. Selama Rayen tumbuh besar Rudi tidak bisa menemani dan menikmati momen bersama. Anggap saja ini sebagai permohonan maaf atas kesalahannya.

"Kita berangkat."

"Mbok, udah belum?" tanya Rudi dengan pelan namun terdengar oleh Mbok Nah. Mbok Nah lebih tua dari Rudi sudah seharusnya Rudi menghormati Mbok Nah.

"Sudah Tuan." Terlihat Mbok Nah menghampiri mereka dengan gamis lengkap dengan kerudung. Mbok Nah akan ikut menghantarkan Rayen kepesatren.

Semenjak peristiwa Mama Rayen wafat, Mbok Nah lah satu-satunya wanita yang dekat dengan Rayen. Mbok Nah pula telah mengganggap Rayen sebagai cucunya. Jadi, Mbok Nah ingin melepas kepergian Rayen untuk kali ini.

Rayen diam menyaksikan Rudi dan Mbok Nah berinteraksi. Mereka mengambil koper yang sudah dipersiapkan oleh Mbok Nah dan mereka berangkat kepesantren menggunakan mobil.

Diperjalanan, Rayen diam mendengar pembicaraan Mbok Nah dengan Rudi sesekali. selepas itu Rayen fokus ke sekeliling ternyata di sekeliling terdapat banyak pepohonan. Bahkan beberapa kali Rayen melihat burung-burung kecil berada di ranting pohon. "Daerah ini masih asri," pikir Rayen.

"Papa harap saat kamu berada di pesatren kamu tidak membuat masalah," kata Rudi mulai membuka topik antaranya dengan sang anak.

Rayen diam tidak menanggapi, bagi Rayen itu hanya sebuah kata-kata basi dan Rayen tidak memerlukan itu.

"Di pesantren jaga diri baik-baik, jangan lupa makan, karena–"

"Nggak perlu lo ingetin gue udah tau," potong Rayen tidak suka arah pembicaraan mereka.

Saat Rayen kehilangan mamanya dimana Rudi saat itu? Saat Rayen membutuhkan pundak untuk bersandar, saat Rayen membutuhkan support dari papanya, Diamankan Rudi saat itu? Dia lebih mementingkan pekerjaan dari pada Rayen. Hari-hari Rayen tidak terpenuhi dengan adanya perintah makan dari sang papa, lalu untuk apa Rudi tiba-tiba mengucapkan itu? Selama ini pula, Rayen masih bisa hidup tanpa adanya kata itu.

Rudi menghembuskan napas, "Papa dapet rekomendasi dari temen deket Papa beberapa bulan lalu. Katanya, pondok itu moderen. jadi, kamu tidak akan terlalu susah beradaptasi dengan lingkungan," kata Rudi mulai membuat topik baru lagi.

Rudi tahu anaknya tidak akan menyahuti ucapannya tapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Rudi hanya ingin menjadi papa yang pantas untuk Rayen di detik-detik terakhir sebelum mereka terpisah semakin jauh. "Harapan Papa setelah kamu masuk pesantren kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Perbaiki akhlak kamu Ray."

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang