PDP 17 || APA YANG RAYEN LAKUKAN?

157 20 7
                                    

Hiu🐋

Aya up lagi.

Ada yang nungguin?

Hih ngarep banget ditungguin up sama kalian.

Udah, cukup basa-basinya. Nggak penting.

Happy reading❤

Bismillah

•••*•••

Aza bolak-balik di dalam kamar. Hari ini telah membaik daripada sebelumnya. Tetapi, hatinya saat ini gelisah.

"Harus sekarang?"

Aza menghirup oksigen lalu mengembuskanya. Aza keluar dari kamarnya lalu bersujud pada Kyai Hasan yang terduduk di sofa ruang depan. Aza telah memikirkan ini matang-matang. Aza akan mengakui semuanya dan Aza akan menerima semua rasa kekecewaan Kyai Hasan.

Aza tidak bisa hidup dengan kebohong. Aza tidak ingin menambah dosanya lebih lama lagi. Aza akan menerima semua konsekuensinya.

"Ning, bangun," perintah Kyai Hasan.

"Maafin Aza, Bi."

Kyai Hasan memandang istinya dan Umi Aisy menggeleng tidak tahu.

"Kamu nggak berbuat salah, kan, Ning?" tanya Kyai Hasan. "Lalu kenapa meminta maaf?"

Mendengar itu Aza merasakan sesak pada hatinya. Abinya belum tahu anaknya ini telah berbuat yang melampaui batas. Matanya memanas. Kyai Hasan begitu yakin bahwa Aza tidak mempunyai kesalahan. Padahal kesalahannya sangatlah fatal. Rasanya sakit mendengar abinya mempercayainya sebesar ini.

Detik berikutnya Aza tidak bisa menahan air matanya lagi. "Aza salah, Bi. Aza salah."

Kyai Hasan menghela napas. "Kamu salah apa sampai bersujud seperti ini?"

Aza diam.

"Kamu salah apa, Ning? Kesalahnya besar?"

Aza tetap diam memikirkan kata-kata yang akan ucapkan.

"Kesalahan apa sampai kamu seperti ini, Ning?!" tanya Kyai Hasan meninggikan suaranya.

Demi apapun Kyai Hasan mendapatkan sesuatu kejangalan dan ini membuatnya takut.

"Aza ... telah mengecewakan Abi dan juga Umi. Aza minta maaf." Kata itu yang baru bisa Aza sampaikan. Aza belum bisa menemukan kata-kata yang pas untuk diucapkan lagi.

"Abi tanya, kesalahan apa?" tanya Kyai Hasan menepis perkataan Aza barusan.

Umi Aisy yang duduk di sebelah Kyai Hasan itu berkata, "Ning, sebenarnya kenapa? Kamu ngurung diri di kamar lalu seperti ini? Ceritakan, Ning."

Dengan ragu Aza akan mengungkapkan semuanya. Detak jantung Aza terpacu. Aza gugup bukan main. "Aza ... telah berbuat zina, Bi."

"Zina apa?" tanya Kyai Hasan dingin.

Dalam sujudnya, Aza berlinang air mata. Aza takut sebenarnya. Tapi kalau tidak sekarang, maka kedua orang tuanya akan tambah kecewa. "A-Aza telah melakukan itu sebelum waktunya, Bi."

Kata-kata yang sederhana, namun bisa memberi efek yang besar.

Umi Aisy mematung. Tidak menyangka ini akan terjadi pada anaknya. Anaknya yang selama ini ia didik dan sayangi malah berprilaku seperti itu. Kata-kata yang sederhana dan mampu ditangkap dengan jelas maksud dari perkataan Aza barusan.

Emosin Kyai Hasan datang. Beliau meremas tanganya karena marah. Marah pada dirinya dan juga kecewa pada anaknya. Kyai Hasan juga tidak menyangka ini akan terjadi pada putrinya. "Kamu tau kan, Ning? Kamu itu seorang muslimah! Bagaimana bisa itu terjadi? Kalau orang di luar sana dengan pakaian terbuka Abi percaya. Abi percaya, karena mereka mengundang napsu. Tapi kamu ...."

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang