PDP 07 || PERUBAHAN RAYEN

115 23 15
                                    

HIU PREN!!

AYA UPDET LAGI!!

SENENG?

SEMOGA KALIAN SEKALU SUKA SAMA APA YANG AYA KETIK

BUKAN CUMA SUKA AJA, KALIAN BISA MENGAMBIL HIKMAH DARI APA YANG AYA BUAT

Aamiin

Bismillah

•••*•••

"Assalamualaikum Pak Uc–Ustadz," sapa Rayen yang hampir saja menyebut 'pak ucup'.

Karena bergaul dengan Naufal dan juga Farel akhirnya Rayen tertular ikut-ikut seperti mereka. Walaupun Rayen lebih banyak diam dan memahami setiap interaksi antara Farel dan Naufal tetap saja Rayen tertular.

"Waalaikumsalam" Tampak Ustadz Yusuf terkejut. Rasanya seperti mimpi melihat Rayen yang berpenampilan Muslim walaupun bawahannya masih mengenakan celana, tapi ini sebuah peningkatan bagi Rayen.

"Kamu nggak kemasukan-kan? Apa saya perlu panggil Kyai Hasan untuk ruqiyah kamu?" tawar Ustadz Yusuf.

Rayen tersenyum masam, "Saya nggak kemasukan, Taz."

Ustadz Yusuf menghembuskan napas lega. "Saya pikir kamu kemasukan, abis tiba-tiba jadi berubah gini. Kamu ada perlu apa bertemu saya?"

Wajar bila Ustadz berpikir seperti itu. Selama seminggu Rayen di pesantren dia selalu berbuat masalah yang untungnya masih bisa ditoleransi.

"Begini, Taz. Saya ingin taubat dan memperbaiki semua yang ada didiri saya."

Ustadz Yusuf mengangguk paham. "Saya hargai keputusan kamu. Kalau kamu mau, saya akan mengajari kamu secara khusus. Tapi, syaratnya kamu harus ada niat. Karena, niat adalah modal kamu. Kalau kamu tidak mempunyai niat, percuma saja saya sampaikan ilmu ke kamu, tapi kamunya malah nggak konsen seperti di kelas sebelumnya. Ibarat otak kamu seperti gelas yang telah penuh diisi air, seberusaha apa saya menumpahkan air ke gelas ... pada akhirnya air itu akan tumpah."

"Saya paham, Taz. Dan saya telah menyiapkan niat saya untuk hijrah."

"Bagus, itu yang saya harapkan. Tapi, perjalanan hijrah itu bukanlah hal mudah. Kamu akan diuji banyak hal dan kamu ambil sisi positifnya saja, jangan ambil yang negatif."
"Jadi, kalau kamu sudah ada niat, kamu siap untuk belajar sekarang?"

Rayen sedikit kaget, "Sekarang?"

"Iya, kamu belum siap? Katanya ada niat, tapi nggak siap?"

"Saya selalu siap, Taz."

Sore ini adalah sore awal Rayen hijrah, apapun kedepanya Rayen akan lalui dengan lapang dada dan tidak ada mengeluh.

"Sebelum mulai, saya ingin bilang ke kamu. Merubah penampilan itu hanya luarnya saja, yang lebih penting itu adalah merubah isi hati. Saya ingin kamu rubah hati kamu dulu."

***

Rayen menatap mikrofon di depannya. Rayen menatap kebelakang tepatnya menatap Ustadz Yusuf yang mengisyaratkan untuk azan. Tadi saat Rayen diruangan Ustadz Yusuf, Rayen diajari bagaimana wudhu yang benar, tata cara shalat dan yang terakhir azan.

Rayen tadinya protes, mengapa dimulai dari hal-hal yang sudah Rayen tahu? Kenapa tidak yang lain? Dan Ustadz Yusuf pun menjawab, "Kita mulai dari hal-hal kecil dulu. Wudhu, shalat dan azan adalah tiang pondasi yang harus berdiri kokoh. Kamu tau? Rukun islam ada berapa? Yang pertama syahadat, yang kedua shalat, yang ketiga zakat, keempat puasa, dan yang terakhir haji."

"Syahadat sudah kamu lakukan,  yaitu masuk agama Islam."

"Yang kedua shalat, di akhirat nanti yang pertama kali ditanyakan adalah shalat. Dan bila kamu sudah terpenuhi shalat lima waktu kamu bisa lanjut ke stan berikutnya yaitu zakat, puasa, dan haji."

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang