PDP 16 || RAYEN PSAIKOPAT

171 15 5
                                    

Hiu🐋

Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu, ya. Buat yang lagi sakit fisik maupun batin semoga cepet terobati. Aamiin.

Aniway, kesel ya sama Zaki😂

Oh ya, buat kalian yang nambahin PDP ke reading list makasih banyak. Aya ngerasa dihargai bangetttt

Mau mutilasi orang, jadi jangan sambil makan oke👌

Tarik napas dulu

Bismillah

Happy reading❤

•••*•••

Rayen terduduk di ruangan yang gelap. Samar-samar barang di sekitarnya terlihat karena cahaya rembulan. Setelah memisahkan diri dengan Farel, Rayen membawa paksa Zaki ke kediamannya yang di pinggiran kota.

Rumah itu adalah tempat di mana Rayen bisa sepuas-puasnya menyiksa manusia. Rayen ingat, telah lama tidak mengunjungi tempat ini. Padahal, dulu Rayen selalu berada di sini tiap malam. Karena harus pergi ke pesantren, akhirnya Rayen meninggalkan rumah ini hingga membuatnya semakin seram. Orang akan mengira rumah ini adalah rumah yang terbengkalai. Di dalamnya terdapat barang-barang rudak karena dibiarkan begitu saja, padahal rumah ini adalah tempat bersenang-senang Rayen.

Kalau dulu rumah ini selalu menjadi tempat pelariannya, maka kali ini masih tetap menjadi pelariannya. Sampai kapan pun Rayen akan menjadikan rumah ini sebagai pelarian.

Rayen yang terduduk tenang itu menghisap rokoknya yang kedelapan. Rayen menatap depan, tepatnya pada Zaki yang masih belum terbangun dari pingsannya.

Posisinya Zaki saat ini telah duduk di kursi dengan tubuh dan kedua tanganya terikat kuat.

"Lama juga pingsannya, mati kali, ya." Rayen menyedihkan bahunya. "Bodo amat. Toh setelah ini nggak akan ada orang yang akan ganggu gue."

Rayen kembali menghisap batang rokoknya. Sambil menunggu Zaki sadar, Rayen memikirkan apa saja yang akan dilakukannya nanti.

Dimulai dari jari tangannya, kepalanya dan anggota tubuh lain.

"Dimana gue?"

Pikiran Rayen buyar mendengar suara lirih Zaki. Sekarang Zaki telah sadar dan saatnya Rayen bersenang-senang.

Zaki menatap dirinya yang terikat di kursi. Lalu mengedarkan pandangannya. Zaki melihat sosok laki-laki yang sedang menghisap rokok.

"Rey? Itu lo?" tanya Zaki sedikit ragu karena  gelap.

"Ya," jawab Rayen singkat lalu menginjak rokoknya yang sejak tadi ia hisap. Ada hal yang lebih asik dari pada merokok saat ini.

Zaki menatap sekitar, Zaki merasa tidak asing ada di tempat ini. "Gue di mana?"

"Di perjalanan menuju kematian," jawab Rayen santai.

"Lo mau bunuh gue?" tanya Zaki dengan jelas.

"Menurut lo aja gimana?"

Rayen mulai mencari barang-barang yang akan ia pakai untuk penyiksaan. Telah lama Rayen tidak menghirup bau amis nan merah itu. Rasanya Rayen ingin buru-buru menemui cairan itu.

"Ngapain?" tanya Zaki yang padahal telah tahu arah pikir Rayen yang akan membunuhnya.

"Cari alat yang pas buat jadi malaikat pencabut nyawa."

Zaki merasakan bulu kuduknya berdiri. Zaki ketakutan. Belum siap menemui ajal. Namun, setidaknya Zaki tidak akan menyesal.

"Lo sayang sama Ning Aza?" tanya Zaki disela-sela Rayen mencari benda yang akan dijadikannya alat penyiksa.

Psikopat Di Pesantren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang