Brain Notes - [1]

2.2K 211 13
                                    

-📓-

"Gue mau putus ..."

Cewek berpenampilan menawan dengan riasan flawless ala korea tampak bersedekap. Matanya yang indah menatap santai cowok di depannya yang terlihat terkejut. Seolah apa yang dikatakan barusan tidak berarti sama sekali.

"Kenapa? Gue ada salah sama lo?" tanya cowok tinggi dengan tubuh atletis. Angin balkon mengibarkan rambut lurusnya yang mulai panjang menutupi dahi.

Si cewek menggeleng. "Gue bosen sama lo."

Mendengar jawaban itu membuat si cowok terkekeh. Hell! Bosan? Sungguh Gading merasa harga dirinya jatuh saat Monika mengatakan itu padanya. Awalnya memang ia hanya mengikuti tantangan konyol saat menyatakan cinta pada Monika, namun ia mengakui jika lama-lama perasaan suka itu muncul.

"Oke kalo itu mau lo. Kita putus!"

"A-apa? Lo setuju?" Giliran cewek bernama Monika itu yang terkejut.

Memang Monika berniat putus sungguhan dengan Gading. Namun, yang Monika harapkan adalah cowok sombong dan angkuh yang akhirnya menyandang status sebagai mantannya ini berlutut dan memohon agar tidak putus dengannya.

"Gue tahu lo udah deket sama Levin," ucap Gading to the point.

Sudut bibir Monika berkedut. "Oh bagus kalo lo udah tahu. Gue udah muak jadi cewek lo. Cuma Levin yang lebih bisa ngertiin gue."

Gading menyunggingkan senyum miring. Tangannya ia masukkan ke saku celana abu-abu. Ia tidak menyangka di hari pertama ajaran baru, ia langsung diputuskan oleh sang pacar.

"Lo yakin alasannya cuma itu? Bukan karena Levin anak dari pemilik sekolah?"

Monika tak bodoh untuk terpancing dengan sindiran itu. Cewek itu justru mendongak dan menatap tajam ke arah Gading.

"Levin bukan cuma anak dari pemilik sekolah. Dia juga peraih status rangking paralel tiga di SMA Samapta," jeda beberapa saat. Keduanya menatap tajam satu sama lain.

"Bukan hanya kekayaan, tapi otaknya juga jauh di atas seorang Gading Prakasa," lanjut Monika tersenyum remeh.

Cengkeraman tangan Gading menguat. Kenyataan itu menamparnya terang-terangan. Ia kembali teringat jika rangkingnya saat kenaikan kelas dua minggu lalu berada di urutan sepuluh terbawah.

"Lo bakal nyesel mutusin gue ..."

Monika terkekeh. "Gak bakal."

Gading menunjuk Monika tepat di wajah cewek itu. "Lihat aja nanti, lo bakal bertekuk lutut dan minta balikan sama gue!"

📓

Cewek dengan pakaian olahraga menguap lebar-lebar sambil mengikuti intruksi pemanasan di depan sana. Rambut panjangnya yang dicepol ikut bergoyang tatkala ia menolehkan dagunya ke kanan dan kiri.

"Gerah banget gak sih?"

Di sebelah kirinya, Fani sahabatnya tampak mengeluh.

"Iyalah gerah ... olahraga tapi rambut sunslik lo itu gak lo kuncir," cibir Windy sambil mendengus sebal. Hanya Fani yang melakukan olahraga dengan rambut diurai seperti itu.

Fani menarik tubuhnya dan mengibaskan rambutnya. Cewek itu berkedip membuat Windy ingin sekali memuntahkan nasi gorengnya tadi pagi.

"Emang aneh temen lo satu itu Win," kata Wulan ikut mengompori.

Windy menatap sahabatnya yang lain dengan potongan rambut mirip laki-laki. "Temen lo juga tuh."

"Hadeh, kalian berdua kenapa deh? Gue kan emang gak boleh kelihatan jelek! Gue harus selalu menawan biar bisa ngalahin Monika."

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang