Brain Notes - [39]

709 115 4
                                    

-📓-

Selain harapan-harapan banyak orang agar SMA Samapta menjuarai Presiden Cup tahun ini, Gading pribadi juga memiliki harapannya sendiri pada pertandingan yang dilaksanakan beberapa jam ke depan itu.

Cowok itu hanya ingin satu, Windy menontonnya entah itu secara langsung atau hanya lewat siaran televisi.

Sejak pagi, puluhan panggilan dari orang terdekatnya membuat Gading begitu sibuk menerima ucapan semangat dari mereka. Saat ini ia bersama dengan pemain inti beserta beberapa pemain cadangan sedang mendengarkan breafing dari pelatih Samapta.

Ruang ganti seketika hening. Tampak begitu jelas jika seluruh pemain diliputi perasaan gugup luar biasa.

Bagaimana tidak? Pertandingan final yang dilaksanakan malam minggu ini begitu dinanti-nantikan banyak orang. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Bahkan hastag pertandingan final berada di trending satu diberbagai platform online.

"Baiklah anak-anak. Tinggal satu langkah lagi kalian semua bisa membawa pulang piala itu untuk pertama kali ke Samapta."

"Kerahkan seluruh kemampuan kalian nanti malam."

Pak Gandi menatap seluruh anak didiknya. "Bapak melatih tim SMA Samapta selama sepuluh tahun, dan bapak tidak menyangka tahun ini bisa mengantarkan kalian sampai mencapai babak final," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Semua yang kita raih, kita capai, tidak lepas dari kerja keras kalian. Bapak mengucapkan banyak-banyak terima kasih."

Seluruh anggota tim menunduk. Ada yang terang-terangan mengeluarkan air mata. Ada pula, yang berusaha menahan tangis.

"Oke, langsung saja. Bapak sudah memutuskan dari kalian yang akan bertanding di final."

Pak Gandi mulai mengumumkan formasi pemain. Mereka serentak menoleh ke arah Gading saat tahu kapten mereka itu hanya bermain di babak kedua.

"Sebenarnya kondisi Gading tidak memungkinkan untuk bermain. Hasil pemeriksaannya buruk," ucap Pak Gandi seolah paham wajah bingung seluruh pemain. "Tapi, demi Samapta, Gading akan ikut turun, meskipun hanya di babak kedua."

"Jadi, untuk sementara di babak pertama, ban kapten akan dipakai Kris."

Seluruh pemain mengangguk mengerti. Meski begitu raut khawatir tercetak jelas di wajah mereka. Kekuatan utama tim mereka tidak ada di babak pertama.

"Karena Gading hanya bisa gabung di babak kedua, bapak mohon kalian fokus untuk bertahan di babak pertama. Jika ada kesempatan untuk menyerang, baru kalian cetak golnya. Mengerti?"

Anggukan seluruh tim menjadi jawaban dari intruksi Pak Gandi.

"Oke, sekarang kita tos bersama," perintah Pak Gandi.

Mereka bersama Pak Gandi segera berkumpul membentuk lingkaran. Tangan terulur satu per satu tepat ke tengah lingkaran. Dalam hitungan ketiga mereka serempak mendorong tangan ke bawah lalu bergerak bersama ke atas.

"SAMAPTA! SAMAPTA! JAYA!!!"

📓

"Awas anjir! Jangan dorong-dorong gue!"

Candra memutar bola matanya. "Lagian kita ngapain sih ngendap-ngendap kayak gini? Ntar malah dikira maling anjir!"

Boby meletakkan telunjuk di bibir. "Psssst! Diem napa lo! Kita kan lagi ada misi rahasia."

"Ck, lebay lo!"

"KALIAN SIAPA?"

Dua cowok yang bersembunyi di balik pagar terlonjak. Mereka segera berdiri gugup begitu melihat seorang cowok---maksudnya cewek setengah cowok bersedekap menatap mereka curiga.

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang