Brain Notes - [29]

616 115 8
                                    

-📓-

Sisa pelajaran hari ini sama sekali tidak masuk ke dalam otak Windy. Sejak ia dipanggil ke ruang BK saat jam istirahat tadi, Windy tidak bisa fokus dalam pelajaran.

Sebenarnya siapa yang sudah mengirimkan video itu pada kepala sekolah? Apa benar pelakunya Alika? Hanya cewek itu yang mengganggunya dalam satu minggu ini.

Setelah berbelok melewati koridor kelas dua belas IPA, Windy melihat Alika dan teman-temannya tampak berceloteh di depan kelas. Seketika Windy menghentikan langkah.

"Kenapa berhenti Win?" tanya Fani membuat langkah cewek itu ikut berhenti begitupun Wulan.

"Kalian duluan aja ke depan, kayaknya buku gue ketinggalan di kolong meja," jawab Windy bohong.

"Ya udah, lo ambil aja. Gue sama Fani tungguin di sini."

Windy segera menggeleng. "Eh, enggak-enggak. Tadi, katanya lo mau bantuin Ibu lo beresin dagangan di pasar?"

"I-iya sih tap---"

Windy mendorong pelan Wulan dan Fani. "Yaudah, kalian pulang duluan gakpapa, ini gue ngambil bentar juga nanti langsung pulang."

Fani mengangguk. "Ya udah deh, tapi gue beneran minta maaf ya, gue nanti sore gak bisa ikut lo nyari bukti itu," ucap Fani bersalah.

Suara desahan keluar dari bibir Windy. "Lo tadi udah minta maaf berapa kali? Kan gue bilang gakpapa. Masih ada Wulan yang nemenin gue."

Fani menyengir lalu melambaikan tangannya. "Oke kalo gitu, sekali lagi maaf ya Win, gue duluan."

"Gue juga pergi dulu, Win ... nanti jam tiga gue ke rumah lo," ucap Wulan sebelum mengikuti langkah Fani.

Windy mengangguk. Setelah melihat punggung kedua temannya menghilang, cewek itu justru berbalik lewat koridor menuju kelas dua belas IPS. Dari kejauhan matanya menyorot ke arah Alika dan kedua temannya.

"Wow, wow, lihay guys ... kita kedatangan tamu," seru Alika ketika melihat Windy sudah sampai di depannya.

"Kayaknya dia kangen sama kita, Al," sambung salah satu teman Alika.

"Kalian kan yang ngejebak gue?" tanya Windy tanpa basa-basi.

Raut wajah Alika berubah ceria. "Ck! Orang jenius memang beda, langsung to the point, ya guys?"

Suara tawa menggelegar di koridor yang sudah sepi.

Windy meremas tangannya di sisi tubuh. Tidak salah lagi. Ternyata benar Alika yang melakukannya.

"Kenapa lo lakuin ini?"

Alika melempar permen lolipop yang sedari tadi ia makan. Cewek itu membasahi bibirnya. "Karena lo tetep gak mau jauhin Gading."

Sesuai tebakan Windy.

"Lo tahu? Apa yang lo lakuin ini bukan karena lo suka sama Gading, tapi karena lo obsesi."

Suara tawa lagi.

"Apapun yang gue lakuin suka-suka gue. Mau itu obsesi kek, apa kek, yang jelas gue pengen lihat lo hancur!"

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang