-📓-
"Kayaknya gue harus pulang, deh ..."
Windy meringis mendengar perkataan Gading. Masalahnya baru beberapa menit lalu mereka kepergok oleh Bi Darmi, dan saat ini Bi Darmi sedang membersihkan dapur, meski begitu ART-nya itu masih mengawasi mereka dari kejauhan.
"Tuh, lihat Win, Bi Darmi ngeliatin guenya gitu banget."
Windy mengecek jam. "Yaudah, lagian udah malem. Nanti Tante Lisa khawatir kalo lo belum pulang."
Gading mengangguk. "Oh iya, besok lo tetep nonton pertandingan kedua gue kan?"
"Iyalah, masak pacar tanding, gue gak nonton," jawab Windy sewot.
Gading terkekeh, tangannya yang hendak mengusap pucuk kepala Windy terhenti tatkala Bi Darmi memicingkan matanya. Gading segera menarik kembali tangannya.
"Mmm ... besok nonton sama Mama mau? Soalnya kemarin Mama minta gue nanyain ke elo."
Windy mengerjap. Sebenarnya lebih nyaman jika menonton bersama Fani dan Wulan, tapi ia sungkan jika menolak tawaran Tante Lisa.
Melihat ekspresi Windy yang ragu Gading menggeleng. "Emmm lebih baik lo sama temen-temen lo, lagian Mama ada yang nemenin besok, ada Gathan sama Papa. Besok kan hari minggu."
"Emang gakpapa?" tanya Windy merasa tidak enak.
Gading tersenyum lebar. "Gakpapa dong! Yang penting elo dateng. Kalo gitu gue pulang dulu, Win," jeda. Gading mendekatan bibirnya di telinga Windy. "Bu Darmi ngeliatin gue mulu kayak mau mangsa gue."
Tawa Windy meledak. "Bi Darmi baik kok."
"Ck! Masalahnya gue tadi abis ketahuan nyium---khmmm gue pergi."
Gading berdiri dengan salah tingkah. Cowok itu segera meraih ranselnya dan melenggang menuju montor besarnya.
Windy berdiri di ambang pintu. Tangannya segera melambai saat Gading telah melewati gerbang rumahnya.
Seketika pipi Windy memerah membayangkan saat ia dan Gading hampir saja berciuman. Windy menggeleng untuk mengusir pikiran kotornya. Ia segera menutup pintu ruang tamu.
📓
Windy berlari dengan terburu-buru memasuki area stadion GBK. Dengan napas yang terengah, matanya mengedar untuk menemukan Fani dan Wulan. Sejak kemarin Fani tidak membalas chatnya, sahabatnya itu memang begitu dari dulu. Selalu menganggap chat Rizal yang paling utama untuk dibalas. Untung saja Wulan tadi sempat membalas dan mengatakan jika mereka akan berkumpul di sebelah kiri pintu masuk.
Dari kejauhan Windy sudah bisa menemukan sosok dua temannya. Cewek itu tersenyum cerah dan mempercepat langkahnya. Suasana begitu ramai minggu malam ini. Karena pertandingan berlangsung pada sesi kedua yaitu setengah tujuh malam. Jadi para penonton dari sesi satu masih ada yang belum meninggalkan area stadion.
"Kenapa sih lo bilang ke Windy kalo lo sama gue ngumpul disini?"
Ucapan Fani seketika membuat Windy menghentikan niat untuk memanggil mereka. Tubuh cewek itu mematung di tempat. Lalu lalang para penonton membuat Fani dan Wulan yang sedang berdebat tidak menyadari kehadiran Windy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brain Notes
Teen FictionWindy berhasil keluar dari jurang kemiskinan setelah menjadi tentor di sebuah lembaga bimbingan belajar misterius bernama Brain Notes. Hingga suatu hari, cowok yang selalu memenuhi hati Windy sejak pertama ia masuk menjadi siswa SMA Samapta, tiba-ti...