-📓-
Meskipun beberapa siswa berkata jika Windy adalah anak ambis yang hanya menyukai buku, mereka salah besar. Windy sama seperti anak lain yang menyukai jam kosong atau acara apa pun yang membuat Windy meninggalkan pelajaran.
Pelajaran ke-dua pagi ini akan dilewati para siswa dengan suka cita. Pasalnya Guru-guru mengadakan rapat terkait dengan acara Festival November Jadoel. Festival tersebut selalu diadakan setiap satu tahun sekali untuk mengenang kelahiran pendiri SMA Samapta.
Untuk memanfaatkan jam kosong itu, anggota ekskul jurnalistik ikut mengadakan rapat terkait pembagian tugas mengenai project majalah sekolah.
"Setelah gue rundingan sama pengurus ekskul jurnalistik, gue udah ngebagi kalian ke beberapa tim," terang Amanda.
Windy berdiri di samping cewek itu sambil memegang spidol siap menulis di papan tulis.
"Seperti biasa tugas gue sebagai ketua ekskul jurnalistik adalah mengawasi dan menyelesaikan masalah-masalah tiap tim, Rian dan Windy bertugas menyusun majalah, Palupi mengatur keuangan---bagi kalian yang butuh dana atau uang transport bisa ngontact dia."
Windy menulis semua yang diucapkan Amanda di papan tulis.
"Selanjutnya, Wildan sama Sarah bikin brosur online buat lomba cerpen sama lomba foto parody mirip tokoh berprestasi." Manda menatap Wildan dan Sarah. "Bety bisa bantu Wildan dan Sarah buat nyebarin brosurnya ke seluruh siswa lewat grup-grup angkatan. Jangan lupa cetak beberapa buat dipasang di mading."
"Terakhir Ely sama Dania dapet tugas buat ngewawancarai Gading yang bakalan jadi tokoh biografi kita. Abis ini kalian nemuin Kak Windy, dia bakal ngasih arahan ke kalian berdua."
Windy menulis nama itu di papan dengan tugas mewawancarai tokoh berprestasi.
Ely dan Dania tersenyum cerah. Windy bisa melihat dua adik kelasnya itu tampak senang dengan tugas yang diberikan.
"Sampai di sini ada pertanyaan?"
Semua orang yang ada di ruang ekskul jurnalistik itu menggeleng serempak. Amanda segera menutup rapat pagi itu lima belas menit sebelum istirahat.
"Kalian bisa hubungin Gading pakek nomor ini," ucap Windy saat semua anak ekskul jurnalistik meninggalkan ruangan kecuali Ely dan Dania.
Ely tersenyum penuh arti menatap Dania.
"Oke, Kak Win. Tapi, bahan buat wawancara apa aja ya? Maaf kita masih belum berpengalaman," tanya Dania.
Windy membuka ponselnya kembali lalu mengirim file ke nomor Dania.
"Kalian pelajari pertanyaan-pertanyaan yang udah aku rangkum di sana."
Ely dan Dania mengangguk mengerti.
Suara bell berbunyi menandakan istirahat telah tiba. Kedua adik kelasnya itu berjalan keluar lebih dulu, dan Windy tidak tuli untuk mendengar percakapan keduanya.
"Asik, kita udah dapet nomornya Kak Gading. Gue aja ya nanti yang ngechat Kak Gading!"
Dania tampak menatap Ely tak setuju. "Enakan di elo! Gue ajaaa---"
"Gue!"
"Gue!
"Stop!"
Ely dan Dania berjengit dan menoleh ke belakang.
"Belum apa-apa kalian udah bertengkar kayak gini, gimana kalian bisa ngejalanin tugas ini?" Tanya Windy lelah menatap kedua adik kelasnya itu. "Apa gue aja yang hubungin Gading terus---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brain Notes
Teen FictionWindy berhasil keluar dari jurang kemiskinan setelah menjadi tentor di sebuah lembaga bimbingan belajar misterius bernama Brain Notes. Hingga suatu hari, cowok yang selalu memenuhi hati Windy sejak pertama ia masuk menjadi siswa SMA Samapta, tiba-ti...