Brain Notes - [4]

1K 172 9
                                    

-📓-

Sejujurnya jikapun ini semua hanya mimpi, Windy sudah sangat bersyukur. Setidaknya ia bisa menatap wajah menawan Gading begitu dekat dari netranya. Namun, ini semua nyata. Cowok yang sudah satu tahun ini memenuhi hatinya, berada di depannya. 

Rasa bahagia Windy mendadak berubah menjadi takut. Alasannya saat ini, ia dan Gading tidak bertemu sebagai teman apalagi sepasang kekasih (yang ini tentu saja tidak akan mungkin), melainkan bertemu sebagai seorang tentor dan client.

Masalahnya pekerjaan yang ia kerjakan selama lebih dari dua tahun semenjak ia kelas 2 SMP ini tergolong pekerjaan rahasia. Jika kebetulan Windy mendapatkan client dari sekolahnya, maka itu bukan masalah besar. Tapi, ini seorang Gading, cowok yang Windy sukai. Apa yang dipikirkan cowok itu padanya karena ikut menjadi tentor di lembaga bimbingan belajar rahasia ini?

Windy melirik cowok di depannya yang sibuk bermain ponsel. Dia hanya diam, tapi kenapa bisa wajah itu begitu menyejukkan di hati Windy?

Windy menggeleng. Ia segera menyerahkan kertas yang sudah berisi kisi-kisi ulangan.

"Kamu tinggal hapalin aja semua yang ada di sini."

Gading mendongak dan netranya segera bertemu dengan Windy. Membuat cewek itu mati-matian tidak terlihat gugup dan salah tingkah.

"Panggil 'lo-gue' aja, kita seumuran dan juga udah saling kenal, kan?"

Saling kenal? Windy merasa hatinya menghangat. Setidaknya, Gading mengakui kalau mereka saling kenal.

"Btw ... cepet banget lo bikin bocoran soalnya."

Windy membasahi bibirnya. "Sebenarnya hari ini, aku---maksudnya gue udah ngerjain ulangan Pak Nadir."

"Tapi, Pak Nadir selalu membuat soal yang berbeda di tiap kelas kan?"

"Tenang aja, gue yakin soal-soal itu sembilan puluh lima persen bakalan keluar besok."

Gading menarik ujung binirnya, lalu mengamati wajah Windy. "Oh gitu ..."

"I-iya."

"Kenapa dari tadi gue lihat lo gelisah banget? Takut gue bongkar kalo lo kerja di Brain Notes?" tanya Gading setelah mencermati ekspresi gugup cewek berkacamata itu.

Windy menggeleng lalu tersenyum. "E-enggak, lo gak akan bisa ngelakuin itu karena lo udah tanda tangan surat perjanjian."

Gading berdehem. Benar juga, cowok itu baru ingat jika ia tidak diperbolehkan membocorkan hal apapun tentang Brain Notes.

"Sebenarnya ada banyak hal yang pengen gue tahu," ucap Gading lagi. Cowok itu meletakan ponselnya di meja lalu menatap Windy dengan fokus.

Windy meneguk ludahnya kelu.

"Apa aja yang bisa lo lakuin sebagai tentor Brain Notes?"

"Mmm ... ngerjain tugas, bikin kisi-kisi sama soal yang sembilan puluh persen harus keluar di ujian client."

"Terus, kalo misalkan tugas yang lo kerjain salah semua atau kisi-kisi gak keluar sama sekali di ujian, gimana?" Tanya Gading lagi. Jujur ia sangat ingin tahu seperti apa bimbingan belajar Brain Notes ini. Awalnya, ia begitu terkejut saat tahu biaya sekali pertemuan Brain Notes adalah tiga ratus ribu. Jika ia mengikuti bimbel lain, uang sebesar itu dapat digunakan untuk membayar selama sebulan.

Brain NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang