Sudah seminggu Jungwoo pulang ke rumah dan seminggu jugalah Jungwoo masih tidak ketemu sama suaminya Jaehyun. Jaehyun hanya pulang sebentar ke rumah ketika Jungwoo udah tidur dan ketika Jungwoo bangun, Jaehyun sudah tidak berada di sana lagi. Dan seminggu ini jugalah kasur Jungwoo menjadi saksi air mata Jungwoo tumpah setiap malam karna merindukan suaminya itu.
Pagi pagi ini Jungwoo udah bersiap siap untuk pergi ke rumah sakit menjalani terapinya bersama dokter Yuta. Jungwoo menilik seketika wajahnya di hadapan cermin. Tubuhnya semakin kurus, wajah yang tirus dan pucat serta lingkaran gelap jelas terlihat di bawah matanya. Penampilan Jungwoo tidak ubah seperti seorang mayat hidup yang berjalan. Tidak lupa juga rambutnya yang semakin menipis. Namun ketika senyuman terukir di bibir itu walaupun pahit, semua kekurangan pada dirinya langsung berubah seratus peratus. Senyuman kecil Jungwoo bahkan dapat membaikkan suasana hari seseorang yang mungkin pada mulanya sangat buruk.
Jungwoo mengoleskan sedikit liptint di bibir merekah dan keringnya agar tidak terlalu terkesan. Sesudahnya ia mengambil tas kecilnya dan berlalu keluar dari rumah.
————————————————————
"Jungwoo, kamu tidak apa apa? Sungguh saya merasa khawatir melihatmu Jungwoo. Apa dirimu tidak makan yang sebetulnya?""Eum tidak kok dokter. Saya baik baik aja"
"Apa Jaehyun sudah berbaikan denganmu?"
Jungwoo hanya bisa menunduk ke bawah dan bermain main dengan jarinya. Sesiapa sahaja yang menyebutkan soal Jaehyun, suami yang amat dicintainya itu, pasti air matanya akan segera turun membasahi pipinya itu, seperti sekarang ini.
"Ya Tuhan. Jungwoo, apa Jaehyun masih marah padamu? Apa dia memukul mu?"
"Hiks. Tidak dokter. Jaehyun tidak menyakiti saya kok. Mungkin cuma Jaehyun masih marah aja sama saya. Saya sedar ini kesalahan saya yang sangat besar dokter. Saya selalu tidak menurut perintah Jaehyun. Seandainya hari itu saya menurut saranannya untuk me-hiks menyuruh Sungchan yang mengantarin saya ke rumah sakit, pasti hiks bayi kami masih ada"
"Jungwoo dengar, saya udah bilangkan, itu bukan salahmu Jungwoo. Itu takdir Tuhan. Jaehyun tidak boleh menyalahkan mu terus. Aku kasihan padamu Jungwoo. Jaehyun tidak seharusnya berbuat begitu padamu"
"Tidak apalah dokter Yuta. Ini juga sebahagian daripada takdir saya. Saya rela menerimanya. Hiks. Saya rela kok meninggalkan Jaehyun jika itu bakalan membahagiakan Jaehyun. Dari awal saya seharusnya sadar, Jaehyun tidak layak buat saya. Jaehyun pantas mendapatkan seseorang yang jauh lebih bagus dari saya dokter"
"Jungwoo, apa kamu tidak mencintai Jaehyun? Kamu tidak boleh berputus asa Jungwoo. Kamu harus mempertahankan rumah tangga mu ini. Kamu harus memujuk Jaehyun Jungwoo"
"Dokter, gimana, gimana saya ingin memujuk Jaehyun jika selama seminggu ini saya masih belum ketemu sama nya? Hiks. Saya merindukan Jaehyun dokter"
Jungwoo menangis sesenggukan. Yuta menepuk nepuk pundah Jungwoo halus menenangkannya.
"Maksudmu Jaehyun tidak pulang ke rumah? Ya Tuhan. Apa sih yang ada dipikiran Jaehyun itu? Kenapa dia tega sekali melakukan mu seperti ini Jungwoo?"
Jungwoo hanya menggeleng lemah. Dirinya sudah lelah, lelah dengan semua ini. Jika Jaehyun tidak menginginkannya lagi, kenapa Jungwoo harus susah susah untuk terus bertahan di sisinya kan?
"Sudahlah, jangan menangis lagi, nanti wajahmu tidak cantik lagi. Dimana Jungwoo yang saya kenal yang selalu tersenyum hum?"
"Aku memang udah tidak cantik dokter. Dari dulu lagi aku sadar aku itu tidak cantik. Bahkan diriku sekarang semakin terlihat menakutkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
6 BULAN | JAEWOO
Fanfiction"Selamat pagi lily putih ku"- JJH Tidak egoiskah jika dirimu yang serba kekurangan dan takdir Tuhan yang tidak mengizinkan dirimu berlama lama di dunia ini menginginkan untuk tetap bertahan sedangkan pasanganmu berhak mendapatkan seseorang yang jauh...