Empat Belas

488 59 4
                                    

Adsa terus mengelus punggung tangan Haena,dia tidak mau satu detik pun meninggalkan kekasihnya ini. Bagi Adsa Haena adalah nomor satu dihidupnya.

Zae dan Ecan yang melihat Adsa mencoba membujuk Adsa agar Adsa beristirahat dan mereka janji akan menghubungi Adsa jikalau Haena bangun.

"Sa,lo balik aja," Ujar Ecan.

"Iya,ada gue, Zae sama Ecan lo istirahat gue janji bakal telepon lo kalau Haena sadar," tambah Dizar kepada Adsa namun Adsa bersikeras menggeleng.

"Gak, gue gak mau ninggalin dia."

Zae mengintruksi teman-temannya untuk membiarkan Adsa, ya di tambah akhir-akhir ini Adsa jarang bersama dengan Haena jadi biarkan saja Adsa menjaga Haena.

"Udah kalian tidur aja tuh di sofa,biar gue di karpet," ucap Zae sembari mengampar karpet.

"Gue juga sama lo ah," Dizar langsung tidur di karpet dengan bantal sofa yang ia bawa.

"Nih selimut buat lo berdua," Ecan melemparkan selimut yang ada dihapannya.

"Sa,lo kalo mau tidur nyempil sini aja ya," Beo Zae sebelum menuju alam mimpinya.

"Iya."

Adsa tak memedulikan rekan-rekannya dia terus memperhatikan Haena dan tak akan melepaskan pandangannya.

Cup.

Adsa mengecup singkat kening dan punggung tangan Haena.

"Gue sayang banget sama lo, plis bangun ya Na."

"Gue janji gak akan ninggalin lo."

"Na,pasti capek banget ya? Maaf gue udah gak peka lagi sama lo."

"Maaf gue sibuk sama urusan gue tanpa peduliin lo."

"Maaf Na."

Tanpa Adsa sadari Dizar mendengar semuanya. Dizar tersenyum tipis lalu memilih memejamkan matanya.

Adsa menggenggam erat tangan Haena lalu dia menundukkan kepalanya karena tiba-tiba rasa pusing menjalar di kepalanya.

Namun Adsa merasa ada gerakan tangan Haena, Adsa mendongak kepalanya dan melihat Haena perlahan  lahan membuka matanya.

"Na?"

Haena tampak lemas sekali dia mencoba menyentuh pipi Adsa namun belum juga tangannya menyentuh pipi milik Adsa,tangannya sudah terjatuh begitu saja.

Adsa menyadari Haena sangat lemas. "Panggil dokter ya?"

Haena menahan Adsa dan menandakan bahwa Adsa tidak boleh memanggil dokter.

"Kenapa sayang?"

Haena tak menjawab, bibirnya sangat kelu untuk berucap bahkan penglihatannya pun masih memburam kepalanya pusing dan badannya pun lemas.

"Panggil dokter aja ya?"

Haena menggeleng, dia mencoba melepas selang oksigen yang ia gunakan lalu mencoba duduk dan dibantu oleh Adsa.

Tanpa bicara Haena langsung memeluk Adsa dan menangis di pelukan Adsa.

Adsa mencoba menenangkan Haena dengan membalas pelukan Haena dan membelai pelan punggung Haena.

"Kenapa?"

"Maaf," lirih Haena.

Adsa mengerutkan keningnya, harusnya dia yang meminta maaf kepada Haena tapi mengapa Haena yang meminta maaf.

"Maaf repotin kak Adsa."

"Enggak Na."

"Kak, jangan pernah tinggalin aku."

MELAWAN RESTU | MARK LEE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang