dua puluh lima

392 42 4
                                    

Fabio - Bertahan terluka



"Haena sayang sama abang."

Mendengar ungkapan dari Haena membuat Dizar tersenyum, Dizar juga menyayangi Haena bahkan lebih dari sekedar adik.

"Udah tenang?" Dizar mencoba melepaskan pelukan dari Haena, namun Haena masih enggan untuk melepaskan pelukannya.

"Oke, tenangin dulu ya," ucap Dizar sembari mengelus punggung Haena.

Rasanya nyaman, Haena menemukan tempat dimana dirinya harus pulang ke rumah yang sebenarnya.

Haena mencoba melepaskan pelukannya lalu menatap Dizar, Dizar mengusap sisa air mata di pipi Haena lalu balik menatap Haena.

"Cerita sama abang, kenapa?"

Haena mencoba tersenyum,"Gapapa bang."

"Cerita, oke? Kalau kamu cuman mendem kaya gini gimana abang mau ngerti sama kamu?" Dizar mencoba memberikan pemahaman kepada Haena.

Haena menarik napas, lalu membuangnya dengan berat,"Haena pengen putus sama kak Adsa."

Dizar mengerutkan dahinya, tiba-tiba? Kenapa?

"Hah? Kenapa?"

"Bulan depan Haena beerangkat ke Amerika untuk pengobatan, Bang."

Dizar terdiam, dia masih memberikan kesempatan bicara kepada Haena untuk menjelaskan secara rinci kepadanya.

"Haena mau kak Adsa bahagia, Umur Haena gak akan-"

Dizar menyimpan satu jari telunjuknya dibibir Haena lalu menggeleng,"Jangan ngawur Haena."

"Haena sama kak Adsa beda kak, semua orang tahu itu, pilihannya itu hanya ada tiga, kak Adsa ikut Haena, Harna ikut kak Adsa, atau Haena menghentikan semuanya."

"Haena gak bisa bersama terus sama orang yang udah ditakdirkan gak bisa bersama dengan Haena kak, Haena gak bisa! Sekuat apapun Haena melawan restu-Nya tetep aja kak, takdir gak ngizinin Haena untuk bahagia sama kak Adsa."

Tangis Haena kembali pecah, Dizar kembali memeluk Haena dan memberikan sedikit kehangatan untuk Haena.

"Gak ada yang tahu dengan takdir, abang tahu kamu gak mau berpisah sama Adsa, tapi keadaan memaksa itu bukan?"

Harna mengangguk lemah dalam dekapan Dizar.

"Ini hidup kamu, kalau kamu mau memilih itu ya silahkan, abang gak akan larang sama sekali, tapi akan ada saatnya dimana takdir menunjukkan keabadian cinta sama kamu dek."

Bukannya Dizar mendukung untuk perpisahan Haena dengan Adsa, melainkan memang sudah jelas restu pun menolak akan hubungan mereka.

Tembok besar adalah sebuah penghalang yang cukup kuat, tak semua orang bisa melewatinya begitu saja. Restu-Nya tak berpihak pada mereka.

Jika memang boleh mawan restu, Haena mungkin akan melawan restu dirinya itu, tapi jika Haena sendiri yang melakukan itu, tanpa adanya timbal balik dari Adsa, semuanya tak akan berjalan lancar sama sekali.

"Abang tau kok apa yang terjadi sebelumnya, abang melihat semuanya, disposisi kamu mungkin berat, tapi diposisi Adsa jauh lebih berat."

"Abang?"

"Iya, abang tadi ada di Cafe, abang liat kamu, liat Adsa sama Agatha."

"Abang liat apa yang terjadi sama Adsa, tapi itu sepihak dek, Adsa sama sekali gak membalas ciuman dari Agatha, karena dihatinya masih ada nama kamu, dia menjaga nama kamu dihatinya, tapi takdir lebih tau akan tentang Adsa kedepannya."

MELAWAN RESTU | MARK LEE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang