05. Pemakaman

27 17 5
                                    

Hai v³v ada yang nungguin tidak?

Vera tertawa lepas mendengar perkataan Alex yang sedang kesal dengan kakak sepupunya satu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vera tertawa lepas mendengar perkataan Alex yang sedang kesal dengan kakak sepupunya satu itu.

"Kakak cuman ga mau ada yang tau, kalo kakak sebenernya tuh na—"

"Nangis?" perkataan Alex di potong oleh ayahnya yang baru saja datang dengan pakaian kantornya.

Alex mendengus sebal, melihat sosok ayahnya yang fisiknya mirip sekali dengan dirinya. Dave mengendurkan simpul dasi yang ia gunakan, "Mom dimana?" tanya Dave mencari keberadaan istrinya.

"Di taman belakang paman," jawab Vera karena tadi ia melihat langkah Fio di lorong yang menghubungkan menuju ke taman belakang.

"Oke." Dave menghempaskan bokongnya di salah satu Sofa, otot-otot tubuhnya ia renggangkan.

"Vera," panggil Dave pada anak gadis yang telah lama ia jaga dan ia rawat.

"Paman ganteng ga?" tanya Dave dengan mata birunya melirik ke arah Alex yang menunjukkan mimik wajah terkejut.

"Ganteng," jawab Vera jujur.

"Paman sama kak Alex gantengan siapa?" Sepasang alis tebal Dave naik turun, membuat Alex semakin kesal. Dave sangat suka menjahili anak semata wayangnya.

"Paman."

"Hahahahahahaaa."

Tawa Dave pecah, bukan karena jawaban Vera. Tapi karena wajah Alex yang memerah karena menahan marah dan cemburu.

"Jia, ikut kakak." Alex menarik tangan gadis cantik itu dengan sekali gerakan, ia tidak habis pikir dengan ayahnya yang begitu menyebalkan.

**

"Zarra sudah berangkat?"

Zade mengangguki perkataan Bundanya, saat ia hendak menggunakan sepatu. Setelah selesai dengan urusannya, pemuda itu bersiap untuk mengaktifkan kendaraan terbang yang biasa ia gunakan untuk kesekolahan. Tapi pergerakan jarinya yang baru saja akan menekan tombol pengaktifan di tahan dengan jemari Bundanya.

Tatapan bertanya di dapatkan Dea dari putranya, yang hanya ia balas dengan senyuman manis. "temani Bunda sebentar, ya?" pinta Dea pada Zade.

Zade mengangguki perkataan Bundanya, yang kemudian ia melangkah masuk kedalam mobil yang telah siap Dea gunakan.

Dea tersenyum kecil saat di dalam mobil duduk bersisian dengan putranya, "sudah lama ya kak. Kita ga sharing berdua," ujar Dea membuat Zade tersenyum kecil kemudian mengangguk.

"Usia kamu berapa sekarang?" Tanya Dea mencari topik untuk mengisi perjalanan mereka yang sangat lenggang.

"12 tahun," jawab Zade cepat, matanya kini teralihkan dari jalanan yang ada di luar kaca mobil.

"Bagaimana di sekolah?" tanya Dea lagi, senyuman manis Dea selalu menggoda siapa saja untuk di lihat, termasuk putranya sendiri.

"Seperti biasa, ga ada yang menarik perhatianku." Walaupun Zade menjawabnya dengan datar, di lubuk hatinya ia begitu senang bahwa bundanya tidak pernah berubah. Tidak pernah mengecewakan hati seorang Zade.

Ex-enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang