09. Satu orang

33 18 3
                                    

Jangan lupa vote, comment and share ya guys! Makasihh

Aku menerima kritik atau saran untuk cerita ex enemy, asalkan itu bersifat memberikan perubahan lebih apik. Jujurly aku ngerasa kadang ini cerita agak Gj, but aku masih mau cobaa. Lagiaan kek sepi banget sih lapak ku yang ini:( padahal Zade itu salah satu tokoh kesukaan ku, semoga menjadi tokoh kesukaan kalian juga yaa♡

Makasih yang udah mau mampir sejauh ini♡

˚·❀˚· S A T U O R A N G ·˚❀·

˚·❀˚· S A T U O R A N G ·˚❀·

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••˚·❀·˚••

Klakson mobil terdengar di telinga Shawn, anak laki-laki itu berlari kecil membawa tas kura-kuranya yang berada di punggung kecilnya. Zade tersenyum manis saat anak laki-laki itu menyapanya senang.

"Wan apa kabar?"

"Aku baik, kakak jenius gimana? Ah iya, teman perempuan kakak yang waktu itu gimana? Kakak udah minta maaf?"

Zade mengacak rambutnya gemas dari kaca jendela. "Masuk dulu," titah Zade yang langsung di turuti anak laki-laki itu.

Setelah masuk dan duduk di belakang kemudi Zade, ia meminta anak itu berpindah kedepan. Duduk di sisinya, Shawn kembali menurut. Kemudian ia menagih cerita kepada kakak jeniusnya.

Sabuk pengaman itu menjalar membalut tubuh keduanya berkat sensor otomatis, menyesuaikan tubuh yang duduk di atas bangku jok. Shawn awalnya terkejut, tapi ia menjadi terkagum-kagum saat melihat kakak jeniusnya biasa aja.

Seraya menyalakan mesin Zade menceritakan hal yang berhubungan dengan teman perempuan yang Shawn maksudkan. Cerita berakhir dan senyuman Shawn tak pernah luntur sedikitpun, minus di bagian Zade yang mendapatkan ancaman dari Arron saat semalam. Zade belum tau saja bahwa kak Nana nya Awan adalah gadis yang semalam bersamanya sepanjang malam.

"Dan dia udah di rumah kakak," ujar Zade senang dan membuat Shawn bertambah senang.

"Pasti dia cantik, namanya siapa kak?"

"Nanti Wan tanya sendiri, kenalan sendiri biar seru."

"Okee!" Sahut Shawn senang.

"Wan, gimana kabar kak Nana?" tanya Zade sekejap melunturkan antusiasme di wajah anak laki-laki itu.

"Kak Nana belum ketemu sama aku lagi sejak di omelin papah," sahut Shawn lesu. Anak itu misuh-misuh, ia khawatir dengan kakaknya, "padahal aku yang nakal tapi kak Nana yang di omelin papah."

Perkataan Shawn membawa ingatanya di hari saat ia menguntit Shenna dari angkasa. "Kak Nana di usir atau kabur?" tanya Zade penasaran.

Shawn menggelengkan kepalanya pelan, "kak Nana emang jarang pulang. Papah selalu marah kalau kak Nana pulang ke rumah, apa lagi ngga bawa uang. Padahal uang papah udah banyak, aku sedih liat kak Nana selalu di omelin."

Ex-enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang