01. Akibat

49 18 6
                                    

Hai Zadser v³v selamat membaca

Hai Zadser v³v selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~••<◇>••~

Damian mengusap rambutnya kasar, kemudian matanya menatap putranya dengan dingin. Ia telah habis kesabaran mengenai kelakuan anak sulungnya itu.

"Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf." Zade mengakui kesalahannya, ia tidak ingin ayahnya kecewa lagi akan hal yang ia lakukan. Seperti permintaan Damian sebelumnya, bahwa dirinya harus membiasakan bertutur kata dengan sopan dan santun.

Dea menghela napasnya lelah, tangannya terulur mengusap puncak kepala putranya. "Kamu mau bunda di berikan kata kasar dari orang lain?"

"Tidak."

"Kamu mau bunda menangis dan sakit hati karena perkataan kasar itu?" Tanya Dea lagi, yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari putranya.

"Kamu dan Shenna itu sama, punya tangan dan kaki. Berdiri dengan kedua kaki, makan dengan tangan kanan. Berbicara menggunakan mulut, dengan pita suara. Berfikir dengan otak, hati yang merasakan tubuh kamu yang melakukan? Jika dia seperti anjing kamu juga anjing, jadi Anjing saling menggonggong ya?" Damian berdiri di hadapan putranya.

"Ayah," desah Dea. Jika Damian berkata seperti itu, Zade akan mendapatkan kata-kata lain yang malah akan membuat putranya bertambah dingin.

"Biarkan dia merasakan sakit hati, hatinya terlalu keras. Ayah hanya berharap anak ini tidak akan tenang selama gadis itu belum memaafkannya, saking kerasnya dia pasti tidak paham apa perkataan ayah."

"Ayah salah, aku paham."

"Kamu berbicara tanpa ayah minta ataupun tanya, jadi ayah menganggap itu sebuah protesan. Jika kamu gak suka di duga lalu kenapa kamu menduga?"

Zade terdiam, ia selalu kalah berdebat dengan ayahnya. Zade akui bahwa ayahnya adalah laki-laki terhebat yang pernah ia temui. Hidup bersama bundanya tanpa pernah menyakitinya sedikitpun, walaupun terkadang kemarahannya ia lampiaskan dari perkataan bukan tindakan. Seperti saat ini, ia yakin masa seperti ini akan ia hadapi selama beberapa hari ke depan.

Ex-enemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang