14. Tercyduk

60 10 64
                                    

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu berhasil membuat satu rumah terdiam––pandangan mereka memang menatap pintu namun salah satu dari mereka tidak ada yang membukanya sebab Satya melarangnya.

Ceklek

Pintunya terbuka––disana Tia yang membukanya––perempuan itu tampak terkejut dengan orang-orang rumah yang menatap nya datar.

"Hehe, ayah..." Tia memilih menghampiri Vano dan berlindung pada ayahnya karena takut dengan tatapan orang-orang namun rupanya ia salah alamat––ternyata Vano juga marah padanya.

"Sudah dewasa yah?" tanya Vano datar.

Tia hanya menunduk.

Veera––ibunya Tia berkacak pinggang. "Dasar ya kau!" Veera mencubit kuping Tia cukup kencang hingga gadis itu merintih kesakitan.

"Aww, sakit ma..."

"Sejak kapan kau berbohong pada kami?! Apalagi tentang hal seperti ini!" Veera marah pada Tia––karena Tia tidak pernah berbohong padanya tapi sekarang entah kepada dan gara-gara apa ia malah berbohong tentang permasalahan serius, karena ini masalahnya nyawa.

Vano memberikan kode kepada Veera agar tidak menyakiti anak mereka dan Veera pun segera melepaskan cubitan.

"Maaf, kami melakukan ini karena takut kalian marah..." Aku Tia sembari sesekali menatap kearah pintu karena Raga dan yang lainnya belum masuk juga––apakah ia sedang di kerjain.

"Dimana Raga dan yang lainnya?" tanya Arga yang sudah gatal ingin menghukum anak tunggalnya itu.

"D-dia..."

"Eh ayah..." Celetuk Raga cengengesan––perlahan tapi pasti pria itu berjalan mendekati ayah dan mamanya dengan perasaan tak karuan.

Arga menatap Raga tajam. "Dalam beberapa hari ini! Kau sering ayah dan mama telepon! Tapi kau sama sekali tidak memberitahu kebenarannya jika Alaya di culik! Beginikah?! Sikap dewasa mu itu?!" Ujar Arga penuh kemarahan.

"Ya mau bagai--"

"Ngelawan terus!" Sela Sara sembari menjewer telinga Raga.

"Aaaa maaa..." Raga berusaha melepaskan jewerannya tapi Sara malah semakin menjadi.

"Kau ini sudah dewasa tapi selalu bertingkah seperti ini Ragaaaaa!" Sara melepaskan jewerannya lalu mengambil sapu yang ada di sana dan memukul pelan Raga dengan penuh kekesalan.

"Aduh ma, maaf..." Raga menghindar dengan berlari menuju ke arah kamarnya yang tak jauh dari sana.

Sara terus mengejar Raga––mereka seperti Tom and Jerry yang terus kejar-kejaran.

"Aku akan menasehatinya dulu..." Ujar Arga serius lalu pergi mengejar anak dan istrinya yang berlari menaiki anak tangga.

"Ayo Tia! Kau juga!"

Vano, Veera dan Tia segera pergi meninggalkan tempat itu dan pergi ke ruangan yang lain.

Sedangkan disana Alana dan Satya masih menunggu kedatangan kedua anak perempuan mereka.

"Ayah bunda..."

Alaya disana dengan ceria segera berlari menghampiri kedua orangtuanya.

Alana tersenyum haru––selama beberapa jam ia khawatir tentang putri nya sekarang sudah terobati.

"Kau baik-baik saja kan?" Alana memeriksa Alaya––ia takut ada luka atau apa karena mendengar cerita jika Alaya hampir di tembak.

Alaya mengangguk. "Aku baik-baik saja bunda, lihat kan? Baik-baik saja."

CERITA KITA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang