35. Pindah

50 8 215
                                    

Satu minggu berlalu setelah kejadian itu, Arkan dan Naina mulai membiasakan diri sebagai adik-kakak lagi. Tak mau memikirkan jika mereka telah menikah dan karena itu juga Naina jadi sedikit lebih baik padanya; lebih sering tersenyum padanya, lebih sering bercerita tentang kehidupannya, jarang marah-marah lagi padanya, ya walaupun terkadang ada saja hal kecil yang membuat wanita itu marah.

Selama seminggu ini juga mereka melakukan simulasi suami-istri, hanya hal-hal kecilnya saja walaupun mereka menerapkan sistem adik-kakak.

Hanya tinggal menghitung menit; acara simulasi suami-istri akan berakhir. Tampaknya Arkan tak rela jika itu berakhir, jika bisa jangan simulasi tapi sungguhan suami istri walaupun mereka sudah sah tapi hanya menerapkan sistem adik-kakak.

Simulasi ini berakhir tepat di hari pertunangan Tia dan Farhan.

Rumah Tia juga sedang ramai oleh mereka yang datang; Tia sendiri masih di kamarnya, sedang berhias bersama Naina.

"Akhir-akhir ini ada seorang penyihir jadi baik," ujar Tia seraya menahan tawanya, sengaja menyinggung Naina yang sedang merapihkan rambutnya.

Naina langsung memberikan tatapan tajam pada Tia. "Baik salah, jahat salah, jadi aku harus di pihak mana? Jadi penyihir atau peri?"

"Penyihir lebih cocok untukmu." Tia tertawa penuh kesenangan saat mengatakan itu.

"Ya ya, semuanya berkata aku penyihir, tak apa, tak masalah..." Naina pasrah, menurut nya nama penyihir itu sangat bagus dan bayangannya selalu perempuan kejam namun cantik makanya Naina tak pernah merisaukan orang yang memanggilnya penyihir.

"Oh iya kau dan Arkan bagaimana?" tanya Tia mengalihkan pembicaraan.

"Kami menerapkan sistem adik-kakak! Jadi aku tidak perlu risih kalau kepada kak Arkan," balas Naina sumringah.

Tia menatap Naina di cermin dengan tatapan heran. "Mau sampai begitu terus, Nai? Hidup akan terus berjalan dan kau takdirnya sudah bersama Arkan. Nikmati hidupmu bersamanya dan belajarlah mencintai nya..." Nasehatnya.

"Tia! Itu sulit bagiku, di mataku, kak Arkan tetaplah kakak ku, tidak lebih..." jelas Naina.

Tia tersenyum kala mengingat kejadian minggu lalu ketika Naina memilih Arkan dan bukan Raga lantas Tia bertanya. "Mengapa kau memilih Arkan? Sedangkan kau sudah bersusah payah untuk mengacaukan pernikahan mu sendiri."

"Kak Arkan menerima semuanya yang ada di dalam diriku, kekurangan dan kelebihan ku, belum tentu Raga seperti itu..." balas Naina tanpa ekspresi.

"Jika Arkan menerima semuanya maka kau juga harus menerima kekurangan dan kelebihan Arkan... Jangan Arkan sendiri yang melakukan itu padamu, kau pun harus begitu juga..."

Naina terdiam––ia sebenarnya menerima Arkan apapun itu tetapi status mereka dulu yang menjadi permasalahannya. Jika saja pria pengganti waktu itu bukan Arkan maka Naina akan menerima dengan lapang dada tapi ini Arkan, kakak nya sendiri.

"Kau harus sadar Nai... Jika orang baik pada kita, maka kita juga harus baik pada mereka..."


---

Pemasangan cincin telah di lakukan, semuanya terlihat bahagia karena akhirnya perjuangan cinta Farhan pada Tia ada hasilnya.

Arkan menatapnya dengan senyuman tak pudar. Farhan saja berjuang selama sepuluh tahun dan berhasil lalu mengapa dirinya tidak? Bahkan Arkan mencintai Naina sudah lebih dari sepuluh tahun.

Pandangan Arkan beralih pada Naina yang tengah tertawa bersama teman-temannya.

Pria itu lantas pergi ke atas panggung––membuat orang-orang bertanya-tanya mengapa Arkan tiba-tiba ke panggung.

CERITA KITA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang