10 Tahun Kemudian...
"JONATAN! KENAPA KAU SELALU MENABRAK KU?!" geram seorang gadis yang berusia 8 tahun, yang bernama Naira Firmansyah––anak dari Arkan dan Naina.
"Tak kelihatan," cicit Jonathan takut, seorang anak yang berusia 8 tahun juga, anak dari John dan Rania.
"Mata mu saja yang burem!" timpal Alara cengengesan, anak yang baru berusia 7 tahun itu, anak dari Altaf dan Alaya.
"Mataku tak burem," balas Jonatan sambil sedikit merengek.
"Matanya memang burem, makanya pakai kacamata!" singgung Gara yang agak banyak tingkah sebenarnya.
Mereka selalu seperti itu; Naira hobinya memarahi Jonathan––Alara yang suka menyeletuk tapi ngena sedangkan Gara yang hobinya cari gara-gara.
Kebetulan mereka tetanggaan, plus sebagian saudara––contohnya Alara dan Naira, mereka sepupuan.
Orangtuanya Naira pindah ke Kota karena mereka ingin tinggal disana, sedangkan Alara dan Gara kebetulan memang tinggal disana––orangtua mereka bersaudara, namun Jonathan juga sebenarnya pindahan, makanya dia yang sering di bully
"Anak-anak ayo makan dulu ya," titah seorang wanita yang sedang membawa beberapa makanan ke halaman depan––kebetulan mereka satu gerbang lagi, hanya saja rumahnya bersebelahan––seperti di keluarga SANA.
"Mama..." ucap Naira terlihat kesenangan.
Itu Naina; wanita itu kini lebih banyak tersenyum, lebih lembut dan sangat perhatian apalagi pada anak dan suaminya tercinta.
"Ini makan yah," titah Naina agar ketika mereka bermain tak kelaparan.
Tak lama datanglah Rania dengan membawa banyak makanan juga. "Eh anak-anak ini makanan--" ucapan perempuan itu terhenti kala melihat Naina membawa banyak makanan juga. "Eh kau sudah membawa banyak makanan--"
"Ini untuk anakku dan sepupu-sepupunya!" sela Naina agak ketus sambil sesekali mengerling tak suka pada Rania.
Rania hanya bisa cengengesan. "Ini biar makin banyak, makan bersama-sama--"
"Shuttt diam kau!" ketus Naina.
"Mama, mereka selalu mengatakan aku burem, apalagi Alara," rengek Jonathan kepada mamanya tercinta.
Alara menampakkan wajah seolah tengah tertuduh. "Tidak bibi, aku hanya mengatakan bahwa Jonas harus pakai kacamata saja, tidak bilang burem," dusta-nya ber-drama.
Jonas sendiri adalah nama panggilan Jonathan, agar lebih mudah kita memanggilnya Jonas.
"Padahal tadi dia bilang--"
"Eh eh," sela Gara buru-buru.
"Kata siapa Alara bilang burem? Kau pasti salah dengar Jonas," bela Gara dengan sengaja.Naira malah terlihat sinis, tidak membela siapapun.
"Ya begitulah--"
"Hahaha..." disana seorang wanita yang tak lain adalah Alaya tengah tertawa sambil menghampiri mereka.
"Kenapa lagi kau?" kata Naina heran––adiknya kenapa hobi sekali tertawa? Tak punya beban kah hidupnya?
"Burem? Itu kan bapaknya--" Alaya buru-buru membekap mulutnya keceplosan.
Rania meliriknya sinis dan berdesis. "Anak dengan ibu, sama saja!"
Alaya langsung berusaha menahan tawanya.
Di lingkungan ini; Rania dan Naina yang paling tidak akur––Alaya hobinya tertawa, menertawakan mereka, hidupnya yang selalu terlihat bahagia––sedangkan Sona hidup nya yang paling adem-adem.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA [Lengkap]
Romantizm[SANA seri 3] 'Keluarga penculik' itulah sebutan untuk keluarga yang satu ini. Hidup mereka di penuhi dengan kata-kata penculik penculik dan penculik. Mulai dari orangtua hingga anak-anak mereka yang mendapatkan karma atas penculikan yang terjadi. A...