Kiran menatap putranya sedih, mendapatkan kabar jika gadis yang putranya cintai ternyata akan menikah dengan pria lain yaitu sahabatnya sendiri sedangkan putranya sedari tadi tak tersenyum bahkan ketika ia baru datang.
Ardi terlihat frustrasi memikirkan bagaimana agar Arkan tidak seperti ini––ia hanya takut jika anaknya sampai depresi atau sebagainya.
Dulu Satya merebut Alana dariku dan aku mengalah lalu sekarang? Anakku juga harus mengalah? Batin Ardi yang terlihat menahan marahnya.
Dulu Arga lebih memilih Sara dari padaku, sekarang Naina lebih memilih anaknya Sara di bandingkan anakku? Mengapa? Batin Kiran sedikit tidak terima, mengapa harus dengan ikatan yang sama.
"Mending sekarang kita pulang--"
"Aku ingin tetap disini!" Sela Arkan disini.
"Tapi--"
"Bisa tidak kalian tidak sibuk? Sehari aja? Untuk menyempatkan waktu untuk melamar waktu itu? Jika kalian datang waktu itu, pasti Ayah akan menerima lamaran kalian!" Ujar Arkan marah meluapkan segala emosinya.
"Maaf kan papa--"
"Arghhhh! Minta maaf terus!" Sela Arkan kasar.
Aditya––adik Arkan segera menenangkan kakaknya. "Kak sudahlah, semuanya sudah berlalu..."
"Tapi--"
"Perempuan di dunia ini tuh bukan dia saja." Jelas Aditya.
---
Alaya mengerutkan keningnya dalam setelah mendengar pembicaraan keluarga Firmansyah yang membuat kepalanya berpikir––namun hal itu tidak sampai menuju kepalanya dan Alaya memilih acuh saja––toh bukan urusannya.
Ia pun memilih untuk pergi ke kamar Naina. Sekedar untuk memastikan jika kakaknya tidak keluyuran, sebab dirinya diberi amanah oleh ayahnya untuk menjaga kakaknya, well kapan-kapan lagi Alaya mengawasi Naina karena biasanya perempuan itu yang mengawasinya, memang dunia berputar.
Namun sebelum benar-benar pergi ke kamar Naina. Alaya melihat Altaf yang tengah berkemas-kemas dengan ekspresi kesal, sejak kejadian kemarin Altaf sama sekali tidak mau berbicara dengannya. Alaya pikir itu hanya dalam waktu se-malam saja namun sudah satu hari berlalu Altaf masih mendiaminya.
"Mau kemana kak?" tanya Alaya.
"Besok aku kan pulang!" Balas ketus Altaf.
"Kakak kenapa sih marah-marah mulu? Perasaan kemarin aku melakukan kesalahan kecil saja, kakak marahnya sampai sehari, tidak baik loh..." Ujar Alaya yang agak kesal karena di-diamin terus oleh Altaf.
Altaf masih berekspresi datar. "Kesalahan kecil matamu!"
"Iya mem--"
"Untuk apa aku kesini? Untuk mu! Untuk apa aku menjadi pelayan disini? Untukmu! Untuk apa aku hampir kehilangan nyawaku karena siapa? Karena mu! Namun kau malah--" Altaf tak habis pikir dengan Alaya. Ia kira perempuan itu benar-benar mencintainya namun ternyata tidak.
Alaya menunduk. "Kan kak aku sudah bilang--"
"Aku tidak mau jadi selingkuhan mu! Mengerti?!"
"Lalu kakak mau jadi apa?" Alaya mengerucutkan bibirnya.
"Aku ingin kau!" Jelas Altaf geregetan.
"Ya udah, kakak bisa mendapatkan ku." Balas Alaya polos.
"Ya udah kau tinggal bilang jika kau ingin putus dengan Angga--"
Alaya menggeleng. "Tidak kak, apakah tidak ada cara lain?"
"Aku ingin memiliki mu tapi orang lain jangan!" Jelas Altaf yang masih menahan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA [Lengkap]
Romance[SANA seri 3] 'Keluarga penculik' itulah sebutan untuk keluarga yang satu ini. Hidup mereka di penuhi dengan kata-kata penculik penculik dan penculik. Mulai dari orangtua hingga anak-anak mereka yang mendapatkan karma atas penculikan yang terjadi. A...