26. Sebuah Kesabaran

58 9 87
                                    

"Kalian sedang apa?" ujar Sofia dengan keningnya sedikit mengernyit karena menemukan Altaf dan Alaya yang tengah mengobrol di balkon malam-malam seperti ini. Rasa curiganya timbul sebab hanya ada mereka berdua disini, se-pasangan kekasih. Mau bagaimana pun, ia juga pernah muda.

"Eh, grandma..." Alaya cengengesan dengan wajahnya yang santai sedang-kan disana Altaf terlihat panik tapi wajahnya memang datar, karena tak tahu harus berekspresi seperti apa lagi.

Sofia menghampiri mereka seraya bertanya. "Sedang apa disini?"

"Kami sedang mengobrol, soalnya aku tidak bisa tidur," Alaya menjelaskan.

"Berdua?" lagi-lagi Sofia menatap mereka curiga.

Alaya menggeleng. "Tidak kok, ada kak Farrel juga tapi dia sedang membawa makanan," ujarnya beralasan.

Tiba-tiba datanglah Farrel yang dengan nafas tak teratur membawa beberapa makanan, wajahnya terlihat kesal namun di tahan apalagi kala Sofia menatapnya membuat wajahnya kembali ceria. Perubahan drastis itu sontak membuat Alaya menahan tawa.

Sebenarnya saat Sofia melangkah masuk ke dalam balkon. Alaya dengan gesit langsung menghubungi Farrel untuk membantunya, siapa lagi jika bukan dia? Memangnya ada orang sabar seperti nya yang mau di susahkan olehnya? Walaupun nanti akan marah-marah tapi setidaknya dia mau membantu dan Alaya sangat percaya pada Farrel, sepupunya––tersayang.

"Farrel?" Sofia terlihat lega kala ada Farrel datang.

"Grandma, aku habis mencuri makanan mu di kulkas," aku pria itu dengan senyuman lebar.

Sofia terkekeh, "baiklah, baiklah... Habiskan saja."

Sofia lantas pergi dengan senang hati, setidaknya ada Farrel sekarang dan ia yakin jika pria itu bisa menjaga Alaya dengan baik.

Setelah Sofia pergi menjauh, dengan tatapan tajamnya Farrel segera menghampiri mereka.

"Kalian sedang apa disini berdua?!" amuk pria itu geregetan tapi di tahan agar tidak membentak dengan tangannya yang gatal.

Dengan santainya gadis itu menjawab. "Pacaran lah kak, apalagi?!"

Farrel berkacak pinggang. "Bisa tidak?! Kalau pacaran tuh tahu waktu! Waktu! Tahu kan waktu?! Ini sudah hampir pagi dan kalian?!"

"Kak, ini masih pukul satu malam Yaar! Belum lagi! Hanya ganti tanggal saja!" sahut enteng Alaya.

"Ganti tanggal ganti tanggal," dumel Farrel tak tahan.

"Sudahlah tidak perlu berdebat," lerai Altaf.

Farrel lagi-lagi menatap Altaf sebal. Sejak Alaya memiliki hubungan dengan pria itu, gadis ini jadi menyusahkannya. Perihal masalah selingkuh saja masih belum selesai sekarang mereka ketahuan terus jika sedang berpacaran dan sayangnya ia harus menjaga mereka agar tidak di amuk keluarga.

Se-menyebalkan apapun Alaya tetap Farrel jaga karena gadis itu sepupunya sekaligus sahabatnya ia selalu bisa ia ajak cerita, tanpa menyudutkan kesalahannya. Walaupun polos dan agak lemot tapi karena itu gadis ini tidak pernah menyudutkan kesalahannya malah mendukungnya.

"Ini makan," titah Altaf seraya membawa makanan yang Farrel bawa.

"Iya kak Farrel jangan marah-marah mulu," timpal Alaya.

---

Di sisi lain Naina tengah mengatur nafasnya dengan memberikan tatapan membunuh kepada Arkan karena sekarang mereka baru saja pulang dari rumah sakit dan ya, sekarang bukan kaki Naina saja yang susah bergerak tapi tangannya juga.

Dokter mengatakan jika tangan Naina patah dan harus menggunakan penyangga lengan, sebab memang tangannya akan sulit di gerakan, jika pun di gerakan, gadis itu akan ke-sakitan.

CERITA KITA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang