42. Arkan Di Culik?

61 9 336
                                    

"Kak Arkan..." lirih Naina ketika mendapati Arkan terlihat lemas saat suara tembakan yang cukup nyaring terdengar di sekitar mereka.

"Kak, kau tertembak?" Naina tak bisa melihat pasti, keadaan nya gelap tapi nafas Arkan terdengar tak teratur.

"Kak..." isak Naina khawatir.

Arkan tak merespon, beberapa detik kemudian pria itu memejamkan matanya dengan keadaan memegang lengannya sendiri.

Naina panik setengah mati melihat Arkan terbaring seperti itu.

"Kak bangun!" paksa Naina sambil menangis.

"Kak! Jangan bercanda seperti ini tolong bangun, jangan tinggalkan aku! Nanti aku dengan siapa jika tidak dengan mu! Kak! Bangun!" oceh Naina histeris, memaksa orang tak sadarkan diri untuk bangun.

Naina melirik ke arah jalan, ada mobil yang melewat, mungkin saja nanti akan ada mobil lagi yang akan membantunya, pikirnya seperti itu.

"Kau tunggu disini dulu yah, aku akan meminta bantuan orang lain," ujar Naina sebelum pergi ke jalanan sambil berlari dengan air mata yang terus mengalir.

Setelah sampai disana Naina menunggu mobil datang namun tak kunjung datang pula, matanya melirik ke belakang terus, khawatir dan segala macamnya ada di dalam pikir dan batin Naina. Pikirannya hanya Arkan sekarang.

"KENAPA TIDAK ADA ORANG DISINI?! SUAMIKU TERTEMBAK, TOLONG!" histeris Naina seraya mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Kak Arkan sendirian, menunggu terlalu lama..." ketika Naina hendak pergi, suara mobil datang, mengurungkan niatnya.

"PAK TOLONG SAYA PAK!" pekik Naina meminta pertolongan.

Mobil terhenti di dekat Naina. "Iya, ada apa?"

"Suami saya tertembak, tolong bantu saya--"

"Dimana?"

"Disana ayo pak..."

Naina pun mengajak pak Supir itu bersama istrinya pak supir itu ke dalam hutan, untungnya tidak terlalu jauh karena mereka bersembunyi di tempat yang paling bisa di ingat dimana.

Ketika sampai di tempat; Naina terdiam membeku, Arkan tidak ada disana.

"Mana bu?" tanya mereka.

Naina masih syok, memegang dadanya sendiri yang terasa sesak, nafasnya juga sudah tak teratur.

"Dimana suami mu?"

Setelah mendengar pertanyaan itu Naina langsung histeris. "Suami ku tadi disini, dia kemana... Tadi tadi dia sini, KAK ARKAN KAU DIMANA..."

Pasangan suami-istri tersebut tampak paham.

"Dia gila pa," ujar istrinya.

"Oh iya, sepertinya, ayo kita pulang saja." ajak suaminya itu.

Naina menjatuhkan tubuhnya ke tanah, air matanya terus mengalir deras. "KAK ARKAN KAU DIMANA! KAU SUDAH JANJI KITA AKAN SELALU BERSAMA!"

"Kak Arkan tolong jangan tinggalkan aku lagi, aku tak sanggup lagi, tolong..." lirih Naina sebelum terbaring tak sadarkan diri.

---

"Kenapa kau berbohong padaku, Sona?" tanya Raga setelah berbicara banyak dengan keluarga Sona dan kini dirinya juga harus berbicara berdua dengan gadisnya itu

"Jika aku jujur maka aku akan membunuhku, kau lupa? Aku menyuruh adikku untuk membunuh adikmu!" jelas Sona.

"Aku juga sudah tahu penjelasan nya--"

"Tapi tetap saja aku pernah berniat ingin membunuhnya," sela Sona merasa menyesal.

"Semuanya sudah berlalu, kita mulai hidup baru ya?" mohon Raga.

CERITA KITA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang