19. Tidur di lantai

88 9 138
                                    

"Arghhhh..." Rintih Raga kesakitan ketika beberapa orang memukulinya lagi dan lagi sedangkan posisinya sekarang kaki dan tangannya di ikat dalam keadaan dirinya sedang berdiri.

"Jual ginjalnya lumayan bos!" Celetuk salah satu penculik disana.

"Jantung, mata masih banyak, jangan ginjalnya saja." Balas salah satu penculik juga.

"Woy! Jangan berani-berani nya kau menjual organ tubuhku! Aku masih hidup goblok!" Sewot Raga tak terima walaupun tubuhnya sudah kesakitan.

"Ya untuk apa kita menculikmu? Kalau tidak ada keuntungannya?"

"Eh bos melarang kita untuk melakukan itu!" Jelas salah satu penculik yang sedari tadi diam.

"SIAPA YANG MENYURUH KALIAN BRENGSEK?!" sergah Raga memberontak.

"Dia itu seorang pria..." Penculik itu memberikan kode-kode.

"Dia cukup kaya--"

"Shutt! Jangan memberikan kisi-kisi padanya!" Bentak penculik yang satu lagi dengan emosi.

"Kau pikir ini ulangan? Pakai kisi-kisi segala lagi!" Balas dengan wajah cengengesan.

"LEPASKAN AKU! SEKARANG AKU HARUS MENIKAH DENGAN NAINA--"

Penculik itu terlihat kasian pada Raga. "Ututu... Calon istri mu sudah menikah dengan oranglain!"

Deg!

"Kami tidak mengada-gada! Ini memang kebenarannya, Naina Aditama telah menikah dengan Arkan Firmansyah tadi pagi!"

Deg!

Bagaimana di tusuk-tusuk hatinya. Raga terdiam membeku, rontakan nya menghilang.

Naina calon istri ku! Dia seharusnya milikku! Batin Raga yang tidak terima.

"KALIAN BERCANDA! NAINA PASTI BELUM MENIKAH!"

Para penculik itu tertawa. "Dia tidak percaya..."

"Coba lihat kan videonya!" Titahnya.

Penculik itu menunjukkan videonya kepada Raga. Terlihat jelas disana jika Arkan dan Naina menikah bahkan di hadirin orangtuanya dan saudara-saudaranya.

Raga menggelengkan kepalanya tak percaya. "Tidak mungkin..."

"NAINA MILIKKU!"

"ARGHHHH LEPASKAN AKU!"


---





Naina terbangun dari tidurnya yang cukup nyenyak, matanya sendiri agak bengkak, penglihatannya pun agak-agak burem namun ia masih bisa melihat Arkan ada disana, berdiri sambil membawa makanan yang mungkin untuknya.

Arkan segera menghampiri Naina lalu memberikan perempuan itu segelas air putih.

Namun bukannya menerimanya. Naina malah menghempaskan gelas itu hingga timbul suara pecahan kaca.

Arkan sebenarnya tersinggung, namun ia berusaha se-sabar mungkin menghadapi sifat Naina yang seperti ini.

"Baiklah, makan..." Arkan tanpa menyerah memberikan se-piring nasi dan lauknya namun sama. Naina membuangnya ke sembarang arah.

Naina menunjukkan jarinya pada Arkan. "Jauhi aku!" Peringat nya dengan tatapan tajam.

"Nai, aku suami mu Nai..." Jelas Arkan masih lemah lembut.

"Suami?" Naina tertawa cukup keras. "Please! Aku tidak akan pernah menganggap mu sebagai suamiku!" Tambahnya menjelaskan.

Arkan menghela nafas kasar. "Siap-siap lah, besok kita ke London!"

CERITA KITA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang