"Terimakasih temanku!" Raga memeluk temannya yang menyamar sebagai Dokter, untuk berpura-pura dan mengatakan jika Naina tengah mengandung.
Disana Naina hanya tersenyum tipis sebab perasaannya terasa bimbang, harus senang atau sedih dengan semua rencana ini? Disatu sisi Arkan bahkan tak mau meninggalkan nya sedangkan disisi lain ia tak mau Arkan yang menjadi suaminya.
Semua itu hanya rencana belakang; Naina tak hamil, kebetulan sekali ketika Alaya menuduhnya tengah mengandung, Naina langsung memikirkan ide gila ini lalu memberitahu Raga tentang rencananya.
Raga setuju tapi kali ini seolah Naina tak setuju.
"Alaya balas dendam dengan menuduh mu tengah mengandung lalu kau memikirkan rencana ini, balas dendam Alaya itu sangat menguntungkan kita kan? Bukan merugikan..." ujar Raga terlihat sangat bahagia, tidak seperti kemarin-kemarin, bahkan senyuman nya sangat jarang.
Naina hanya berdiam tanpa ekspresi apapun. Sekarang walaupun bersama Raga tapi pikiran Naina tertuju pada Arkan terus.
"Nai... Kau siapkan perpisahan mu dengan Arkan yah? Nanti aku akan datang pada paman Satya dan ayahku agar kita bisa menikah, pernikahan yang seharusnya terjadi." jelas Raga tak sabaran.
Naina menatap Raga serius. "Tapi kak Arkan tak mau berpisah dariku, semalam dia mengatakan kalau dia ingin tetap bersamaku..."
"Lupakan itu," sahut Raga santai, "dia hanya merasa kasian padamu makanya berkata begitu, dia berpikir kalau aku tidak akan menikahi mu makanya dia berkata seperti itu... Kakak mana yang tega pada adiknya? Arkan hanya tak mau adiknya menanggung malu..." jelasnya.
"Jadi, kak Arkan bertingkah seperti itu karena aku adiknya? Dia tidak mau adiknya menanggung malu?"
Raga mengangguk. "Itu lah yang Arkan lakukan, jika Alaya yang ada di posisi mu, pasti Arkan akan melakukan hal yang sama."
'Tapi semalam kak Arkan berkata seolah-olah dia sangat mencintai ku tapi ternyata itu hanya karena kasian pada adiknya yang malang ini...' batin Naina sedikit kecewa dengan kenyataan yang ada.
"Coba kau pikir, waktu pernikahan aku di culik, Arkan tak tega padamu makanya menikahi mu lalu sekarang dia di bohongi jika kau tengah mengandung anakku. Arkan yang ber-notebene sebagai suami sekaligus kakak mu, tak mau meninggalkan mu karena adiknya tengah mengandung, lalu bagaimana denganmu nanti, pasti pikiran nya begitu, maka lupakan perkataan Arkan, dia hanya kasian padamu."
Naina mengangguk; ada benarnya yang di katakan Raga, mereka memang adik-kakak dan akan selalu begitu, walaupun status mereka sudah berganti menjadi sepasang suami-istri.
Raga melirik arlojinya. "Aku ada pekerjaan penting, kau istirahat lah di rumah yah," ujar Raga.
Naina mengangguk tetapi masih berdiam diri di depan rumahnya sedangkan Raga sudah lebih dulu pergi.
Ketika Naina hendak bangkit dari duduknya, Tia berdehem di pintunya, kebetulan memang rumah-rumah mereka sangat bersebelahan, bahkan di satu gerbang jika hendak keluar.
"Maaf aku mendengarkan pembicaraan kalian," celetuk Tia seraya mendudukkan tubuhnya di samping Naina.
Tia menatap Naina kecewa. "Ini bukan Naina loh, ini bukan kau! Kau tak mungkin membuat berita palsu dan membuat seseorang patah hati!"
Naina langsung berkaca-kaca setelah mendengar kalimat dari Tia.
"Arkan... Menikahi mu, seharusnya kau berterimakasih karena kau jadi tidak menanggung malu! Dia menerima semuanya tentang dirimu apapun itu! Kau berlaku kasar padanya pun dia tak marah!"
"Kau seharusnya bersyukur mempunyai suami seperti Arkan! Harusnya kau bersyukur, jarang sekali ada pria se-sabar Arkan..."
"Lalu kau? Dengan mudahnya membohongi Arkan? Dengan mengatakan kau sedang mengandung anak Raga?" Tia menggelengkan kepalanya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA KITA [Lengkap]
Romance[SANA seri 3] 'Keluarga penculik' itulah sebutan untuk keluarga yang satu ini. Hidup mereka di penuhi dengan kata-kata penculik penculik dan penculik. Mulai dari orangtua hingga anak-anak mereka yang mendapatkan karma atas penculikan yang terjadi. A...