34. Mantan Korban Penculik

52 10 303
                                    

Semalam Arkan tidur di kamarnya sendirian sedangkan Naina memilih tidur di kamar adiknya beralaskan adiknya sedang patah hati dan harus menemaninya.

Sebenarnya Arkan tahu betul jika Naina mencoba menghindari nya dulu. Ya, kejadian kemarin mungkin awal mula dari segalanya dan Naina membutuhkan waktu, Arkan sangat paham dengan itu.

Saat ini Naina tengah berjalan menuju ke dapur. Rencananya ia akan membuat sarapan spesial untuk Arkan karena sekarang mereka masih simulasi suami-istri, sebagai janji yang harus Naina tepati walaupun sebenarnya ingin menjauh dulu dari Arkan.

Naina membuat nasi goreng spesial dengan penuh perasaan, tidak seperti kemarin.

"Kemarin kak Arkan berbaik hati, sekarang aku akan membuat sarapan spesial tanpa hal-hal lain lagi tapi jika nanti tak tahu juga sih..." gumam Naina ketika sedang memasak.

Setelah selesai memasak. Naina memilih membereskan meja makannya dulu sebelum menuangkan nasi gorengnya ke dalam piring.

Seorang gadis yang sudah berpakaian rapih datang ke dapur dengan perut keroncongan, lirikan matanya terlihat mencari-cari makanan. Gadis itu tak lain adalah Alaya.

"Eh ini nasi goreng?" Alaya hendak mengambilnya tetapi tiba-tiba ibunya berteriak.

"ALAYA SARAPANNYA DI LUAR YA, INI SUDAH DI SIAPKAN, CEPAT KESINI..." pekik Alana.

"Terus ini nasi goreng siapa?" Alaya kebingungan lalu melirik ke meja makan yang cukup jauh tetapi terlihat disana Naina tengah merapihkan meja makan.

Alaya langsung tersenyum. "Oh jadi kak Naina menyiapkan sarapan untuk suaminya? Haha baiklah..."

Gadis itu berinisiatif membawa garam––mengambilnya cukup banyak lalu memasukkannya ke dalam nasi goreng itu dan mengaduknya sampai tercampur merata.

"Kak Arkan tidak akan kekurangan garam..." Setelah itu buru-buru Alaya kabur keluar agar tidak di curigai.

Tak lama Naina datang ke dapur untuk mengambil nasi gorengnya––hanya untuk Arkan, kebetulan dia memang sarapan dengan roti saja.

---

Seperti biasanya sebelum pergi bekerja Arkan akan sarapan dulu bersama keluarganya namun di meja makan hanya ada Naina seorang diri.

Rasanya canggung, sungguh. Kemarin adalah momen dimana Naina memilihnya, Arkan masih tak percaya dengan hal itu, entah kenapa tiba-tiba Naina memilih Arkan padahal dari kemarin Naina ngotot ingin bersama Raga.

"Nai..." panggil Arkan sebelum mendudukkan tubuhnya––berhadapan dengan Naina.

"Aku sudah membuatkan nasi goreng untukmu," ujar Naina tanpa menoleh dengan wajahnya yang tak berekspresi apapun.

Arkan tersenyum lebar; ternyata benar, Naina sudah menerimanya.

"Sesuai kesepakatan seminggu, simulasi suami-istri..." jelas Naina yang sempat ter-jeda.

Senyuman Arkan langsung pudar, tapi apa pedulinya? Yang penting Naina menganggap nya saja sudah membuatnya merasa terbang.

Dengan penuh semangat Arkan segera memakan nasi gorengnya.

'Kok...' Arkan yang baru mengunyah satu kali pun menghentikan kunyahan nya, rasanya sangat-sangat asin, bahkan pria itu beberapa kali memejamkan matanya dan mengunyah dengan sangat pelan.

'Ku kira Naina sudah tobat,' batin Arkan yang menyesal karena sudah berpikiran positif.

Naina mengernyit bingung dengan gelagat Arkan dan bertanya. "Kau kenapa?" Dengan ekspresi datar.

CERITA KITA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang