Bagian 3

516 50 0
                                    

Bumi kini sekelilingi oleh langit malam yang gelap, bintang-bintang bertaburan di atas langit dan bulan setengah penuh yang bersinar terang. Malam ini cukup dingin udara terasa sangat dingin karena tadi sore sempat hujan. Saat ini di atap gedung Nanon sedang berbaring di atas meja yang terletak disana, menatap ribuan bintang yang selalu membuatnya iri karena selalu bersinar sedangkan ia sendiri takut untuk bersinar entah apa yang ia takutkan. Dia bahkan lebih memilih langit malam yang gelap, yang mungkin saja terdapat banyak bahaya disana. Satu-satunya alasan kenapa ia tidak ingin bersinar karena mungkin, banyak orang sudah tau tentang dirinya, secara ia adalah anak dari keluarga ternama.

Ia ingin bersinar dengan caranya sendiri bukan dengan cara orang tuanya yang selalu ingin menjadikannya seorang bintang tanpa ia sendiri harus merasakan bagaimana susahnya berjuang.

Nanon menatapi bintang-bintang di langit itu, meskipun bintang-bintang itu memiliki cahaya mereka masing-masing, orang-orang masih tetap akan memilih bintang yang cahayanya lebih terang dan indah dibanding bintang kecil yang cahaya redup.

Asik menatapi bintang-bintang di langit, Nanon mendengar suara pintu penghubung terbuka, ia menoleh mendapati Ohm yang sedang berjalan sambil bertelepon entah dengan siapa ia berbicara. Ohm hanya melewati Nanon, lelaki itu hanya melambaikan tangannya dan tersenyum pada Nanon yang juga di balas senyum tipis dari lelaki itu.

Ohm berdiri didepan pembatas tangannya ia tumpukan pada pembatas tersebut.

"Um, aku baik-baik saja jangan khawatir" ucap Ohm pada lawan bicara

"....."

"Baiklah, ini sudah malam istirahatlah"

"....."

"Aku juga mencintaimu"

Percakapan antara Ohm dan seseorang diseberang sana dapat didengar jelas oleh Nanon. Pria itu sempat berfikir mungkin saja ia sedang menelepon pacarnya, mengingat tadi ia sempat berkata aku juga mencintaimu itu berarti dia punya pacar bukan? Mengingat Ohm juga mempunyai wajah yang tampan Nanon mengakui hal itu, jadi sudah pasti ia punya pacar.

Ohm mematikan sambungan teleponnya, lalu berjalan mendekat ke arah Nanon yang asik berbaring di atas meja.

"Hai" sapa Ohm lalu duduk diatas meja di samping Nanon

"Ohm, kita patah dengan meja ini" ucap Nanon tanpa membalas sapaan Ohm terlebih dahulu

"Setidaknya kau harus balas dulu sapaan ku sebelum kau mengucapkan kalimat yang lain" sahut Ohm

Nanon menatapnya sengit "hai!.. Sudah bukan? Turun dari meja ini, meja ini bisa patah karena tubuhmu yang besar itu" sungut Nanon

Ohm hanya terkekeh pelan tanpa mau turun dari meja tersebut " Meja ini kuat, ini terbuat dari kayu besi jadi tidak mudah untuk patah" ucap Ohm. Lelaki yang sedang berbaring itu hanya diam saja, ia malas jika harus berbicara dengan orang yang ada disampingnya ini, karena dia sangat MENYEBALKAN!!!!!!

Ohm mendongakkan kepalanya menatap langit malam yang ditaburi beribu bintang dan, bulan setengah penuh yang bersinar terang. Ohm tersenyum mengingat ibunya selalu bilang; kau harus terus bersinar seperti bintang, meski kadangkala orang-orang akan memilih bintang yang lebih besar dengan cahaya yang lebih terang.

Ohm menatap Nanon yang juga sedang menatap langit "Kau sedang apa disini malam-malam? Udara cukup dingin disini" ucap Ohm

"Aku setiap hari ada disini, menatap ribuan bintang yang sepertinya telah bosan ditatap olehku" jawab Nanon

"Oh, tapi kemarin malam saat aku kesini kau tidak ada" kemarin malam Ohm sempat naik ke atap gedung dirinya hanya ingin menghirup udara segar saja karena di kamarnya sangat panas, namun ia tidak menemukan siapapun disana hanya ada dirinya sendiri

Masih Ada Sisa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang