Bagian 32

216 27 14
                                    

Kaget? Tentu saja Vanila kaget siapa yang tidak kaget bahwa anak dari seorang CEO dan pengusaha ternama memiliki anak seorang gay? Vanila sudah lama mengenal Nanon namun ia baru mengetahui fakta itu sekarang terlebih lagi lelaki ini mengatakannya secara terang-terangan ia memang tidak menyebutkan bahwa dia dan Ohm adalah kekasih namun siapa tidak mengerti arti dari dari kata 'mungkin lebih dari teman'? Siapa yang tidak paham?

Nanon tersenyum puas melihat wajah Vanila yang sangat terkejut, ia sungguh tidak perduli lagi dengan apapun sedang parsetan dengan reputasi baik yang selama ini ia pertahankan. Ia juga merasa frustasi, sangat frustasi!

Dan sekarang ia tidak ingin siapapun mengganggunya apa lagi sampai mengusik tentang hubungan asmaranya.

"Jadi kalian adalah kekasih?" Tanya Vanila memastikan ia ingin dengar yang lebih jelas bisa saja tadi dia salah mengartikan ucapan Nanon.

Nanon mengangguk mantap "Iya, aku dan Ohm adalah kekasih jika kau menyukainya maka aku sarankan untuk berhenti mendekatinya" ucap Nanon lembut namun tegas

Vanila mengangkat alis sebelahnya ia tersunggung dengan ucapan Nanon, bukan Vanila namanya kalau ia peduli

"Kau yakin bisa terus bersamanya?" Tanya Vanila nadanya terdengar mengejek sebab ia tau seperti apa ayah Nanon. Tom pasti tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi

Nanon tau kemana arah bicara perempuan di depannya ini tapi Nanon bisa memanipulasi siapapun dengan wajahnya yang sulit di tebak dengan ekspresinya

"Mengapa tidak? Kau khawatir tentang reputasi ku atau ayahku?" Nanon berkata santai sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tak lupa dengan tangan yang bersila didepan dada.

Vanila menatap Nanon tidak percaya lelaki di depannya ini diluar ekspektasi nya ia pikir lelaki itu akan pusing memikirkan segala konsekuensi yang akan terjadi jika ayahnya tau tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan Nanon terlihat biasa saja dan tidak perduli dengan apa yang akan terjadi nantinya. Seolah ia sudah siap dengan segala hal.

"Kau tidak takut dengan ayahmu?" Tanya Vanila

"Takut. Tentu saja takut tapi siapa yang perduli? Tidak ada" Jawaban yang Nanon lontarkan sesuai dengan keadaan siapa yang perduli padanya? Tidak ada kecuali Ohm hanya dia yang selalu ada untuk Nanon bahkan ibunya pun tidak bisa bergerak sama sekali untuk sekedar membelanya semuanya seakan-akan buta dan tuli di dalam rumah. Pluem memang bisa di andalkan dalam banyak hal tapi untuk yang satu ini Nanon yakin kakak tertuanya itu juga pasti akan lepas tangan mengingat dia juga mengalami hal yang sama.

Vanila terkekeh, tawanya terdengar seperti malampir di telinga Nanon "Kalian menjijikan" ucap Vanila. Kali ini Vanila berhasil memancing emosi Nanon tapi ia tahan jika dia menunjukkan seberapa besar emosinya hanya akan membuat perempuan di depannya ini merasa menang jadi dia mempertahankan ekspresinya yang biasa saja seolah tidak terjadi apapun.

"Menjijikan? Memangnya apa yang kami lakukan? Berjalan dengan badan telanjang di depan umum? Melakukan seks di jalanan? Jual diri? Tidak kami tidak melakukannya kami hanya saling mencinta itu saja.."  Nanon menatap Vanila dengan pandangan yang sulit di terjemah "Bahkan jatuh cinta juga harus mendapat ijin dari hukum. Dunia sungguh penuh dengan gimik" tekan Nanon dalam setiap perkataannya. Dunia terlalu jahat untuk mereka yang memiliki orientasi seksual yang berbeda. Bukan, bukan hanya mereka yang memiliki orientasi seksual yang berbeda, namun juga dengan anak-anak cacat lainnya di perlakukan dengan berbeda sama seperti apa yang telah menjadi takdir mereka. Harus terlahir dengan segala hal yang berbeda dengan orang lain membuat mereka juga diperlakukan dengan berbeda.

Vanila menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi ia memandangi orang-orang yang tengah bekerja "Aku bingung dengan mereka yang penyuka sesama jenis. Mereka sama, alat vital mereka juga sama bagaimana bisa jatuh cinta? Memikirkannya saja sudah membuatku pusing" ujar Vanila

Masih Ada Sisa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang