1 Bulan kemudian...
Waktu berlalu begitu saja hari demi hari telah dilalui dengan segala baik meski terkadang ada saja masalah yang datang di setiap harinya. Meski begitu tetap saja hidup harus dinikmati bukan?
Dalam waktu satu bulan itu banyak hal yang terjadi dalam kehidupan semua orang. Banyak yang berubah seperti Nanon yang sekarang lebih introvert dari sebelumnya. Yang menyadari perubahan dirinya hanya Ohm dan sahabat nya Marc. Omong-omong soal Primily, perempuan itu kini telah pindah ke Irak negara yang cukup jauh dari negara mereka. Nanon sudah berencana untuk membicarakan tentang pertunangan yang ia jalani serta ingin meminta maaf kepadanya namun perempuan itu sudah lebih dahulu pergi ke negara lain.
Ia tidak tau akan perjalanan Primily. Nanon sendiri tau dari Marc itupun bukan dari Primily langsung. Marc tau Primily pindah dari asisten rumah tangga mereka. Perempuan itu pergi tanpa mengatakan apapun kalau kata asisten rumah tangga nya mereka pindah karena pekerjaan.
Dalam sebulan itu juga hubungan Ohm dan Nanon diuji dengan Vanila yang terus muncul di manapun mereka berada. Ia sudah menjadi ekor Nanon sekarang dan tentu saja Nanon semakin tidak menyukainya. Mereka berdua akan segera menikah hanya tinggal menghitung beberapa hari saja lalu mengapa perempuan itu tidak bisa melihatnya bersenang-senang dengan kekasihnya Ohm? Toh setelah itu Vanila bisa dengan puas memandangi Nanon karena mereka akan tinggal satu atap.
Apa menahan diri itu sulit?
Saat ini Nanon sedang bersama dengan Marc. Kelas keduanya baru saja selesai beberapa menit yang lalu, setelah kelas selesai Nanon mengajak Marc untuk duduk di atap gedung.
Keduanya duduk di atas meja yang sudah tidak terpakai lagi sambil menatap langit biru yang indah dan menikmati cemilan yang mereka beli tadi sebelum naik.
"Ku pikir kita akan makan sampai mati disini" ucap Marc melihat satu plastik merah besar yang berisikan jajanan ringan. Marc tidak mengerti mengapa Nanon membeli sebanyak ini, yang ia tau lelaki itu tidak suka makanan ringan. Apa yang terjadi padanya?
Nanon terkekeh "Aku hanya ingin makan" jawab Nanon.
Marc mengedikkan Bahunya acuh, toh nikmati saja lagi pula bukan uangnya yang keluar.
"Omong-omong Primily sangat menyebalkan dia pergi tanpa mengatakan apapun padaku" ucap Marc. Ia merasa sangat kesal kepada Primily pergi tanpa pamit akhirnya ia tidak bisa mengatakan kalimat perpisahan untuknya. Primily juga mengganti nomor ponsel membuat Marc lebih kesulitan untuk menghubungi perempuan itu.
"Kenapa kau terlihat begitu kesal? Dia akan kembali tidak mungkin dia menghabiskan sisa hidupnya disana" kata Nanon menenangkan Marc yang sepertinya sangat kesal dengan Primily.
"Bagaimana aku tidak kesal dia pergi begitu saja bahkan aku belum mengatakan padanya bahwa aku.." Nanon menatap Marc menunggu lelaki itu untuk melanjutkan kalimatnya. Marc terlihat ragu-ragu untuk mengatakannya tapi ia harus mengatakannya kepada Nanon.
"Bahwa aku??"
"Bahwa aku menyukainya" Nanon menaruh bungkusan jajan yang sudah kosong itu ke sembarang arah. Ia sangat terkejut mengetahui fakta bahwa Marc menyukai Primily pantas saja lelaki itu selalu berada disisi di Primily apapun yang perempuan itu lakukan tak luput dari pandangan Marc. Kini Nanon mengerti sekarang.
"Kau menyukainya lalu mengapa kau tidak katakan padanya?" Tanya Nanon
Marc menghembuskan nafas sedih ia mengambil lagi sebungkus jajan, membuka lalu memakannya "bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku. Dia menyukaimu. 24/7 dia selalu menceritakan dirimu saat kita sedang duduk berdua." Ucap Marc. Mengingat kejadian-kejadian tersebut membuat hati kecilnya tercubit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Sisa Rasa
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur bxb jadi buat kalian yang homopobick jangan baca! Kalau nggak suka skip