Bagian 10

402 42 1
                                    

Apakah hari ini bisa dilewatkan saja? Ia benar-benar tidak ingin hari ini ada. Ya tentu saja karena hari ini adalah hari dimana ia harus pergi ke tempat pemotretan itu. Nanon merasa jengkel dengan semua ini sudah jengkel dengan Ayah nya yang menjadikan dirinya model tanpa izin nya di tambah dengan Primily yang sedari tadi mengekori nya. Ia tidak masalah karena Primily adalah sahabatnya namun seharian ini Primily seperti perempuan kesetanan yang terus menganggu Nanon.

Ia tidak menganggu dalam hal lain hanya saja tingkahnya ini yang membuat Nanon risih. Nanon ke kiri ia ke kiri Nanon ke kanan ia ke kanan.  Awalnya Nanon biasa-biasa saja tapi ketika Nanon ingin ke toilet pun Primily mengikutinya. Sungguh Nanon ingin sekali berteriak padanya tapi Nanon tidak tega karena ia adalah seorang perempuan.

Nanon tidak menyangka bahwa ia akan senekat itu mengikutinya hingga ke toilet beruntung tidak ada mahasiswa yang lain disana jika ada maka mereka berdua akan di tuduh melakukan hal yang iya-iya.

Nanon menatap Primily yang sedang asik dengan minumannya itu.

"Prim"

"Iyah?"

"Tidak, lanjutkan saja" Nanon menghembuskan nafas berat. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Ia mencari kontak Ohm pada ponselnya namun sial ia lupa jika ia belum menyimpan nomor lelaki itu. Nanon ingin pergi dari sini ia ingin menyendiri namun gadis ini selalu mengikutinya. Nanon yakin jika ia berdiri dan pergi Primily akan mengikutinya. Orang pertama yang terlintas di otak Nanon adalah Ohm namun ia tidak bisa menghubungi lelaki itu.

Namun siapa yang akan menduga bahwa Ohm akan datang secara tiba-tiba? Apa lelaki itu mempunyai sebuah ilmu?

"Hai" sapa Ohm kemudian duduk di samping Nanon

"Hm"

"Hai juga"

Nanon menatap Ohm matanya seolah menyiratkan bahwa ia ingin pergi dari sini. Ohm paham maksud Nanon, matanya mampu mengatakan segala hal.

"Prim" panggil ohm

"Iyah?"

"Aku ingin meminjam Nanon sebentar ada hal yang ingin ku sampaikan" ucap Ohm

"Mengapa tidak disini saja?" Tanya gadis itu. Ia tidak ingin berjauhan dengan Nanon tanpa ia sadari bahwa Nanon risih dengannya

"Tidak, ini penting dan privasi"

"Ya sudah, jangan lama-lama"

"Oke"

Ohm berdiri kemudian menarik tangan Nanon dan pergi dari sana. Setelah dirasa sudah jauh dengan Primily Nanon menghembuskan nafas lega. Ohm yang melihat itu hanya tersenyum saja, ia tidak tau apa yang terjadi diantara keduanya. Mereka berdua berjalan santai tanpa ada satupun dari mereka yang membuka suara, dan tanpa mereka berdua sadari mereka berjalan masih dengan tangan yang saling menggenggam.

Ohm sebenarnya tau itu, tapi dia diam saja toh kesempatan tidak datang dua kali. Nanon sendiri yang tidak sadar akan hal itu, karena Nanon tidak sadar maka Ohm akan mengambil kesempatan emas itu.

"Ngomong-ngomong mengapa kau seperti tertekan saat berada di samping Primily? Bukankah kalian teman?" Ucap Ohm yang memulai topik di antara mereka berdua.

"Aku risih" jawabnya

Ohm mengernyit bingung, mengapa bisa Nanon risih terhadap sahabatnya sendiri "Risih? Kenapa?" Tanyanya penasaran.

"Aku tidak tau dia kerasukan setan apa sehingga selalu mengekori ku. Awalnya aku memang biasa-biasa saja tapi dia terus mengikuti ku hingga ke toilet dan itu membuatku risih. Aku ingin menghabiskan waktu sendirian tapi dia menghancurkan segalanya. Mood ku sedang buruk dan dia membuatnya semakin buruk" jelas Nanon panjang lebar.

Masih Ada Sisa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang