Pluem menatap lama gagang pintu yang berada di depannya. Antara takut dan Khawatir akan tetapi rasa ingin melindungi lebih besar dari pada itu. Pluem berada di depan ruang kerja Ayahnya sekarang. Tom.
Ia harus membicarakan hal yang sudah seharusnya ia katakan sejak awal sesuatu yang membuat dirinya menyesal hingga sekarang.Pluem telah memberitahu manajer Tom kalau ia ingin bertemu dengan ayahnya. Manajer tersebut sudah menyampaikan apa yang dikatakan Pluem kepada Tom dan ia sudah mendapatkan ijin masuk dalam ruangan kerja. Namun hingga detik ini tangannya tak kunjung bergerak untuk membuka pintu itu ia hanya sibuk memandanginya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Menghembuskan nafas berat akhirnya Pluem memutuskan untuk masuk. Saat masuk ia melihat ayahnya yang sedang berkutat dengan komputer di atas meja sepertinya ia sedang bekerja padahal ini sudah jam istirahat.
"Pluem, ada apa?" Tanya Tom setelah melihat anak tertuanya masuk dalam ruangan.
"Ayah tidak makan siang? Ini sudah jam istirahat" Tanya Pluem sekedar basa-basi
Tom menggeleng ia mematikan komputer nya lalu berdiri dari meja kerja menghampiri Pluem. Ia duduk di sofa panjang yang di sediakan disana setelah duduk ia juga menyuruh Pluem untuk duduk. Ia cukup penasaran karena tidak biasanya Pluem datang menghampirinya di ruang kerja jika masalah pekerjaan Pluem pasti akan memberitahu melalui manajer tapi hari ini ia datang langsung ke ruangannya.
"Nanti saja makan siangnya ayah belum lapar" Pluem mengangguk. Keheningan terjadi beberapa saat sebelum akhirnya Tom membuka suara;
"Jadi ada apa? Biasanya kau tidak pernah datang kesini" ucap Tom akhirnya. Pluem yang sedang termenung dan bingung mau memulai darimana sedikit terkejut namun masih bisa ia menahan ekspresi terkejutnya.
Pada akhirnya Pluem harus mengatakan segalanya bukan "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu ayah" ucapnya
"Tentang apa? Apa ini tentang Nanon? Jika kau ingin memintaku untuk menghentikan pernikahan ini maka jawabannya adalah TIDAK"
"Tidak bukan itu" Pluem menggeleng cepat ia memang akan membicarakan tentang Nanon tapi tidak semuanya. Kali ini ia akan jujur tentang dirinya sendiri ia juga lelah hidup dalam kebohongan dan tidak berani menghadapi kenyataan.
"Lalu apa?"
"Ini menyangkut diriku sendiri" Pluem memejamkan matanya sebentar jantungnya berdegup kencang ia sangat gugup hingga rasa sesak dalam dirinya semakin menambah "Aku sama seperti Nanon ayah" ucap Pluem pada akhirnya
Tom mengernyit ia tidak mengerti apa yang dikatakan Pluem "Maksudmu?" Tanyanya bingung
"Aku tidak menyukai wanita aku menyukai pria" Mata Tom membulat sempurna ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Pluem tidak menyukai wanita? "Aku tau ayah terkejut dan mungkin ayah akan marah sekarang tapi itu adalah kenyataannya ayah" lanjutnya
"APA YANG KAU KATAKAN PLUEM?!! AYAH TIDAK PERCAYA!!" suara Tom meninggi ia sudah cukup emosi mendengar anaknya yang bungsu adalah seorang gay dan sekarang Pluem mengakui dirinya juga?
"Percaya dan tidak percaya ini adalah kenyataan yang harus ayah terima. Aku tidak menyukai wanita ayah. Saat ayah menjodohkanku dengan wanita pilihan ayah aku menerimanya bukan karena rasa suka tapi karena aku tau ayah akan melakukan sesuatu yang buruk pada kekasihku nanti. Aku takut dia terluka jadi aku menerima perjodohan itu. Aku sangat takut aku tidak punya keberanian untuk mengatakan segalanya. Setahun berlalu begitu saja dan selama itu juga aku tenggelam dalam rasa bersalah dan rasa sakit ayah. Aku tidak mempunyai keberanian, aku tidak bisa terus bersembunyi dalam kebohongan ini lebih lama.." Pluem memejamkan matanya emosinya mendadak naik hingga kepala wajahnya memerah menahan amarah dan kesedihan dimana ia mengingat kembali wajah sedih kekasihnya saat mereka bertemu untuk terakhir kali. Pertemuan dimana Pluem mengakhiri hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Sisa Rasa
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur bxb jadi buat kalian yang homopobick jangan baca! Kalau nggak suka skip