Bagian 31

210 23 6
                                    

Pagi telah tiba meskipun langit belum terang namun hari telah berganti. Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 5.00 pagi. Nanon sudah bangun sejak tadi, ralat bukan bangun tapi ia terjaga dari malam. Ia tidak bisa tidur dengan benar karena terus memikirkan apa yang Tom katakan padanya. Ia sungguh tidak ingin menikah apalagi dengan orang yang tidak ia kenal.

Nanon melihat kepada Ohm yang masih tertidur pulas disampingnya. Biasanya jam begini Ohm sudah bangun Nanon pikir sepertinya Ohm tidak ada kelas jadi ia akan tidur sampai siang nanti.

Nanon mulai bergerak pelan ia mengangkat tangan Ohm yang sedang melingkar manis di pinggangnya. Setelah berhasil bergerak tanpa membuat lelaki itu bangun, Nanon turun dari atas kasur ia ingin pergi ke atap sekarang. Pikirannya
terlalu kacau.

Sebelum Nanon naik ke atas ia menyempatkan dirinya untuk mencium pipi Ohm, meski hanya kecupan singkat ia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Ohm sebaik mungkin. Waktu 2 Minggu tidaklah lama.

Nanon membuka pintu kamar pelan-pelan memastikan tidak suara yang terdengar setelah berhasil Nanon segera naik ke atas atap.

Angin yang bertiup kencang langsung saja menampar pipi Nanon saat ia sudah berada di atas. Nanon memandangi langit yang masih gelap dan beberapa bintang yang masih ada di langit. Angin subuh seperti ini sangat dingin namun Nanon tida perduli.

Ia berdiri sambil memegang pembatas, melihat ke bawah terlihat beberapa mobil yang lewat meski hanya satu atau dua. Nanon menghembuskan nafasnya mengingat kembali kejadian kemarin yang terus mengganggu pikirannya. Nanon sama sekali tidak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi, ia memang takut jika kejadian yang Pluem alami akan terjadi lagi, ia tidak menyangka kalau yang ia takut-takuti benar terjadi sekarang.

Lebih baik Nanon tidak menikah sama sekali daripada harus meninggalkan Ohm. Yang Nanon pikirkan sekarang adalah cara bagaimana agar ia tidak jadi menikah. Sejenak ia berpikir lalu menggelengkan kepalanya, ia tidak bisa melawan apa yang Tom katakan. Ayah nya mempunyai banyak koneksi tidak sulit untuk mencari tahu informasi tentangnya sekalipun ia lari ke negara lain.

"Apa aku harus mengakhiri hubungan ini?, Aku tidak sanggup. Melihat wajahnya sekarang saja sudah sangat menyiksaku" batin Nanon.

Ia tidak sanggup jika harus mengakhiri hubungan mereka berdua mau tidak mau Nanon memang harus melakukannya. Ia sangat tidak sanggup, sekarang saja hanya dengan melihat wajah Ohm yang manis membuat dirinya di hantui rasa bersalah dan berat untuk meninggalkan lelaki itu. Ia terlalu baik. Terlalu baik hingga sekarang Nanon pikir ia tidak pantas untuk Ohm. Menjalin hubungan dengan Ohm hanya akan membuat kekasihnya itu terluka lebih banyak.

Nanon punya waktu dua Minggu jadi ia akan benar-benar menghabiskan waktunya bersama dengan Ohm.

Setelah itu baru Nanon memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka berdua.

Nanon menatap lurus pada pemandangan yang ada di depannya, langit sudah mulai berubah warna menjadi sedikit terang bintang-bintang pun sudah mulai menghilang satu persatu.

Nanon teringat foto-foto yang Tom lemparkan di wajahnya, salah satu foto yang ada disana ada foto Ohm dan Nanon berciuman di dalam kamar. Nanon menggigit kukunya, alisnya berkerut mengingat kembali dimana ia dan Ohm berciuman hanya ada satu orang di sana.

Primily??

Apa perempuan itu yang mengambil foto mereka berdua? Iya! Pasti primily hanya ada primily di sana hari itu. Nanon sebenarnya tidak yakin namun ia ingat kalau primily menyukainya. Keluarga Primily dan Nanon pun cukup dekat tidak menutup kemungkinkan kalau perempuan yang akan dia nikahi adalah Primily.

Tangan Nanon mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Perempuan itu benar-benar benalu dalam hidup Nanon.

Ceklek!

Masih Ada Sisa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang