Berjalan menelusuri lorong asrama, Nanon lelaki itu berjalan santai sambil bersenandung kecil. Ia berjalan tanpa memikirkan apapun di kepalanya. Entah mengapa tetapi hari ini asrama terlihat cukup sepi dari biasanya, entahlah mungkin saja orang-orang sedang keluar atau mengurung diri didalam kamar saja.
Ia senang karena besok pagi nanti Ohm akan pergi menemaninya untuk pemotretan suatu iklan. Ia senang apapun itu ia tidak tau yang pasti ia selalu ingin dekat dengan Ohm tanpa siapapun yang menganggu.
Ngomong-ngomong jika kalian bertanya dimana Ohm, saat ini lelaki itu sedang kembali ke rumahnya. Ia berkata bahwa ia masih ingin tinggal di rumahnya. Sebenarnya ia juga mengajak Nanon hanya saja Nanon harus mengerjakan tugas kelompoknya.
Berbelok ke arah kiri kini langkah Nanon terhenti seketika, ia juga berhenti bersenandung ketika melihat seorang gadis berdiri di depan pintunya. Itu adalah Primily. Untuk apa gadis itu datang kesini??
Menghembuskan nafas panjang Nanon kini mendekati gadis itu.
"Prim" panggilnya
Merasa dirinya dipanggil Primily menoleh ke samping dan menemukan Nanon di sana. Sebuah garis melengkung membentuk senyuman lebar ketika melihat Nanon orang yang ia sukai. Ya! Primily menyukai Nanon itu adalah faktanya sekarang makanya ia selalu berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Nanon.
"Kau darimana saja aku menunggumu dari tadi" ujarnya dengan wajah kusut.
"Mengapa kau disini?" Bukannya menjawab Nanon malah bertanya kembali padanya. Ia tidak suka dengan Primily yang sekarang seratus delapan puluh derajat jauh berbeda dari sebelumnya.
"Aku menunggumu" jawabnya
"Untuk apa?"
"Memangnya aku tidak boleh datang dan melihat temanku sendiri? Apa itu salah?"
"Tidak salah, tapi ini adalah kamarku dan aku laki-laki orang bisa berpikir yang tidak-tidak jika melihatmu di kamarku"
"Kita tidak melakukan apapun jadi mereka tidak akan berbicara yang sembarangan kepadamu, kalau begitu ayo masuk sebelum ada yang melihat" tanpa permisi Primily menggenggam tangan Nanon ia, memegang gagang pintu dan hendak membukanya tapi sial pintu kamar masih terkunci.
"Bukalah pintunya" ucap Primily. Dengan spontan Nanon menarik tangannya melepas genggaman tangan yang di buat oleh Primily. Ia mengeluarkan kunci dari sakunya kemudian membuka pintu kamar nya. Setelah pintu kamar terbuka Nanon langsung masuk tanpa peduli dengan Primily. Gadis itu pun juga ikut masuk ke dalam tak lupa ia juga mengunci pintunya.
Membuang tasnya di atas kasur Nanon lebih memilih duduk di sofa kamarnya. Sedangkan Primily gadis itu kini sudah beralih ke dapur. Sudah seperti rumahnya sendiri jadi ia bebas berkeliaran dimana saja tanpa ia tau bahwa kelakuannya yang seperti itu membuat orang yang ia sukai merasa risih.
"Untuk apa kau datang ke sini?" Tanya Nanon
"Aku hanya ingin bermain disini" jawab Primily santai. Ia membuka lemari es mengambil 2 butir telur dan sosis. Ia memecahkan kedua butir telur tersebut ke dalam mangkuk, ia juga mengiris tipis-tipis sosis kemudian ia masukan ke dalam telur yang tadi sudah ia pecahkan.
Sebenarnya Primily tidak tau hal-hal yang berbaur dapur alias tidak bisa memasak yang ia tau hanyalah menyalakan kompor itu saja yang ia tau. Primily adalah anak dari keluarga yang berada ia tidak pernah memegang alat dapur karena semuanya di ambil alih oleh para pekerja dirumahnya.
Namun ia ingin membuat Nanon tersanjung padanya dan memuji hasil masakannya makanya ia harus berusaha untuk bisa masak.
Melihat Primily yang berkutat di dapur membuat rasa curiga muncul dalam diri Nanon "kau mau apa?" Tanya Nanon ketika melihat Primily sudah menyalakan api pada kompor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Sisa Rasa
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur bxb jadi buat kalian yang homopobick jangan baca! Kalau nggak suka skip