"huhhh~ akhirnya selesai juga" Nanon menghembuskan nafasnya lega ketika mereka mengatakan bahwa sesi photo shoot hari ini telah selesai. Semua orang kini sudah kembali ke tempat mereka masing-masing. Tadi Ohm juga sudah menyelesaikan tugasnya sebagai staff pembantu, membereskan barang-barang dan peralatan foto tadi.
Di tepi pantai hanya tersisa mereka berdua saja. Tidak ada seorang pun yang ada disana. Semilir angin yang berhembus lembut membuat suasana keduanya menjadi lebih santai.
Matahari sudah mulai terbenam disana, langit bahkan sudah berubah warna menjadi jingga, deru ombak yang memukul karang di pantai terdengar bising namun selalu menjadi favorit orang-orang untuk duduk di tepi pantai seperti ini.
Nanon memandangi matahari yang sudah mulai terbenam itu. Ia memejamkan matanya menikmati angin yang berhembus. Suasana yang tenang seperti ini, Nanon sangat merasa senang.
Setiap pergerakan Nanon apapun yang lelaki manis itu lakukan sama sekali tidak luput dari pandangan Ohm. Lelaki bertubuh besar itu tersenyum manis ketika melihat kekasih hatinya yang sepertinya menikmati angin dan suara ombak di tepi pantai.
Ohm merasa seperti sesuatu di dalam tubuhnya menjadi penuh meskipun memang tidak padat seperti dulu. Ia merindukan ayah dan ibunya. Ibunya sangat menyukai pantai ia pernah berjanji pada ayah dan ibunya bahwa mereka bertiga akan pergi ke pantai setelah libur semester tiba. Tapi apa yang bisa dia lakukan dewi fortuna tidak berkehendak kepadanya. Orang tuanya pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata pun untuknya.
Nanon membuka matanya lalu menatap Ohm yang berada di sampingnya. Kedua manik mata itu saling bertemu satu sama lain memancarkan rasa sayang melalui pandangan itu.
"Apa? Mengapa menatapku seperti itu, aku tau aku tampan" ucap Nanon memecahkan keheningan di antara mereka berdua. Hanya candaan kosong karena untuk menutupi dirinya yang akan salah tingkah jika di tatap lama-lama oleh Ohm hahaha.
Ohm terkekeh, lelaki di sebelahnya ini ternyata lebih narsis dari yang ia kira "kau ini benar-benar aneh" ia berkata sambil tertawa kecil
"Aneh? Apanya yang aneh??"
"Iya kau memang aneh. Dulu sebelum kita menjadi sepasang kekasih kau tidak narsis seperti ini. Kau seperti patung hidup yang di beri nyawa, bahkan aku sendiri bingung bagaimana aku bisa menyukaimu padahal orang lain yang menyukaimu juga takut pada pandanganmu" semua yang dikatakan oleh Ohm adalah kenyataan yang tidak bisa ia hindari.
"Tidak perlu ada alasan untuk menyukai seseorang. Karena kita tidak tau kapan dan bagaimana dia tumbuh. Cinta itu tumbuh dengan sendirinya" ucap Nanon
"Kau benar" Ohm menghembuskan nafas nya lalu menatap Nanon..
.. "Tidak ada alasan bagi seseorang untuk menyukai orang lain, tapi selalu ada alasan mengapa mereka harus mundur sebelum maju" ujar Ohm.
Dari apa yang telah ia lihat memang begitu kenyataanya. Banyak orang yang tidak selalu beruntung dalam hal percintaan. Ada teman yang rela mengorbankan cintanya demi temannya yang juga menyukai orang yang sama. Ada juga rela mengorbankan cintanya karena terhalang restu. Ada juga rela mengorbankan cintanya karena merasa tidak pantas dan masih banyak alasan orang-orang lebih memilih mundur dari pada maju tapi harus terluka sangat dalam.
Nanon mendengar ucapan Ohm. Ia meresapi dan memahami yang lelaki itu katakan semua itu adalah benar. Itu terjadi dalam dunia nyata bukan fiksi.
"Kemarin aku bertemu kakakku" ucap Nanon ia ingin berbagi cerita pada kekasihnya. Ohm hanya diam ia ingin mendengarkan apa yang ingin lelaki itu ceritakan. "Satu fakta yang baru aku ketahui kemarin, kakakku ternyata menyukai pria bukan wanita" jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Sisa Rasa
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur bxb jadi buat kalian yang homopobick jangan baca! Kalau nggak suka skip