Bagian 38

221 23 12
                                    

Astaga! Sungguh dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Ini pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang mengatakan dia perempuan murahan terlebih lagi orang itu adalah calon suaminya. Harga diri Vanila koyak saat ini juga. Bagaimana Nanon bisa dengan mudah mengatakan seperti itu sedangkan dia sendiri mati-matian berjuang untuk mendapatkan Nanon.

Vanila menyumpah serapahi Nanon dalam hatinya ia tidak berani mengatakannya kepada Nanon secara langsung ia akan menghormati lelaki itu karena akan segera menjadi suaminya. Soal cinta? Tidak apa-apa mereka akan tinggal satu atap bersama-sama, satu kamar, dan berbagi ranjang siapapun itu pasti akan terbawa perasaan dan juga lelaki mana yang dapat menahan diri untuk tidak menyentuh perempuan yang tidur seranjang dengannya? Apa lagi jika mereka sudah terikat oleh janji suci, mereka bebas melakukan apapun kan? dengan begitu cinta akan bertumbuh dengan sendirinya.

"Jujur saja harga diriku sebagai perempuan jatuh saat kau bilang aku murahan tap—"

"Kelakuan mu yang seperti ini sudah sangat murahan Vanila jadi jangan bilang harga dirimu jatuh karena perkataanku padahal kau sendiri yang melukai harga dirimu" Benar bukan? Nanon tidak melukai harga diri Vanila tetapi perempuan itu sendiri. Dia rela menghalalkan berbagai cara hanya demi bisa mendapatkan Nanon.

Vanila terdiam sesaat sebelum akhirnya dia mengangguk menyetujui ucapan Nanon "ya, kau benar. Tapi aku tidak perduli karena sekarang usahaku membuahkan hasil. Aku mendapatkan mu sekarang" Vanila sama sekali tidak memikirkan masa depannya jika dia menikah dengan Nanon. Nanon mulai berpikir. Apakah Vanila pernah bertanya dalam hatinya dia bisa mendapatkan cinta Nanon atau tidak? Tentu saja tidak perempuan seperti Vanila tidak akan berpikir sejauh itu.

"Kau belum mendapatkan ku. Kau hanya mendapatkan tubuhku tapi tidak dengan cintaku. Kau masih belum menang"

"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku. Itu sangat mudah kita akan tinggal satu atap menghabiskan waktu bersama, tidur seranjang semua itu akan membiasakan mu hingga kau tidak bisa berpikir untuk jauh dariku. Dengan begitu cinta akan tumbuh di antara kita berdua" setelah Vanila selesai dengan ucapannya terdengar suara tawa yang manis dari Nanon. Sungguh ucapan Vanila sangat menggelitik hatinya apakah perempuan itu lupa sesuatu?

"Aku gay kalau kau lupa"


~~~~~~

Semua percakapan antara Nanon dan Vanila di dengar jelas oleh Pluem kakak tertua Nanon. Pluem tidak berniat sama sekali untuk mengikuti keduanya ia hanya ingin menghirup udata segar di taman belakang sambil menikmati segelas soda yang ada di tangannya namun ia tidak sengaja melihat Nanon dan Vanila yang sedang duduk berdua di bangku taman. Karena merasa ada yang tidak beres akhirnya Pluem berdiri disana melihat serta mendengar apa yang mereka lakukan dan bicarakan.

Pluem menggeleng kepalanya sama sekali tidak menyangka kalau gadis yang terlihat lugu seperti Vanila ternyata sangat licik. Wajah dan sifatnya yang berbeda jauh bahkan 180 derajat berbeda. Pluem sangat marah dia tidak suka adiknya di jebak seperti ini. Apa lagi yang menjadi otaknya adalah Tom ayah nya sendiri.

Pluem merutukki dirinya sendiri karena sampai saat ini detik ini dia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong adiknya.  Ini semua karena ayahnya. Tom terlalu egois, serakah, dan rakus sampai-sampai semua mimpi dan kebahagiaan nya direnggut. Pluem jadi berpikir apakah ibunya mau menikah dengan Tom karena di paksa juga? Kalau memang benar adanya lelaki seperti Tom akan Pluem musnahkan tidak perduli meski Tom adalah ayahnya.

Pluem pergi dari sana ia membuang gelas yang telah kosong itu kemudian memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Mobil hitam itu melaju dengan cepat membelah ramainya jalan raya ia harus pergi darisana hatinya sama sekali tidak tenang melihat wajah adiknya yang begitu tersiksa namun ia harus tetap menerimanya. 

Masih Ada Sisa Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang