Pemakaman baru saja selesai, orang-orang yang datang memberikan banyak semangat dan dukungan kepada Ohm, mereka merasa dunia ini tidak adil untuknya kedua orang tuanya di ambil secara tiba-tiba.
Ohm, Nanon, Marc, Primily, Drake, dan Vanila sedang berada di ruang tamu mereka sedang duduk bersama-sama sambil membujuk Ohm yang tak kunjung berhenti menangis.
"Ohm, aku turut berdukacita kau yang kuat" ucap Vanila sambil mengelus pelan tangan Ohm. Lelaki itu hanya mengangguk lalu menghapus air matanya. Ia ingin menjadi tegar tapi ia tidak semampu yang ia kira.
"Kami semua juga turut berdukacita padamu Ohm, aku tidak menyangka bahwa mereka akan pergi secepat ini" ucap Drake "ku harap mereka ditempatkan di tempat yang layak" kata Drake
"Amin"
"Amin" ucap yang lain secara bersamaan
"Terimakasih sudah datang, maaf aku tidak bisa melakukan apapun" ucap Ohm
"Tidak apa-apa kami paham perasaanmu" ucap Marc
"Kalau begitu kami permisi dulu, kau istirahat saja" kata Drake lalu mereka semua pergi menyisakan Nanon dan Ohm sendirian di ruang tamu.
Suasana nampak hening, tak ada suara apapun yang keluar dari mulut mereka. Hanya terdengar isakkan tangis dari Ohm yang duduk di samping Nanon.
Nanon mengelus punggung Ohm dengan lembut. Lelaki itu menangis sambil memeluk foto ayah dan ibunya. Sungguh rasanya ia ingin pergi menemui mereka sekarang juga. Tidak perduli jika ia harus bunuh diri karena itu.
"Kau istirahat dulu di kamar, mau ku antar?" Tanya Nanon
Ohm menggeleng "tidak perlu, aku akan pergi sendiri" Ohm berdiri dari duduknya kemudian ia pergi memasuki kamar tidurnya. Nanon memerhatikan Ohm hingga lelaki itu menghilang dari pandangannya.
Nanon pun demikian melakukan hal yang sama berdiri dari dari duduknya lalu pergi dari sana. Nanon berjalan perlahan menuju area samping rumah. Menatap kembali tempat dimana ia pertama kali bertemu dengan orang tua Ohm.
Nanon mendudukkan dirinya sendiri lalu pikiran nya memutar kembali masa-masa dimana mereka bermain dan tertawa bersama. Nanon juga merasa kehilangan, ia bisa merasakan apa yang dirasakan Ohm saat ini. Kehilangan sosok yang begitu berarti di dalam hidupnya. Dari kedua orang tua Ohm, ia baru bisa merasakan bagaimana hangat nya sebuah keluarga, ia bisa merasakan bagaimana pelukan seorang ayah, ia bisa merasakan bagaimana rasanya di bela sang ibu. Sayang sekali ia hanya bisa menikmati itu selama kurang lebih 3 Minggu.
Nanon melepaskan baju panas buatan ibu Nanon. Baju panas yang ia buat. Nanon memang ingin memakainya, ia ingin mengingat kembali bagaimana senyuman manis seorang wanita paruh baya itu.
Nanon menatap baju panas itu dalam-dalam tanpa ia sadari air matanya turun begitu saja. Nanon menangis ia menutup wajahnya dengan baju itu dan menangis sejadi-jadinya. Saat ini yang bisa ia lakukan adalah melepas rasa sedihnya, karena jika dia sedih bagaimana nanti dengan Ohm? Ohm lebih merasa sakit dari pada dirinya.
"Apa kalian tidak kasihan dengan Ohm? Dia sendiri sekarang, aku tidak bisa melihatnya seperti ini. Benar-benar tersiksa" ucapnya. Nanon adalah orang yang jarang menangis dalam hidupnya entah sudah berapa lama ia tidak pernah merasa sedih dan kini air mata jatuh kembali setelah sekian lama.
Nanon menatap baju itu "Aku berjanji pada kalian aku akan menjaga Ohm dengan baik, dia adalah anak yang ceria melihatnya seperti ini membuat hatiku cukup teriris. Aku juga merasa sedih kalian yang membuatku merasa nyaman tapi kalian pergi begitu cepat" lanjutnya. Nanon kembali menutup wajahnya dengan baju itu lalu menangis sejadi-jadinya. Sedari tadi ia harus menahan tangisnya karena ia harus menguatkan Ohm. Jadi biarlah ia menangis seperti ini dulu.
~~~~
Sementara itu di sebuah kamar dengan cahaya lampu yang redup, dipinggiran kasur Ohm duduk sambil memegang bingkai foto yang berisi fotonya dengan kedua orang tua. Ohm tidak bisa berhenti menangis begitu saja. Ia merasa kasihan pada dirinya sendiri karena setelah ini ia harus berjuang sendirian.
"kalian benar-benar pergi?" tanyanya pada foto itu meskipun ia tau tidak akan ada jawaban dari sana.
"kalian tidak sayang lagi padaku?"
"aku sendiri sekarang, apa yang bisa aku lakukan tanpa kalian?"
"aku masih membutuhkan kalian disini.. bisakah kalian kembali?.. aku ingin kalian ada disini.." suara Ohm terdengar begitu menyakitkan. Entah apa yang Tuhan rencanakan pada dirinya hingga ia harus menderita seperti ini. Ia memeluk bingkai foto itu dengan erat. Bahkan menangis pun tidak akan bisa mengembalikan mereka berdua.
Dapat dilihat dengan jelas dari luar, punggung lebar itu bergetar hebat karena menangis. Nanon mengigit bibir bawahnya ia harus menghibur Ohm sekarang.
Nanon masuk ke dalam kamar ia berjalan mendekati Ohm lalu duduk bersungkur di depan Ohm.
"Ohm.." panggilnya lembut ia memegang tangan Ohm yang masih setia memeluk foto itu.
Ohm hanya memandang nya tanpa harus memberi jawaban. Matanya semakin sembab dan bengkak. Nanon tidak tau harus berkata apa sekarang bibirnya terasa kelu. Ia mengambil bingkai foto yang berada dalam pelukan Ohm kemudian menaruhnya di atas meja.
Ohm menatapnya sesekali ia sesenggukan, ia masih saja menangisi kepergian orang tuanya. Melihat Ohm yang seperti ini rasanya ia ingin sekali membuatnya tertawa seperti kemarin-kemarin.
Nanon memegang kedua pipi Ohm, menghapus air mata yang mengalir dengan kedua jari jempolnya. "kau tidak sendirian, aku ada disini untukmu" ucap Nanon lembut sebelum pada akhirnya ia menarik lelaki itu masuk ke dalam pelukannya. Tangisan ohm semakin pecah ketika mendengar Nanon berkata seperti itu, ia membalas pelukan Nanon dengan erat. Bisakah ia percaya bahwa Nanon bisa menjadi sosok yang selalu mendampingi dirinya? Ia harap begitu.
Ohm memeluknya menenggelamkan wajahnya di bahu Nanon. Berpelukan cukup lama Nanon kini melepaskan pelukan keduanya.
"Mau makan? Aku akan buatkan makanan untukmu" ucap Nanon. Ia mengusap wajah Ohm yang basah karena air mata dan keringat.
Ohm menggeleng lemah "aku tidak ingin makan" jawabnya
"Makan yah, tidak banyak hanya sedikit kau harus mengisi perut mu itu. Kau belum makan dari malam" memang benar Ohm sama sekali tidak menyentuh makanan dari malam dirinya sedang tidak ingi makan yang ia lakukan hanyalah menangis dan menangis. Ia bahkan hampir tidak berdiri dari samping peti mati kedua orang tuanya.
"Tidak, aku tidak ingin makan aku lelah" ujarnya. Ia lelah karena menangis.
Nanon hanya menghembuskan nafas pasrah saja kemudian mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Ohm.
"Kalau begitu ayo istirahat, berbaringlah dan tidur" Nanon hendak berdiri lalu dengan cepat Ohm memegang tangannya
"Jangan pergi" ucap Ohm. Ia memandang Nanon dengan wajah Memelas, sungguh ia tidak ingin sendirian saat ini ia butuh seseorang untuk mendampinginya.
"Tidak, aku tidak akan pergi kemana-mana, geser ke sana" Menurut Ohm langsung menggeser tubuhnya ke samping ia membaringkan badannya di kasur.
Nanon juga ikut tidur di samping Ohm ia memeluk pria itu dengan erat "tidurlah.. kau butuh istirahat" kata Nanon.
Ohm memeluk Nanon menyembunyikan wajahnya di dada kecil pria itu. Ia dapat merasakan tepukan lembut di punggungnya. Nanon benar-benar membuatnya merasa nyaman dan tenang sekarang.
TBC
Maaf kalau gak jelas nih alur..Jangan lupa untuk vote komen dan follow akunnya yah.
Sorry for typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Sisa Rasa
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur bxb jadi buat kalian yang homopobick jangan baca! Kalau nggak suka skip