Sudah satu Minggu Ohm berada di rumah sakit. Semua perawatannya di tanggung oleh Nanon bukan hanya perawatan yang di berikan oleh dokter tapi Nanon juga ikut andil merawatnya jangan di tanya tentu saja karena Ohm adalah kekasihnya. Meskipun bukan kekasih ia akan tetap membantu merawat karena kejadian ini terjadi atas dasar kesalahannya. Ya sampai saat ini Nanon terus menyalahkan dirinya sendiri meski Ohm sudah bilang itu bukan salahnya.
Rasa dingin itu menghampiri kulitnya membuatnya merinding karena rasa dingin itu. Sapuan handuk basah yang lembut dapat dia rasakan saat ini Nanon tengah membantu Ohm membersihkan tubuhnya dengan telaten tangannya terus bergerak mengelap badan Ohm dengan handuk kecil di tangannya. Waktu kini menunjukkan pukul 8.00 pagi Nanon membantu Ohm membersihkan tubuhnya karena sebentar lagi dokter akan datang untuk mengganti perban di dada Ohm.
Setelah selesai Nanon memakaikan pakaian Ohm "Selesai" ucapnya, Nanon pergi ke kamar mandi membuang sisa air yang ada di dalam baskom lalu menaruh baskom dan handuk kecil itu di kamar mandi setelah menaruhnya Nanon kembali dan duduk di sisi ranjang.
"Terimakasih" ucap Ohm tulus.
Selama ia berada di rumah sakit Nanon selalu ada untuknya membantu dan melakukan apapun untuknya.Nanon mengambil tangan Ohm lalu menggenggamnya "Sudah tugasku" Nanon tersenyum manis membuat Ohm ikut tersenyum. Senyuman lelaki itu selalu saja berhasil membuatnya jatuh cinta berulang kali sebuah lesung pipinya terlihat sangat cocok untuknya.
"Permisi.. selamat pagi" suara seseorang mengalihkan atensi keduanya mereka berdua menoleh bersama-sama dan tersenyum pada seorang dokter pria yang datang menghampiri mereka.
"Pagi dokter"
"Pagi dokter" ucap keduanya bersamaan.
"Bagaimana keadaanmu merasa lebih baik?" Tanya dokter kepada Ohm terlihat dokter tersebut mulai mengeluarkan perban dan obat-obatan dari dalam kotak yang ia bawa
"Sudah jauh lebih baik dokter" jawabnya
"Baguslah, permisi ya saya akan memotong perbannya" dokter tersebut meminta permisi dengan sopan sebelum ia memotong perban yang melingkar di dadanya. Setelah selesai memotongnya dokter melepas perban kecil yang menutupi luka tembak Ohm. Luka nya sudah terlihat mulai mengering tapi belum sepenuhnya baru sedikit saja. Dokter membersihkan luka Ohm kemudian menaruh obat dan memasang kembali perban yang baru di tubuh Ohm.
"Sudah selesai setelah ini sarapan kemudian minum obatnya yah. Lekas sembuh saya permisi dulu"
"Terimakasih dok" setelah dokter itu pergi Nanon kembali duduk di sisi ranjang Ohm sebelumnya ia berdiri tadi agar tidak menghalangi dokter yang sedang bekerja. Nanon melihat perban di dada Ohm, kemeja pasien yang ia kenakan belum di kancing sehingga ia bisa dengan jelas melihat perban itu. Tangan Nanon naik perlahan-lahan dengan ragu ia menyentuh perban itu. Dengan pelan Nanon menaruh semua telapak tangannya di atas dada Ohm yang beralaskan perban rasa bersalah kembali memukulnya.
"Pasti sangat sakit.." Nanon berkata dengan suara yang pelan adegan dimana Ohm tertembak muncul kembali dalam ingatannya ia masih ingat dengan jelas dada Ohm yang penuh dengan darah gumpalan-gumpalan darah yang melekat di tangannya masih jelas dalam ingatan.
Ohm memegang tangan Nanon "Tidak sakit sayang, akan sakit kalau kau menekan atau memukulnya" Nanon terkekeh ia sedang serius namun Ohm malah bercanda ia juga tau kalau lukanya di pukul atau di tekan pasti akan sangat sakit tapi bukan itu yang dia maksudkan. Rasanya ia ingin memukul luka itu saja.
Ohm tertawa melihat wajah Nanon yang sepertinya kesal ia sangat yakin kalau saat ini Nanon ingin memukul wajahnya kalau saja ia tidak sakit pasti pukulan keras sudah mendarat dari tadi "Aku serius Ohm~" nada manja itu, Ohm sangat rindu mendengarnya sejak ia sadar yang ia dengar hanyalah nada khawatir ia rindu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Sisa Rasa
RandomWarning!! Cerita ini mengandung unsur bxb jadi buat kalian yang homopobick jangan baca! Kalau nggak suka skip