Bab 3

3.6K 428 3
                                    

Gadis ber-sweater hijau mint yang sedang mendorong troli penuh barang masuk menembus tembok di antara tulisan peron sembilan dan sepuluh, diikuti oleh kedua orang tuanya yang menyusul di belakangnya. Mulutnya terbuka, berdecak kagum saat melihat tulisan peron sembilan tiga perempat dan kereta Hogwarts Express yang mengeluarkan kepulan asap putih di sisi lain dari Stasiun King's Cross di London. Bahkan Xarrow dan Candy yang berada di kandang juga ikut bersuara seakan mereka berbicara satu sama lain tentang apa yang baru saja dilihat Heather.

Asap lokomotif melayang di atas kepala orang-orang yang ramai mengobrol, sementara kucing-kucing dalam berbagai warna menyusup-nyusup di antara kaki mereka. Burung- burung hantu saling bersahutan, ditingkahi suara obrolan dan derit koper-koper berat yang diseret. Rangkaian beberapa gerbong yang di depan sudah penuh anak-anak. Beberapa di antaranya menjulurkan tubuh ke luar jendela untuk mengobrol dengan keluarga mereka, yang lain berebut tempat duduk.

"Aku sangat rindu tempat ini," ujar Victoria yang berada dirangkulan suaminya. Wanita itu dulunya adalah murid di Hogwarts juga. Sekolah itu sudah ia anggap seperti rumah keduanya.

Heather menyerahkan trolinya kepada seorang lelaki berseragam yang berdiri di dekat bagasi kereta dibantu dengan ayahnya. Sebelum dua kandang hewan peliharaannya masuk ke dalam bagasi, gadis itu sempat melambaikan tangan pada mereka dan berkata bahwa mereka akan bertemu lagi secepatnya.

Gadis itu kemudian mengecup pipi dan berpamitan kepada kedua orang tuanya sebelum naik ke salah satu gerbong kereta karena sebentar lagi kereta itu akan berangkat. "Jangan lupa untuk selalu memakai kalungmu!" ucap Victoria mengingatkan.

Mereka berdua kemudian melambai ke arah Heather yang berjalan ke arah gerbong dan berlalu pergi sebelum kereta benar-benar berangkat, mengingat ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Heather berjalan di sepanjang peron, mencari tempat duduk yang masih kosong. Dia melewati anak laki-laki berwajah bulat yang sedang berkata, "Nek, katakku hilang lagi."

"Oh, Neville," didengarnya perempuan tua itu menghela napas.

Seorang anak laki-laki berambut keriting dikerumuni serombongan anak. "Coba kami lihat, Lee, ayo dong."

Anak itu mengangkat tutup kotak yang dipeluknya dan anak-anak yang merubungnya langsung menjerit dan berteriak-teriak ketika ada kaki panjang berbulu keluar dari kotak itu.

Gadis itu masuk ke gerbong kosong hampir di ujung kereta, melihat ke kanan dan kiri, mencari kompartemen kosong dimana ia bisa duduk sendirian setelah gagal menemukan teman kecilnya dan ia malas mencarinya lebih jauh. Setelah menemukannya, ia menaruh koper jinjingnya pada kabin di atasnya dan duduk menyenderkan kepala pada jendela yang masih memperlihatkan kesibukan di stasiun.

"Permisi, apakah aku boleh duduk di sini?" Suara seseorang memberhentikan lamunannya. Ia menoleh ke arah pintu kompartemen dan didapatinya seorang anak laki-laki seusianya dengan kacamata bulat, berdiri menyembulkan kepalanya dari balik pintu dengan gugup. Kemudian gadis itu tersenyum dan mengangguk.

Lelaki berkemeja santai dan kaus itu duduk di hadapannya dan mengulurkan tangan kanannya meminta berkenalan. "Aku Heather Alley. Kau bisa memanggilku Heather," sapa gadis itu lebih dulu sambil bersalaman dengannya.

"Aku Harry, Harry Potter," ucapnya dengan senyum lebar.

Gadis itu membelalakan matanya setelah mereka berdua melepaskan tangan mereka. Ia tak percaya apa yang baru ia dengar barusan. Ia menutup mulutnya yang menganga dan mengerjapkan matanya.

"Kau Potter yang itu? Seorang anak yang bertahan hidup?" Lelaki itu mengangguk canggung menanggapinya.

"Aku pernah melihatmu dan aku masih tidak percaya aku melihatmu di sini sekarang," ujar gadis itu bersemangat. Sementara lelaki itu mengeryit bingung mendengar ucapan Heather.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang