Bab 88

440 45 4
                                    

"Tunggu!" Harry dengan cepat meraih pergelangan tangan Heather. Dia harus memastikan bahwa Heather tahu tentang Malfoy. "Aku melihat Malfoy ke Borgin dan Burkes kemarin. Dia mengancam pemiliknya, Borgin, untuk membantunya membetulkan sesuatu. Dan dia mengatakan dia ingin Borgin menyimpan sesuatu yang lain untuknya. Kedengarannya barang yang sama seperti yang perlu diperbaiki. Sepertinya dua barang itu sepasang. Dan—"

"Jadi kalian benar-benar membuntutinya?" kata Heather, memandangnya tak percaya.

"Well, iya. Dia mencurigakan."

"Kutanya sekarang, kapan Malfoy tidak terlihat mencurigakan di matamu?"

"Tapi kau harus tahu ini...aku rasa dia sudah dapat tanda kegelapan. Kau tahu ayahnya pelahap maut, kan?" Heather tampak tertegun sambil tetap mendengarkan Harry. Lelaki itu meneruskan dengan mengecilkan volume suaranya. "Dari siapa tanda yang itu kau ambil?"

"Tidak bisa kuberitahu," jawab Heather cepat. "Darimana pikiranmu kalau Draco pelahap maut?"

"Dia sama bajingannya dengan ayahnya."

"Tutup mulutmu!" bentak Heather. "Kau orang baik, Harry. Orang baik tidak berkata begitu."

"Tapi apakah kau tahu kalau Lucius Malfoy memandangmu jijik saat kau pingsan di kementerian?"

"Apa!?"

"Bagaimana kalau selama ini dia berkhianat?" kata Harry tajam, tanpa sadar tangannya sudah berada di pinggang Heather dan menariknya mendekat agar pembicaraan mereka tak terdengar siapapun.

Heather menelan ludahnya kasar. Ia bisa merasakan napas Harry menerpa wajahnya. Gadis itu memandang mata hijau Harry lekat-lekat, menaruh kecurigaan di sana. Dia bingung dan takut. Kalau perkiraan Harry benar soal ini, siapa lagi yang akan bisa ia percaya?

Gadis itu menghela napasnya. "Akan aku pastikan sendiri," katanya, menggeser lengan Harry pelan dan berjalan pergi ke arah gerbong Slytherin.

Heather baru saja menambah daftar pikiran baru dalam kepalanya. Apakah Lucius Malfoy sebenarnya memang tidak pernah berbaik hati pada keluarganya? Ataukah itu hanya bentuk pengecoh karena dia sedang berhadapan dengan pelahap maut lain untuk melindungi identitas Heather?

Gadis itu terus berjalan dalam pikirannya sampai ia sendiri tidak sadar bahwa dirinya sudah berada di gerbong yang dipenuhi anak-anak Slytherin. Dia tidak akan sadar kalau Draco tidak berdiri di depannya sambil menyeringai, membiarkan gadis itu menabraknya.

"Hai," katanya, saat Heather mengusap hidungnya yang terbentur pundak lebar Draco. "Melamunkan apa?" Tapi jelas Draco tidak memerlukan jawaban. Lelaki itu menarik dagu Heather dan menciumnya di tengah-tengah gerbong, menyebabkan sorak riuh terjadi di sana.

"Minggir-minggir! Bikin iri saja," kata Theo jengah, menyenggol mereka saat lewat karena menghalangi jalan.

Draco menuntun Heather untuk duduk di kompartemennya. Blaise yang sedang membaca buku dengan angkuh di depannya menyapa sebentar sebelum fokus pada bukunya lagi.

"Kau tidak patroli?" tanya Heather bingung karena Pansy, yang teman prefek Slytherin Draco, tidak ada di sana.

"Aku sedang patroli," katanya, mencium pipi Heather sebelum melanjutkan kalimatnya. "Lalu melihatmu, dan dengan segala pengorbanan aku menghampirimu."

Blaise mengeluarkan suara seperti muntah dari balik bukunya.

Heather mengangkat alisnya. "Ya sudah sana. Kau sudah bertemu denganku." Dengan enggan, Draco pergi berpatroli lagi.

Blaise dan Heather adalah salah satu manusia paling kalem dan tenang di Slytherin, yang dimana jika mereka dipersatukan seperti sekarang, mereka akan fokus pada dunianya masing-masing dengan saling diam tanpa ada obrolan panjang untuk menghabiskan waktu mereka sampai jam makan siang dimulai. Obrolan yang bisa diharapkan terjadi mungkin hanya sebatas tentang pelahap maut dan sebagainya yang sudah biasa terdengar di telinga anak-anak Slytherin.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang