Bab 36

1.1K 165 17
                                    

Heather menghembuskan napasnya kasar saat sudah berada di luar kastil. Kemarin hujan, tetapi hari ini cerah. Langit bersih, abu-abu pucat, dan rumput segar dan basah. Ia duduk di sebongkah batu besar di dekat danau yang sudah kering, memandang ke arah danau dengan perasaannya yang masih tersinggung dan kesal. Di atas sana, agak jauh dari kastil, tapi sepertinya cukup dekat kalau bisa terbang secepat Xarrow, terlihat makhluk-makhluk berkerudung hitam yang terbang mengitari langit-langit. Heather masih ingat betul bagaimana ketakutan langsung menyeruak ke tubuhnya saat melihat makhluk itu di kereta kemarin.

"Kau tak apa?" Suara seorang laki-laki berhasil mengejutkannya. Lelaki itu duduk di samping Heather, di bongkahan batu di sebelahnya yang berdempet.

"Agak kesal sebenarnya..."

"Karena aku mengagetkanmu?" tanyanya lagi.

Heather terkekeh. "Iya." Oliver menggaruk tengkuknya dan meminta maaf.

"Tidak, tidak, bukan karena kau," kata Heather sambil menyeringai. Gadis itu memandang ke arah danau lagi. "Bagaimana rasanya kelas tujuh?"

Oliver menghembuskan napasnya kasar dan memaksa senyumnya. "Baru hari pertama, tapi sudah harus menyiapkan untuk N.E.W.T mendatang. Percy sulit diajak belajar. Dia terlalu bangga jadi ketua murid."

"Bukankah kau akan masuk tim Quidditch nasional? Apa perlu N.E.W.T juga?"

"Orang tuaku menuntut nilai bagus," katanya, menghembuskan napas lagi. Ia duduk sambil menahan tubuhnya dengan tangan di belakang. "Bagaimana tahun ketiga? Menyenangkan?"

"Lumayan. Aku mengambil dua pelajaran yang aku sukai. Tapi sepertinya ada anak Gryffindor yang pintar dan menganggap ramalan adalah sesuatu yang tidak penting." Heather tertawa memaksa dan meletakkan kepalanya di pundak Oliver setelah lelaki itu menepuk bahu, menyuruhnya bersandar.

"Kutebak, pasti Hermione Granger." Heather terkekeh hingga kepalanya ikut bergerak-gerak. "Tepat sekali."

Selanjutnya mereka terdiam tanpa suara sedikitpun. Hanya memandangi danau besar di depan mereka sampai bel berdering.

Heather melambai pada Oliver dan segera berlari ke arah pondok Hagrid saat melihat anak-anak Slytherin sedang berjalan ke sana. "Huaa!" katanya sambil menepuk bahu Draco keras. Lelaki itu terlonjak dan berteriak sambil melompat ke arah Blaise Zabini, memeluk erat-erat lehernya, membuat anak-anak Slytherin lain tertawa terbahak-bahak. Blaise yang sadar langsung menjatuhkan Draco dari gendongannya.

"Ih, jauh-jauh!" kata Blaise geli sendiri dan menepuk-nepuk tangannya.

Draco menggeram dan langsung mengejar Heather yang sudah lari lebih dulu ke pondok Hagrid. "Sini kau!"

Namun sebelum gadis itu sampai, Draco sudah menangkapnya dan menggelitikinya sampai gadis itu terduduk di rerumputan dan terbahak-bahak. "Rasakan itu!"

"Stop, Draco! Stop!" kata Heather di sela tawanya. Kemudian ia langsung berdiri setelah Draco berhenti. Ada air mata yang keluar di sudut matanya karena terlalu banyak tertawa.

"Ayo, yang lain sudah berkumpul," kata Daphne sambil menyeringai saat melewati mereka berdua.

Draco menarik Heather untuk mendekat padanya dan merangkulnya. Kemudian mereka berjalan melewati padang rumput yang melandai menuju ke pondok Hagrid di tepi Hutan Terlarang. "Tak kubiarkan kau tenang," ancam lelaki itu sambil menyeringai karena Heather belum menghabiskan tawanya. Namun gadis itu berhasil kabur lagi dan berlindung di antara Daphne dan Tracey.

Terlihat Hagrid berdiri menunggu murid-muridnya di pintu pondoknya. Dia memakai mantel tikus mondoknya. Fang, anjing besar pemburu babi hutannya, di dekatnya. Hagrid kelihatannya sudah tak sabar. Di sana sudah ada beberapa murid Slytherin dan Gryffindor yang berkumpul.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang