Bab 62

1.3K 90 10
                                    

Langit Wiltshire yang biasanya tak pernah memunculkan matahari secara langsung, hari itu tampak jauh lebih gelap. Awan-awan hitam berkumpul secara tiba-tiba di atas rumah-rumah penduduk, membuat lampu-lampu dinyalakan walaupun baru pukul empat sore. Hujan mengguyur perlahan. Awalnya hanya tetesan-tetesan kecil merintik, kemudian bertambah banyak dan menjadi deras setelah sepuluh menit berlalu.

Suara hentakan kaki kuda beriringan dengan gemericik hujan yang menyentuh tanah. Sesekali hentakkannya membuat genangan-genangan air kecil yang dilewatinya terciprat ke bagian atas yang berbulu. Kuda hitam dewasa itu sudah basah kuyup, sama dengan seorang gadis yang menungganginya.

"Ayo, Kennedy, lebih cepat," perintah Heather, memacu kudanya lebih cepat lagi menembus air-air yang berjatuhan dari langit dengan cepat.

Namun tiba-tiba kuda itu berhenti, mengangkat kedua kaki depannya dan meringkik keras hingga Heather hampir jatuh terjengkang ke belakang kalau ia tak berpegang erat pada tali kekangnya. "Ken, berhenti! Ada apa?"

Heather mengatur posisi duduknya lagi di atas pelana saat berhasil mengontrol kuda hitam itu hingga berdiri dengan empat kaki. Kuda itu meringkik pelan, menggerak-gerakkan kepala tak nyaman dan menghentak-hentak mundur.

Di langit, di depan mereka, terlihat kain hitam besar melambai, setidaknya itu yang Heather pikirkan. Sampai kain hitam itu bergerak tak biasa, terbang, punya kepala, dan menjulurkan tangan.

Heather menengadah, mengeryit di tengah hujan yang membasahi wajahnya. "Dementor? Bagaimana Dementor bisa sampai di sini?"

Kemudian ia teringat sesuatu. "Harry..." Kennedy meringkik pelan. "Iya, Harry Potter yang itu," jawab Heather pada kudanya.

"Ayo, Kennedy. Kita harus pulang. Mari kita bantu Harry."

Heather memacu kudanya lagi dengan menghentakkan tali kekang di genggamannya, menembus hujan di tengah padang rumput luas menuju Malfoy Manor.

Gerbang terbuka otomatis begitu mereka sampai. Ia memarkir Kennedy di depan tangga teras dan membiarkan kudanya masuk ke kandangnya sendiri. Sesosok peri rumah berserbet cokelat tua sudah menunggunya dengan handuk di tangannya. Peri rumah itu menjentikkan jarinya pelan. Seketika semua pakaian Heather langsung kering.

"Ini handuknya, Nona," katanya, memberikan handuk hijau zambrud pada gadis itu.

"Terimakasih, Goly."

Heather masuk ke dalam rumah besar itu sambil mengeringkan rambut hitam legamnya dengan handuk. Kemudian berlari menuju kamar yang di tempatinya selama tinggal di sana setelah menyapa Mrs. Malfoy yang sedang bersantai di dekat perapian.

"Menyenangkan, berkuda sambil disiram hujan?"

Heather yang sedang bercermin menoleh, mendapati Draco Malfoy masuk ke kamarnya dengan kaus lengan pendek dan celana joger hitam. "Lumayan," jawab Heather singkat. Lelaki itu duduk di ujung tempat tidur, memandangi Heather sebentar, kemudian berbaring dengan lengan di belakangan kepalanya.

"Setelah ini, kau pasti bersin..."

Dan benar saja, sebelum Draco menyelesaikan kalimatnya, Heather sudah bersin dua kali. Lelaki itu terkekeh dan memejamkan matanya, menutup wajahnya dengan lengan yang satunya.

"Draco." Suara Heather langsung mendengung dan hidungnya sudah merah.

"Hmm?"

Heather naik ke tempat tidur, berbaring telungkup di sebelah Draco dengan bantal sebagai tumpuan leher dan dagunya. "Apa kau percaya Voldemort kembali?"

Draco bergidik, menyingkirkan lengannya dari atas kepalanya, kemudian memandang langit-langit kamar sambil mengeryit. "Berani sekali kau menyebut namanya." Lelaki itu menghembuskan napasnya kasar. "Mau percaya atau tidak, kapanpun itu, dia pasti kembali."

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang