Bab 26

1.2K 168 2
                                    

Saat malam tiba, Heather yang baru saja keluar dari kantor Dumbledore, memutuskan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Harry di sana. Gadis itu berjalan mengendap-endap, menyelinap di tengah koridor-koridor yang sudah nampak sepi.

Namun saat ia mencapai tangga terakhir, ia mendengar desisan keras dari dalam tembok. Suara mengerikan dan dingin yang akhir-akhir ini sering terdengar. Hanya Heather dan Harry yang dapat mendengarnya. "...bunuh...darah...robek...waktunya membunuh..." Heather berhenti sejenak menunggu suara itu pergi menjauh.

Setelah benar-benar tidak mendengarnya, gadis itu berjala kembali ke rumah sakit. Ia membuka pintu ganda besar itu dengan pelan-pelan. Heather menghembuskan napas lega saat mengetahui Madam Pomfrey tidak ada di sana. Ia berjalan ke arah ranjang Harry yang terdengar saup-saup mengobrol dengan seseorang.

"Dobby?" kata Heather begitu melihat Dobby berada di atas ranjang Harry. Tangannya di perban dan ia terlihat menangis dengan sarung bantal yang dipakainya. Sepertinya dia sudah agak lama berada di sana. Entah seberapa banyak yang dibicarakannya dengan Harry.

"Nona Heather Alley. Apa kabar Nona Heather Alley? Senang bertemu dengan Anda," katanya bahagia. Heather tersenyum ramah.

"Kau mengenalnya?" tanya Harry yang melihat Heather dan Dobby bergantian.

Heather menatap Dobby sebentar. Mata Dobby besar seperti bola tenis. Air mata bercucuran mengenai hidungnya yang panjang. Kemudian gadis itu mengangguk. "Iya. Aku mengenal tuannya."

Dobby mendadak diam terpaku, telinganya bergetar. Begitu juga dengan Heather dan Harry. Mereka mendengar ada langkah-langkah kaki mendekat di lorong di depan kamar.

"Dobby harus pergi!" bisik si peri, ketakutan. Terdengar derak keras, dan jari-jari Harry mendadak menggenggam udara kosong. Heather dengan cepat bersembunyi di belakang tirai, memakai kekuatannya agar menghilang. Sedangkan Harry terenyak kembali ke tempat tidurnya, matanya tertuju ke pintu yang gelap, sementara bunyi langkah-langkah kaki semakin mendekat.

Sesaat berikutnya Dumbledore berjalan mundur masuk ke kamar, memakai jas kamar wol panjang dan topi tidur. Dia menggotong ujung sesuatu yang tampak seperti patung. Profesor McGonagall muncul sedetik kemudian, menggotong kakinya. Bersama-sama mereka mengangkat patung itu ke atas tempat tidur.

"Panggil Madam Pomfrey," bisik Dumbledore, dan Profesor McGonagall bergegas melewati kaki tempat tidur Harry, menghilang dari pandangan. Heather menahan napasnya dan Harry berbaring tak bergerak, pura-pura tidur. Dia mendengar suara-suara tegang dan kemudian Profesor McGonagall muncul lagi, diikuti Madam Pomfrey yang datang sambil memakai kardigan di atas gaun tidurnya.

Harry mendengar tarikan napas tajam. "Apa yang terjadi?" Madam Pomfrey berbisik kepada Dumbledore, membungkuk di atas patung di tempat tidur.

"Serangan lagi," kata Dumbledore. "Minerva menemukannya di tangga."

"Ada setangkai buah anggur di sebelahnya," kata Profesor McGonagall. "Kami menduga dia sedang berusaha menyelinap ke sini untuk menengok Potter."

Hati Harry mencelos. Pelan-pelan dan hati-hati, diangkatnya kepalanya beberapa senti supaya dia bisa melihat patung di tempat tidur itu. Seberkas cahaya bulan menyinari seraut wajah yang pandangannya kosong. Colin Creevey, matanya terbelalak lebar dan tangannya terjulur kaku ke depan, memegangi kameranya.

"Membatu?" bisik Madam Pomfrey. "Ya," kata Profesor McGonagall. "Aku bergidik memikirkan...Kalau Albus tidak sedang turun untuk minum cokelat panas, entah apa yang akan terjadi..."

Ketiganya menunduk menatap Colin. Kemudian Dumbledore membungkuk untuk melepas kamera dari pegangan erat Colin. "Menurutmu dia berhasil memotret penyerangnya?" kata Profesor McGonagall bersemangat. Dumbledore tidak menjawab. Dia membuka bagian belakang kamera. "Astaga!" celetuk Madam Pomfrey. Semburan asap mendesis dari kamera.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang