Bab 75

555 70 8
                                    

Heather masih melanjutkan nyanyian tidurnya sambil menimang-nimang adik bayinya yang sudah tertidur pulas saat Draco masuk ke dalam kamar. Lelaki itu tersenyum sebentar memandangi mereka, kemudian menutup pintu pelan-pelan, berusaha agar tidak menimbulkan suara yang akan membuat Sebastian bangun dan menangis.

Draco masih memandangi mereka dari depan pintu saat Heather menaruh adiknya di tempat tidur lain di ruangan itu yang berpagar. Senyum lelaki itu telah memudar, meninggalkan rasa cukup sendu di wajahnya.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Heather, mendekat ke arah Draco yang memandangnya dengan ekspresi yang masih belum dipahaminya sampai sekarang. Ekspresi yang sama ketika lelaki itu mengajaknya berdansa di kelas empat. "Kenapa wajahmu begitu?"

Draco tidak menjawab, malah menarik pinggang gadis itu untuk mendekat kepadanya dan mulai menciumnya.

"Apa yang terjadi? Apa yang ayah katakan padamu?" tanya Heather lagi setelah Draco melepas ciumannya dan mereka sudah mengatur napas kembali.

Draco tetap tidak menjawab dan malah memeluk Heather erat, menciumi leher gadis itu dan menghirup aroma tubuh gadis itu. Sesekali ia mengisap pelan dan memberikan gigitan-gigitan kecil di sana. Heather akhirnya menyerah untuk bertanya lagi dan mulai menikmati aktivitas yang sedang lelaki itu lakukan dengan wajah yang perlahan memerah padam di bawah keremangan cahaya di kamar itu.

"Sebaiknya kita tidur," kata Heather saat Draco sudah berhenti dan berdiri tegak lagi. Lelaki itu mengangguk, mulai membuka mantel dan blazer-nya dibantu Heather, menyisakan kaus lengan panjang turtleneck hitam yang masih membalut tubuhnya. "Tidak mau ganti jadi piyama?"

"Kau yang pakaikan."

Heather mengangkat kepalanya, menatap Draco yang akhirnya mau bicara lagi dengan kalimat pertama yang sudah hampir menyulut emosinya. Lelaki itu memberi seringaian kecil dengan alis yang di naik-turunkan.

"Sekali lagi kau begitu, kau tidur dengan Hippogriff," ancam Heather yang membuat Draco terkekeh.

Ia menarik pinggang Heather lagi dan mulai menciumnya lagi. "Heather, aku mencintaimu dan kau tahu itu," kata Draco, berbisik di telinga gadisnya.

Gadis itu tertegun. Napasnya memberat dan jantungnya berdegup begitu kencang mendengar kata-kata yang jarang terucap dari masing-masing mulut mereka. Mereka memang tidak terlalu nyaman mengatakan hal itu begitu sering dan justru lebih senang menggambarkan rasa mereka lewat tindakan. Namun justru karena hal itu, membuat yang sekali terdengar selama berminggu-minggu menjadi sesuatu yang berefek besar.

"Aku tahu," kata Heather pelan, menyandarkan kepalanya di pundak lelaki itu. "Dan kau juga tahu aku mencintaimu."

Senyum di wajah Draco merekah. Jantungnya berdebar beriringan dengan jantung Heather.

"Mari bercinta."

Heather mengecek arlojinya untuk ketiga kali selagi duduk di ruang tunggu rumah sakit St. Mungo. Ia sudah meninggalkan banker di Calais sendirian dan pergi ke rumah sakit itu dengan beberapa kendaraan yang bisa ia temukan sendiri, meninggalkan Draco dengan memar di perut bekas tinjunya semalam bersama keluarganya di sana. Salahkan lelaki itu yang tiba-tiba berbicara sembarangan dan membuatnya kesal.

Heather berdiri, melambai ke arah segerombolan penyihir yang ia kenal dan segera bergabung dengan mereka menuju area penerimaan. Gadis itu memeluk Hermione, Ron, Harry, dan Ginny bergantian seakan mereka sudah lama tidak bertemu.

"Selamat Natal, Heather," kata Ginny dan mereka semua mulai bertukar ucapan Natal satu persatu.

Area penerimaan tampak bersuasana pesta menyenangkan: bola-bola kristal yang menerangi St Mungo telah diberi warna merah dan emas sehingga menjadi bola hiasan Natal raksasa berkilauan; daun-daun holy bergantungan di setiap ambang pintul dan pohon-pohon Natal putih bersinar tertutup tetes air beku dan salju sihir berkilauan di setiap sudut, masing-masing diberi bintang emas berkilat di puncaknya. Tempat itu tidak begitu padat seperti kali terakhir mereka di sana, walaupun setengah jalan menyusuri ruangan itu Harry menemukan dirinya terdorong ke samping oleh seorang penyihir wanita dengan jeruk tersumbat di lubang hidungnya.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang