Bab 49

1K 119 5
                                    

Mereka melewati gerbang, yang kanan-kirinya dijaga patung babi hutan bersayap, dan mendaki jalan menanjak, kereta menggelinding, berguncang mengerikan dalam angin kencang yang kini telah berubah menjadi badai. Bersandar ke jendela, Harry bisa melihat Hogwarts semakin dekat, cahaya dari jendela-jendelanya kabur dan bergoyang di balik tirai hujan lebat. Kilat menyambar di langit ketika kereta mereka berhenti di depan pintu besar dari kayu ek, di atas undakan batu. Anak-anak yang berada dalam kereta-kereta di depan mereka sudah bergegas menaiki undakan. Harry Ron, Hermione, Heather, dan Neville melompat turun dari kereta mereka dan buru-buru menaiki undakan juga, baru menengadah setelah mereka berada dalam Aula Depan besar yang diterangi cahaya obor, dengan tangga pualamnya yang megah.

"Ya ampun," kata Ron, menggoyangkan kepalanya dan mencipratkan air ke mana-mana, "kalau hujan terus begini, danau akan meluap. Aku basah kuyup... ARRGH!"

Balon besar merah berisi air jatuh dari langit-langit ke atas kepala Ron, dan pecah. Basah kuyup dan menyembur-nyembur, Ron terhuyung ke pinggir hingga menabrak Harry, tepat ketika bom air kedua jatuh... nyaris menimpa Hermione. Balon itu pecah di kaki Harry, mengguyurkan air dingin ke dalam sepatu kets dan kaus kakinya.

"AAAKH!" Heather berteriak nyaring saat salah satu balon besar pecah saat tepat berada di atas kepalanya, membuat rambut hitam legam, baju, serta Loki yang berada di telapak tangannya basah semua. Si Niffler sampai terlihat seperti baru saja tercebur ke dalam bak mandi. "Peeves sialan!" katanya memaki.

Anak-anak di sekitar mereka menjerit-jerit dan mulai saling dorong dalam usaha menghindar dari serangan. Harry mendongak dan melihat Peeves si hantu jahil, melayang enam meter di atas mereka. Sosoknya kecil, memakai topi lonceng dan dasi kupu-kupu berwarna jingga, wajahnya yang lebar dan jahat mengerut berkonsentrasi ketika dia siap melempar bom airnya ke sasaran.

"PEEVES!" teriak suara marah. "Peeves, turun CEPAT!"

Profesor McGonagall, wakil kepala sekolah dan kepala asrama Gryffindor, berlari keluar dari Aula Besar. Dia terpeleset di lantai yang licin dan menyambar leher Hermione agar tidak jatuh. "Ouch... maaf, Miss Granger..."

"Tak apa-apa, Profesor!" sengal Hermione, memijat-mijat lehernya.

"Peeves, turun SEKARANG JUGA!" raung Profesor McGonagall, meluruskan topi kerucutnya dan mendelik ke atas dari balik kacamata perseginya.

"Tidak parah kok!" kekeh Peeves, melemparkan bom air ke beberapa murid perempuan kelas lima, yang menjerit dan berlari ke dalam Aula Besar. "Kan mereka sudah basah? Cuma semburan kecil! Whiiiiiiiii!" Dan dia mengarahkan bom lain ke serombongan anak kelas dua yang baru tiba.

"Kupanggil Kepala Sekolah!" teriak Profesor McGonagall. "Kuperingatkan kau, Peeves..."

Peeves menjulurkan lidahnya, melemparkan bom air terakhir ke udara, dan melesat ke atas tangga pualam, terkekeh seperti orang gila.

"Nah, ayo jalan!" kata Profesor McGonagall tajam kepada rombongan anak-anak yang basah kuyup. "Masuk ke Aula Besar, ayo!"

Heather, Harry, Ron, dan Hermione berjalan terpeleset-peleset menuju pintu ganda di sebelah kanan. Ron bergumam marah-marah ketika menyeka rambutnya yang basah dari wajahnya.

Aula Besar tampak megah seperti biasanya, didekorasi untuk pesta awal tahun ajaran. Piring-piring dan piala-piala emas berkilauan tertimpa cahaya ratusan lilin yang melayang di atas meja-meja. Keempat meja asrama penuh sesak oleh anak-anak yang ramai berceloteh. Di ujung aula, para guru duduk di belakang meja kelima, menghadapi murid-murid mereka. Di dalam aula jauh lebih hangat. Harry, Ron, dan Hermione berpisah dengan Heather dan berjalan melewati meja Slytherin, Ravenclaw, dan Hufflepuff, dan duduk bersama anak-anak Gryffindor lainnya di meja paling ujung, di sebelah Nick si Kepala-Nyaris-Putus, hantu Gryffindor. Seputih mutiara dan semi transparan, Nick malam ini memakai baju ketatnya yang biasa, tetapi dengan rimpel ekstrabesar, yang berfungsi ganda, yakni bernuansa pesta dan sekalian untuk menyangga agar kepalanya tidak terlalu bergoyang di atas lehernya yang nyaris putus.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang