Bab 9

2.2K 307 17
                                    

Draco Malfoy tidak bisa mempercayai matanya ketika dia melihat Harry dan Ron masih di Hogwarts keesokan harinya. Mereka tampak lelah tapi riang gembira. Heather sudah duduk di meja Gryffindor sejak tadi, mendengarkan Harry dan Ron yang sibuk bercerita tentang apa yang ditemukan mereka semalam. Gadis itu hanya mengangguk-angguk. Ia sudah melihat lebih dulu apa yang mereka temui lewat vision-nya.

"Kok, kau tidak memberitahu kami? Kami hampir mati semalam," tanya Ron kesal.

"Kalau aku beritahu ada kesempatan untuk takdir berubah. Dan aku pikir kalian memang harus melihat itu secara langsung," ucap gadis itu memberi alasan. Harry dan Ron menatap gadis itu terheran-heran. Mereka belum terbiasa dengan keunikan Heather yang tetap tenang karena tahu segala hal.

Kemudian mereka membicarakan tentang apa yang berusaha dijaga oleh anjing berkepala tiga yang semalam mereka lihat, adakah hubungannya dengan Hogwarts, dan mengapa ia diletakkan di dalam kastil.

Di sisi lain, Hermione dan Neville yang terlibat dalam kejadian semalam tak menunjukkan minat sedikitpun saat mereka membahas anjing berkepala tiga itu. Yang paling penting bagi Neville adalah jangan sampai ia dekat-dekat dengan anjing itu lagi. Hermione sedang malas bicara dengan Harry dan Ron. Namun mereka berdua malah senang karena menurut mereka Hermione anaknya suka mengatur dan sok tahu.

"Hei, Heather! Bisa ceritakan kenapa kau dekat dengan Malfoy?" tanya Ron mengubah topik pembicaraan setelah menangkap sosok Draco yang sedang memandangi Heather dari meja Slytherin. Gadis itu menoleh ke belakang dan mata mereka bertemu. Draco yang menunjukkan wajah datar langsung tersenyum tipis ketika ia sadar bahwa gadis itu melihatnya.

"Agak sedikit rumit dan panjang, tapi..." Gadis itu berpikir sebentar, lalu melihat wajah Ron yang penasaran.

"Oke, baiklah. Akan aku ceritakan," katanya mengalah.

"Jadi  semuanya berawal dari nenek dari ayahku yang seorang penyihir bertemu dengan kakeknya Draco. Nenekku baru saja pindah dari California ke London setelah putus sekolah, tidak tahu apa penyebabnya. Nah, saat itu Kakeknya Draco, Abraxas Malfoy jatuh cinta pada nenekku. Tapi nenekku malah menikah dengan kakekku yang seorang squib. Lalu kejadian terulang saat ibuku sekolah di sini, di Hogwarts dan bertemu Lucius Malfoy, ayah Draco. Mereka saling jatuh cinta dan sepertinya sempat berpacaran. Lalu mereka putus karena sesuatu, mungkin kakeknya Lucius memandang keturunan veela itu pembawa sial. Lalu setelah kakeknya meninggal Lucius malah mendapat kabar kalau ibuku menikah dengan ayahku. Dan setelah itu seperti ada janji mengikat antara keluargaku dengan keluarga Malfoy bahwa kami saling melindungi satu sama lain karena...ekhm, cinta mungkin?" jelas gadis itu panjang lebar. Namun ia sedikit tidak yakin pada bagian akhirnya.

"Lalu kalian berteman?" tanya Harry masih sedikit tidak paham.

"Iya kami sudah berteman sejak dalam kandungan. Aku punya foto keluargaku dan Malfoy saat aku belum lahir."

"Bloody Hell! Berteman orang bengis seperti Malfoy, aku tak pernah membayangkan bagaimana rasanya." Ron menggeleng-geleng heran masih sambil memakan sarapannya.

"Mereka tidak seburuk yang kau pikirkan...kurasa."

Seminggu kemudian, aula dihebohkan dengan pos yang berdatangan. Seperti biasa mereka membanjiri aula dengan datang bersamaan. Burung hantu Harry yang berwarna seputih salju, Hedwig datang membawa bukusan panjang bersama dengan lima burung hantu lainnya yang membuat semua orang menoleh. Harry sama tertariknya seperti yang lain untuk mengetahui apa isi bungkusan besar ini dan dia tercengang ketika burung-burung hantu itu melayang turun dan menjatuhkan bungkusan yang mereka bawa tepat di depannya, menyenggol daging asapnya sampai jatuh ke lantai. Baru saja keenam burung hantu ini menyingkir, datang burung hantu lain yang menjatuhkan surat ke atas bungkusan tadi.

Born To Be Ready (Reader X Harry Potter Cast)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang