Diary Loro

4K 446 5
                                    

Win terbangun. Win melihat jam di dindingnya. Tepat jam 5. Win memutuskan untuk lari pagi. Dia ingin tubuhnya sehat. Win harus mengeluarkan keringatnya.

Win segera bangun dan mencuci mukanya. Win memakai pakaian olahraga. Win mulai menali tali sepatunya dengan kencang agar tidak lepas.

Win berlari. Dia akan menyusuri jalanan, dia sudah bosan jika harus lari pagi di taman perumahan. Win tersenyum melihat pemandangan jalanan yang ramai. Setidaknya untuk kali ini Win bisa menjadi seperti manusia biasanya. Bukan robot yang hanya bisa belajar.

Win yang bahagia tak melihat ke depan. Win tak tahu jika di depan ada banyak anak punk yang baru saja turun dari truk. Win terus berlari hingga dirinya menabrak seseorang yang baru turun dari truk.

"Aww"

"Ehh lu gak papa?"

Win menatap orang itu. Orang itupun menatap Win.

"Oy Bright ayo jalan"

"Lu duluan aja. Gue nabrak anak orang nih"

"Gue duluan"

Teman-teman Bright meninggalkan Bright dan Win. Win masih menatap Bright.

"Maaf, gue gak sengaja tadi nabrak lu"

"Gak papa. Bisa gak jangan pegang gue"

"Lah lu jatuh bangke. Kalau lu bisa berdiri sendiri ya lu berdiri lah"

Win mencoba berdiri. Namun kakinya terasa sakit.

"Sakit kan? Dibantu malah gak mau"

Bright mulai membantu Win berjalan. Bright membantu Win duduk di depan warung.

"Mak, teh hangat 1 ya"

"Oke Bright"

Win menatap warung itu. Terlihat kumuh. Win menatap Bright yang sedang melihat kakinya.

"Kaki lu keseleo. Gue pijat bentar ya biar lu bisa jalan"

"Eh gak usah"

Tanpa mendengarkan omongan Win, Bright segera memijat pergelangan kaki Win.

"Aohhhh sakittt"

"Diem bentar kenapa sih. Cuma sakit bentar"

"Sakit banget"

"Tahan bentar"

Sesudah Bright memijat Win, Bright duduk di samping Win. Bright menghapus air mata Win.

"Cengeng, gitu aja nangis"

"Sakit bego"

Ibu yang punya warung datang membawa segelas teh hangat. Ibu itu tersenyum kepada Bright.

"Teman baru lu Bright? Kok kayak anak orang kaya"

"Bukan bu, tadi gak sengaja nabrak dia"

"Oh ya udah, gue masuk dulu"

"Oke buk, suwun"
(Oke buk, terima kasih)

Ibu yang mempunyai warung itu masuk kembali. Bright menyerahkan teh itu kepada Win.

"Nih minum"

"Eh gak usah"

"Tenang aja. Gak bakal bikin lu mules. Bersih kok"

Winpun menerima teh itu. Win meminum teh hangat itu. Win menatap teh itu tidak percaya.

"Kenapa?"

"Kok enak banget. Beda banget sama teh di rumah lu"

"Teh murah sama teh mahal ya bedalah. Habisin"

Bright menatap Win. Win melihat Bright yang sedang menatapnya. Win terpesona dengan tampang Bright, walaupun terlihat sedikit kotor, namun tak bisa menutupi wajah kebuleannya.

"Lu emang dibolehin ngetrip kayak gitu sama orang tua lu?"

"Boleh, buktinya gue sekarang di sini"

"Gak dimarahin?"

"Gak lah. Ini hidup gue. Orang tua gue bilang yang penting gue gak bikin masalah. Gue juga masih sekolah juga"

"Lu sekolah tapi kok ini gak berangkat?"

"Gue bolos lah. Udah berapa hari gue gak masuk"

"Gak dimarahin?"

"Kayaknya hidup lu tertekan banget. Lihat orang bolos kayak lihat maling aja"

"Gak gitu. Beda banget hidup kita"

"Hm. Pulang sono lu. Telat baru tau rasa lu"

Win melihat jam ditangannya. Jam 6 tepat. Sekolah Win masuk jam 8. Win menatap Bright ragu.

"Boleh gue minta nomor telepon lu?" tanya Win

"Buat apa?"

Bright menatap Win bingung.

"Pengen punya temen aja"

"Lu gak punya temen?"

"Punya, tapi fake semua. Baik didepan buruk dibelakang. Kalau sewaktu mu ujian aja baik ngajak belajar bareng. Kalau gak lagi bareng ya gitu"

"Mana hp lu?"

"Nih"

Win memberikan hp berlogo apel yang tergigit.

"Ini gimana gunainnya? Gue gak bisa"

"Hah?"

Win segera membuka hpnya dan memberikan kembali hpnya kepada Bright. Bright mulai mencatat nomornya. Setelah selesai, Bright mengembalikan hp Win.

Bright berdiri dari duduknya. Win menatap Bright bingung.

"Mau kemana lu?"

"Ke markas anak-anak. Lu bisa pulang sendiri kan?"

"Bisa. Ini tehnya gimana?"

"Gak usah dibayar. Biasa ibu itu mah"

"Eh gak enak"

"Dengerin gue kalau lu gak mau malu"

"Oke"

Bright meninggalkan Win duduk di depan warung sendirian. Setelah Bright masuk di gang kecil, Win sadar dia harus pulang. Win melangkahkan kakinya dengan perlahan. Kakinya tak sesakit tadi, tapi lumayan terasa sakitnya. Win akan menjalani hari yang membosankan lagi. Win hanya berharap bisa berteman dengan Bright.

Sesampainya di rumah Win melihat sekeliling. Sepi. Orang tuanya pasti sudah berangkat duluan. Win tersenyum sedih.

° DIARY BRIGHTWIN °

Diary Hitam [ Bright x Win ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang