Orang tua Win mendekat ke arah Win. Mama Win menggenggam tangan Win. Tangisan Mama Win pecah.
"Kamu kurusan nak"
"Ma, Win seneng mama di sini"
"Mama sama papa di sini Win. Kamu bertahan ya"
"Ma, Win sayang banget sama mama papa. Win mau ngucapin terima kasih, udah didik Win dari Win kecil. Win kangen banget sama mama papa. Ma nanti kalau Win pergi, boleh gak Win titip anak Win ke mama sama papa? Tapi Win minta tolong, jangan paksa anak Win ya. Biarin anak Win menjadi yang dia inginkan"
"Win sayang, jangan bilang begitu ya. Kamu harus selamat. Kita rawat anak kamu bersama-sama"
"Takdir gak ada yang tau ma"
"Anak mama sama papa pasti kuat"
"Ma pa boleh gak Win minta peluk? Win kangen"
"Boleh nak, boleh"
Mama dan papa Win mulai memeluk Win. Win tersenyum bahagia.
"Dedek pembawa keberuntungan ya ma, pa. Dedek nyatuin kita lagi"
"Makanya kamu harus selamat buat lihat dedek"
"Iya ma"
Dokter masuk dengan beberapa perawat.
"Maaf ada yang mau menemani pasien melahirkan?"
"Dok boleh gak mama saya yang nemanin saya?"
"Boleh. Sus tolong bawa pasien ke tempat bersalin ya"
"Baik dok"
Win menggenggam tangan mamanya.
"Ma temenin Win ya"
"Iya nak"
Perawat membawa Win ke ruang bersalin. Win berjuang melahirkan anaknya. Mama Win menggenggam tangan Win. Dokter segera mempersiapkan peralatan untuk membantu Win.
"Eumhhhhhh maaaa sakittt"
"Iya nak sebentar lagi ya, tunggu arahan dokter"
"Bu, bisikan pelan-pelan ya ke anaknya, suruh mengejan pelan"
"Baik dok"
Mama Win membisikan sesuatu ke telinga Win.
"Yuk berusaha yuk pelan-pelan. Mengejan ya Win"
"Iya ma"
Hampir 45 menit Win berada di ruang bersalin, hingga terdengarlah suara tangisan bayi. Mama Win menatap Win bangga.
"Dedek udah lahir Win"
Namun wajah Win semakin memucat.
"Dok pasien pendarahan"
"Bawa bayinya dan ibu silakan keluar terlebih dahulu"
"Win kamu harus kuat nak"
"Iya ma"
Mama Win keluar dari ruang bersalin. Tangisan mama Win pecah seketika.
"Pa, Mama takut"
"Win gak papa ma. Win anak kuat"
"Takut pa"
"Kita berdoa saja"
Hampir 1 jam semua orang menunggu. Reka sudah berkeringat dingin. Mama Win tak berhenti menangis. Dokter keluar dari ruang bersalin.
"Anak bapak sama ibu kuat. Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat"
"Terima kasih dok. Terima kasih"
Win segera dipindahkan ke ruang rawat. Win sadar. Muka Win pucat seperti tidak ada aliran darah.
Sesampainya di ruang rawat, Win ingin melihat anaknya. Perawat mulai membawa bayi ke ruang rawat.
"Ini, dedek bayinya. Cowok"
"Terima kasih"
"Saya permisi dulu pak bu"
"Iya sus, terima kasih"
Perawat itu meninggalkan ruang rawat Win.
"Ma terima kasih ya buat selama ini. Pa, papa adalah pria yang paling Win banggakan. Win bangga bisa dilahirkan oleh mama. Terima kasih ma pa. Reka, lu teman terbaik gue. Terima kasih untuk bantuan lu"
Win memeluk anaknya. Win menciumi wajah anaknya. Perlahan mata Win tertutup. Anak Win pun mulai menutup matanya.
Reka yang sadar Win terlalu lama memeluk anaknya pun menghampiri Win.
"Win anak lu harus disusui dulu. Bangun yuk"
Namun tak ada pergerakan dari Win. Reka mulai panik.
"Tante, Om, Win gak bergerak. Panggil dokter te"
"Biar papa yang panggil dokter ma"
Papa Win segera berlari mencari dokter. Tak lama, dokter dan perawat berlarian menuju ke ruang rawat Win. Dokter memeriksa keadaan Win.
"Pasien Win metawin dinyatakan meninggal"
"Dok, bayinya juga gak bernafas"
Dokter itu pun segera memeriksa anak Win. Tak ada denyut nadi. Nafas bayi itu pun sudah berhenti.
"Putra dari Win metawin dinyatakan meninggal"
Tangisan diruangan itu pun pecah. Tangan Reka mendadak tremor. Mereka semua tak percaya. Bahwa papa dan anak pergi bersamaan.
"Win kamu kenapa ajak anak kamuuu Winnnn. Gak ada yang bisa mama kenang dari kamu. Balikin putra kamu Win. Winnn" teriak Mama Win.
"WINNNNNN BANGUNNNNN"
"Maafin mama nak. Ayo bangun. Kamu mau mama masakin apa? Bilang, nanti mama masakin kamu. Kamu mau mainkan? Boleh nak, ayo bangun"
"Win buka mata kamu nakkk. Jangan tinggalin mama. Win mama mohonnn"
"Mama sayang sama Win. Maaf selama ini mama gak pernah bantuin Win. Ayo Win bangun, nanti mama siapkan susu lagi buat teman kamu belajar. Maaf dulu mama cuma titipkan susu ke pembantu. Mama gak berani ketemu kamu Win"
"Winnn bangunnn nakkk. Mama tau kamu pengen tenang. Tapi kenapa kamu tidur. Jangan bawa cucu mama nak. Bangun yuk nak. Nanti mama peluk kamu terus. Nanti kita liburan bareng sama anak kamu. Kita foto keluarga lagi. Nanti mama marahin papa kalau papa berani bentak kamu"
"BUKAAAA MATA WINNN. JANGAN TIDUR. KAMU KUATTT"
"Winnnn. Mama gak ikhlas kamu pergi"
"Win anak baik kan? Jadi turutin ya perkataan mama. Buka mata Winnn"
"Ma tenang"
"Pa cucu kita juga dibawa sama anak kita. Kita gak punya siapa-siapa lagi pa"
"Ma tenang"
"Tante, Om, Win bersama anaknya harus segera dikebumikan"
"Saya boleh minta tolong kamu untuk urus pemakaman Win sama cucu saya?"
"Boleh Om"
"Nama anak Win, Reano Metawin"
"Baik om"
Reka segera meninggalkan ruang rawat itu. Tangisan mama Win semakin menjadi. Papa Win menatap wajah anak dan cucunya yang telah pergi. Seandainya dulu dia tidak menyiksa Win, mungkin anaknya dan cucunya masih ada. Masih bersama.
° DIARY BRIGHTWIN °
MUEHEHEHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Hitam [ Bright x Win ] ✓
FanfictionCinta gak salah. Kadang pandangan orang yang membuat kita salah. Kita harus berjuang demi kebahagiaan kita, namun kita yang terus menerus salah. Aku mau sama Bright ma, pa. Aku cinta sama dia. Cukup selama ini papa sama mama yang mengatur aku. Biark...