Diary Limolas

2.9K 365 12
                                    

Win sudah bekerja di toko roti selama sebulan. Kandungan Win sudah menginjak 8 minggu. Win mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

"Terima kasih nak, sudah bertahan sama papa. Kita berjuang lagi ya sampai kita bertemu di dunia ini"

"Kita kerja yuk nak. Jangan rewel ya"

Win mulai bekerja. Senyum Win begitu cerah. Aura papa hamil memang beda.

DI MARKAS

Bright sering melihat hpnya. Reka sering mengamati Bright. Bright seperti merasa kehilangan. Reka belum menyampaikan pesan dari Win.

"Gue dapat pesan dari Win"

Semua menatap ke arah Reka. Brina melihat Reka dengan tak senang.

"Katanya terima kasih udah mau jadi teman dia walaupun cuma sebentar"

"Dia udah tahu soal taruhan itu?" tanya Trio

"Udah"

Wajah Bright menunjukan keterkejutan. Dirinya belum memberitahukan kepada Win.

"Bagus deh kalau dia udah tahu" ucap Bright berusaha cuek.

Bright menatap pesan yang Win kirimkan. Foto profil Win pun sudah tidak ada. Bright memeriksa instagram Win. Win sudah tidak pernah upload fotonya selama 2 bulan.

Saat semuanya sedang terdiam, Reka kembali bicara.

"Win laki-laki spesial. Sekarang Win lagi hamil"

Semua menatap tak percaya.

"Gak usah bercanda lu"

"Gue beneran. Kemarin gue ketemu Win, udah sebulan kandungannya"

"Hah?"

"Hm"

"Bercanda lu gak lucu Ka"

"Ya udah sih kalau gak percaya. Gue cuma kasih tau aja sih. Kalian udah berhasil bikin anak orang rusak. Lanjutkan aja, gue tunggu korban selanjutnya"

Reka pergi meninggalkan Markas. Namun sebelum Reka pergi, Bright mencegah Reka.

"Gue mau bicara sebentar"

"Apa? Penting? Kalau gak gue pergi sekarang"

"Win hamil anak gue?"

"Menurut lu? Bukannya lu yang pertama buat Win"

Bright mengingat pertama kalinya Win sex dengan dirinya.

"Lu tau tentang keluarga Win?"

"Gak, kalau butuh cari aja ke rumahnya"

"Terima kasih"

Reka meninggalkan markas. Bright masih terdiam. Akhirnya Bright memutuskan untuk meninggalkan markas juga. Dia ingin ke rumah Win.

"Gue cabut dulu"

"Kemana?"

"Ada urusan"

Bright segera mengambil jaketnya. Brina sudah curiga Bright akan ke rumah Win. Brina mengirim pesan kepada Reka untuk minta alamat Win. Dengan sedikit ancaman, Reka memberikan alamat Win.

Bright sampai di rumah Win, tapi seperti tidak ada kehidupan. Bright menyapa satpam yang ada di sana.

"Maaf pak, Winnya ada?"

"Kamu yang menghamili aden Win? Kok kamu tega? Kamu masih punya muka cariin den Win?"

"Maaf pak, saya cuma temannya"

"Maaf Win aku bohong" batin Bright.

"Oh, den Win udah gak tinggal disini. Den Win diusir sama bapaknya"

"Hah"

Bright menunjukkan wajah terkejutnya. Dia tidak menyangka akan separah ini.

"Pak boleh saya bertemu orang tua Win?"

"Bapak sama ibu semenjak den Win gak ada jarang pulang"

"Kalau saya mau tau tentang Win, saya tanya ke siapa ya pak?"

"Ke pembantunya aja. Den Win dirawat sama pembantu dari kecil. Kalau kamu tanya orang tuanya, belum tentu orang tuanya juga tau"

"Boleh saya masuk gak pak?"

"Boleh, boleh. Silakan"

"Saya masuk dulu ya pak"

"Iya nanti tekan bell aja"

"Iya pak terima kasih"

Bright mulai menekan bell rumah Win. Pembantu rumah itu membukakan pintu untuk Bright.

"Ya cari siapa?"

"Saya mau bicara sama pembantu yang rawat Win"

"Kamu siapanya den Win?"

"Temannya"

"Oh masuk. Saya yang rawat den Win dari kecil"

Bright masuk mengikuti pembantu itu. Pembantu itu menyuruh Bright duduk di sofa. Sedangkan pembantu itu membuatkan minuman terlebih dahulu untuk Bright. Bright menatap sekitar, tidak ada foto Win.

Pembantu itu membawakan minuman Bright.

"Bu, kok gak ada foto Win ya?"

"Semua udah di lepas, saat bapak tau den Win hamil, pembantu semua suruh beresin yang berkaitan sama den Win"

"Ibu boleh ceritakan tentang Win gak bu? Saya penasaran"

"Gak banyak sih cerita den Win yang bahagia. Kalau yang sakitnya banyak banget"

Bright menatap pembantu itu.

"Dari kecil den Win dituntut biar jadi sempurna, bahkan anak seusia den Win dulu bermain den Win harus belajar. Itu juga terjadi sampai sekarang. Den Win gak punya teman setau saya. Kemarin-kemarin nilai den Win sempat turun sedikit, ikat pinggang bapak langsung turun tangan. Bapak pukulin punggung den Win. Kalau ibu paling ngelarang den Win makan"

"Sampai kemarin, den Win cerita, dia punya teman. Saya kaget. Tumben den Win punya teman. Ternyata mereka anak punk. Sudah saya ingatkan hati-hati. Saya gak mau den Win semakin terluka. Selama kenal anak punk itu, kelakuan den Win semakin menjadi. Walaupun nilai den Win gak turun, tapi den Win selalu pulang terlambat. Den Win kayak gak kapok kena ikat pinggang bapak"

"Paling parah waktu den Win ketahuan bolos, bapak sama ibu dengan tega masukin kepala den Win ke bak mandi. Setelah itu ditinggal. Badan den Win lemas. Sampai berdiri aja minta tolong dulu"

Bright menatap pembantu itu. Bolos? Dia yang ngajak Win bolos. Dia sex sama Win. Semua berputar di ingatan Win.

"Sudah sebulan ini den Win gak ada di rumah. Den Win hamil. Saya sayangkan banget, sebentar lagi dia lulus. Tapi dia hamil. Saya nangis, den Win bilang, bu temenin Win ya waktu lahiran nanti. Win gak punya siapa-siapa. Saya tanya yang hamilin kemana?"

"Tau gak apa yang bikin saya sakit hati? Cowok den Win sudah punya pacar. Dia gak mau ganggu hubungan orang"

Bright menatapa pembantu itu. Entah mengapa perasaanya gak tenang.

"Ibu tau dimana Win sekarang?"

"Ibu gak dikasih tau. Katanya den Win mau ngontrak rumah"

"Oh terima kasih bu"

"Sama-sama. Diminum dulu"

Bright meminum minuman itu dengan tak minat. Entah mengapa dirinya sekarang jadi kepikiran Win. Bright akan mencari Win.

° DIARY BRIGHTWIN °

Diary Hitam [ Bright x Win ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang