Diary Telulikur

3.5K 360 55
                                    

Win sudah dikebumikan bersanding dengan anaknya. Mama Win masih belum menerima kepergian anaknya dan cucunya. Semua orang sudah pulang, tinggallah Reka, mama dan papa Win. Reka menatap mama Win yang masih memeluk papan nama Win.

"Nak, kenapa kamu bawa cucu mama? Wajah cucu mama mirip banget sama kamu. Tapi kayaknya bibirnya ikut ayahnya. Dia ganteng banget nak"

"Maafin mama selama ini mama gak pernah perhatian sama kamu. Mama sayang sama kamu"

"Dulu waktu kamu lahir, mama sama papa kesusahan ekonomi. Kita gak mau kamu kayak kita Win, kurang pendidikan dan kesusahan. Tapi cara kita salah ya Win. Kita kehilangan anak kita. Win gak mau peluk mama? Dulu Win selalu bilang pengen sama mama. Pengen sama papa"

"Anak kamu wajahnya duplikat kamu banget. Mama masih gak percaya kamu pergi nak. Mama pengen ulang waktu dulu. Mama pengen timang kamu. Mama pengen nyanyiin kamu untuk pengantar tidur. Mama pengen jadi tempat pulang kamu. Tempat kamu curhat"

Mama Win mulai berdiri. Melangkah menuju kuburan di samping Win. Tangannya mengelus papan nama itu.

"Cucu oma. Gantengnya oma. Sekarang kamu sudah sama papa kamu ya di sana. Jagain papa kamu ya. Dia sedikit ceroboh. Maaf selama ini oma sama opa kamu gak pernah jenguk kamu. Maafin oma sama opa yang gak pernah jagain papa kamu. Sekarang oma sama opa titip papa kamu ya"

"Ma ayo pulang. Kita doakan ya mereka"

Mama Win mulai berdiri. Papa Win menatap Reka.

"Ka bisa bantu saya lagi?"

"Bisa om"

"Tolong bantu saya pindahin semua pakaian Win sama barang Win dari kontrakannya ya. Nanti tolong pindahkan ke rumah saya"

"Baik om, habis ini saya langsung ke kontrakan Win"

"Terima kasih ya nak"

"Sama-sama om"

"Saya pulang dulu"

Papa dan mama Win meninggalkan kuburan Win. Reka menatap kuburan Win dan anaknya.

"Win lu kenapa gak bertahan. Lu kemarin takut anak lu gak ada yang rawat, sekarang dia ikut lu Win. Lu ajak dia. Eh atau dedek yang gak mau pisah sama lu. Tenang disana ya Win. Maafin gue sama temen-temen brengsek gue ya. Maafin gara-gara kita lu jadi begini"

"Gue pengen lu hidup lebih lama Win. Biar gue yang gantiin Bright. Gue bisa bikin lu bahagia"

"Gue pulang dulu ya mau beresin pakaian lu. Sama mau kasih surat buat Bright"

"Tenang ya Win. Selamat jalan"

Reka mulai meninggalkan kuburan Win. Reka menyewa jasa angkut. Jika dia mengangkat semuanya sendiri. Dia tidak akan kuat.

Sesampainya di kontrakan Win, Reka mencari surat yang dimaksut Win. Surat dengan amplop coklat. Reka mengurus semua urusan Win. Reka menyusun baju-baju Win yang ada. Baju murah. Biasanya Win memakai baju bermerek.

Reka juga menemukan cutter di dekat kasur Win.

"Lu gila Win. Lu cowok tergila yang pernah gue temui. Seharusnya gue bisa jadi orang yang lu percaya. Seharusnya lu cerita semuanya ke gue. Gue gak tega lihat lu nyakitin diri sendiri"

Reka melihat foto Win dengan perut buncitnya sedang tertawa bahagia bersama Bright. Reka iri dengan Bright.

"Lu seharusnya bahagia Win. Lu seharusnya sekarang masih nuntut ilmu. Seharusnya lu gak kenal kita-kita yang brengsek ini"

Reka memasukan semua barang Win. Reka memasukan surat untuk Bright ke dalam sakunya. Jasa angkut yang disewa Reka sufah lagi datang. Reka hanya melihat orang-orang yang mengangkat barang. Pikirannya menerawang disaat pertama kali bertemu dengan Win. Menganggumi lebih dari 5 tahun.

Diary Hitam [ Bright x Win ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang