Diary Enem

2.7K 336 5
                                    

Hari berganti hari, Bright semakin dengan Win. Win juga semakin membangkang kepada orang tuanya. Tubuh Win tak pernah luput dari ikat pinggang ayahnya. Seolah-olah itu sudah makanan sehari-hari Win.

Hari ini Win membawa baju ganti. Bright kemarin mengirim pesan kepada Win untuk ikut membagikan makanan untuk anak jalanan.

Setelah pulang sekolah, Win langsung masuk ke dalam mobil jemputannya.

"Pak nanti Win turun di tempat biasa ya. Win mau bagi-bagi buat anak jalanan"

"Den sebaiknya cari teman yang lain ya. Mereka cuma kasih aden kesengsaraan. Bapak gak tega aden dipukulin terus sama bapak aden"

"Gak papa kok pak. Win udah kebal"

"Bapak cuma bisa bilangin. Mereka bukan anak baik-baik den"

"Pak gak boleh melihat dari tampilannya. Gak baik"

"Iya den. Ini sudah sampai"

"Terima kasih pak"

"Sama-sama den. Bapak tinggal ya"

"Iya pak"

Win segera mengirim pesan kepada Bright. Win yakin mereka sudah tidak di markas. Mereka sudah ke tempat pembagian.

Bright datang menjemput Win menggunakan motor. Entah motor siapa.

"Win ayo"

"Anak-anak udah kesana?"

"Udah. Tinggal lu aja"

"Oke. Ini motor siapa?"

"Bapak ojek dekat sana. Gue pinjam aja"

"Gila lu"

"Ya daripada lu jalan kaki"

"Berarti anak-anak tadi jalan kaki?"

"Iya. Cepat naik njing. Lama banget"

"Iya iya"

Win mulai menaiki motor itu. Bright menarik tangan Win agar memeluk pinggangnya.

"Pegangan, jatuh lu ntar"

"Iya iya"

Bright segera menjalankan motornya. Diperjalanan, Bright tertawa mendengar cerita dari Win.

"Gila temen lu. Jahil banget. Gue kira sekolah elit gak ada yang jail"

"Kata siapa? Mereka lebih jail. Nyebelin banget tau gak"

"Ya gue kira tuh anak sekolah elit taunya cuma belajar. Kayak lu"

Win terdiam. Dia berbeda dengan teman-temannya yang masih bisa menikmati hidupnya. Sedangkan Win hanya tau belajar dan belajar.

"Win bengong aja lu"

"Eh iya"

"Sudah sampai nyet. Gak mau turun lu? Keenakan meluk gue sih"

"Hah apa Bright?"

"Gak"

"Winnn" panggil Reka.

Rekanasa Wijaya. Dia sama seperti Win, tapi dia lebih berani. Dia keluar dari rumahnya. Sekarang di putus sekolah.

"Reka"

"Ayo kesana. Anak-anak udah kumpul"

"Oke"

Reka menarik tangan Win, sedangkan Bright merasa ada yang mengganjal tapi dia tidak tahu apa itu. Bright mengikuti Win dan Reka. Win menyapa semuanya.

"Hay"

"Hay Win" ucap Trio

"Hay"

Semua bersahutan menjawab sapaan Win. Bright tersenyum ke Brina. Brina membalas senyuman itu. Win tak menyadari itu karena dia asik berbicara dengan Reka.

"Ayo bagi-bagi sekarang aja. Keburu sore"

"Ayo"

Mereka semua berpisah. Sedangkan Bright sudah menarik tangan Win. Padahal Win ingin bersama Reka. Win sudah membawa sekerdus makanan.

"Bright jangan cepat-cepat. Jatuh nanti"

"Iya iya"

Bright mulai memelankan tarikannya. Mereka membagikan makanan kepada orang yang membutuhkan. Win dan Bright tertawa bebas.

Brakk

Terdengar banyak teriakan disana. Win dan Bright segera menghampiri banyak orang yang berkerumun.

"Misi misi"

Bright melihat Brina yang sudah terjatuh di aspal. Kepala Brina berdarah. Bright yang khawatir segera menggendong Brina. Win berusah mencari taxi.

"Bright ayo bawa ke taxi"

"Gue gak ada duit Win"

"Pake duit gue"

Bright segera membawa Brina ke taxi. Bright memangku kepala Brina. Sedangkan Win menatap Bright yang khawatir dengan tanda tanya. Apa hubungan mereka yang sebenarnya.

Sesampainya di rumah sakit, Bright segera membawa Brina ke IGD. Win hanya mengikuti. Bright begitu khawatir.

Dokter menghampiri Bright dan Win.

"Permisi, saya periksa dulu"

Dokter segera memeriksa tubuh Brina.

"Ini harus segera dioperasi. Takut ada gumpalan darah diotaknya"

"Lakukan segera dok" ucap Win

"Baik"

Dokter itu segera meninggalkan Brina untuk menyiapkan segala urusan operasi.

"Win, tapi operasi mahal"

"Gak papa. Gue ada tabungan kok"

"Tapi gue sama Brina gak bisa gantinya"

"Gak usah diganti"

"Beneran?"

"Iya. Yang penting Brina sembuh"

"Terima kasih Win"

"Sama-sama. Gue ke admistrasi dulu buat bayar"

"Oke"

Win segera meninggalkan Brina dan Bright. Win membayar lunas semuanya. Bahkan Brina akan ditempatkan di kelas pertama.

"Bright udah lunas, gue pulang dulu ya. Maaf gak bisa nemenin"

"Iya gak papa. Maaf gak bisa antar lu"

"Gak papa kok. Santai aja. Gue balik dulu"

Win segera meninggalkan Bright. Win sudah terlambat pulang lagi.

Sesampainya di rumah, Win disambut dengan dorongan dari mamanya. Kepala Win terbentur meja yang ada. Pusing mendera kepala Win.

"Kamu gak tau diuntung ya Win, disekolahkan mahal-mahal malah main sama anak berandalan gak jelas. Kamu bikin malu tau gak"

"Mereka baik ma"

"Kamu gak usah berteman lagi sama mereka"

"Ma"

"Gak ada bantahan. Pergi ke kamar kamu dan jangan kemana mana lagi"

Win melangkahkan kakinya menjauh dari mamanya. Dia tak bisa melawan. Kepala Win terasa pusing. Tanpa mengobati kepalanya, Win tertidur. Badannya terlalu lelah.

° DIARY BRIGHTWIN °

Diary Hitam [ Bright x Win ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang