《14》

1.1K 134 6
                                    

Chan melihat sepasang cincin yang dia beli saat itu. Dengan cepat dia melajukan mobilnya pulang ke rumahnya.

Senyuman itu terlihat di bibir Chan sepanjang perjalanan pulang. Sampai pada saat pintu besar itu di buka.

"Anak ibu sudah pulang" kata sang ibu sambil mendekat ke arah Chan. Dia langsung membenahi jas sang anak.

"Ibu ayah di mana?" Tanya Chan pada sang ibu. Wanita itu tersenyum lalu dia menuntun Chan masuk.

"Tentu ayah mu sekarang sudah di kamar, setelah kau menggantikannya dia menjadi pria itu pemalas" kata wanita itu. Chan terkekeh mendengar semua itu.

"Aku ingin berbicara hal yang serius dengan kalian. Ini berkaitan dengan hidup ku" kata Chan, mendengar itu tiba-tiba sang ibu berbalik.

"Ada apa nak? Apa seserius itu?" Tanya wanita itu.

🌹

"Dia berbohong Chan!" Teriak pria itu. Chan langsung menggeleng, dan dia memberikan sebuah berkas pada sang ayah.

"Ini pasti palsu, dia telah membohongi mu" kata pria itu sambil membuang berkas itu.

"Ayah aku melakukan tes DNA ini tanpa di ketahui Minho, jelas dia telah mengandung anak ku" kata Chan sambil mengambil berkas itu di lantai.

"Aku tidak akan merestui mu, lagipula aku sudah menjodohkan mu" kata pria itu dengan kesal. Chan menghela napas.

"Dia menderita karena aku, tolong jangan seperti ini ayah" kata Chan berusaha memohon pada sang ayah.

"Benar Chan, jangan lakukan itu. Pria itu tengah membohongi mu. Dia bukan pria yang baik" kata sang ibu berusaha membujuk Chan.

"Sudah cukup, apapun yang terjadi aku akan menikah dengan Minho. Aku pergi" kata Chan dengan kesal lalu dia pergi dari sana.

"BANG CHAN!!" Teriak pria tua itu melihat kepergian sang anak.


🌹🌹🌹

Chan menangis di perjalanan, dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Untuk pertama kalinya dia menentang kedua orang tua nya.

"Aku tidak ingin membuat kesalahan" kata Chan. Pria itu tiba-tiba ingat dengan kakaknya.

"Kakak aku tidak akan membuat Minho sama seperti mu" kata Chan sambil menyeka air matanya.

Chan dengan cepat turun dari mobil, dia berlari ke tempat tinggal Minho. Namun saat dia sampai, pintunya di kunci dan tertulis kamar kosong.

"Tidak, Minho" pria Bang itu menjongkok sambil memegang wajahnya.

"Kenapa kau pergi lagi" kata Chan tidak percaya. Dia tidak tahu apa yang Minho pikirkan saat itu.

Saat keputusasaan itu datang padanya, tiba-tiba telepon milik pria itu berdering.

"Tuan Chan, aku menemukan dia" Mendengar itu membuat Chan memiliki sebuah harapan.

"Aku akan segera ke sana" kata pria itu lalu dia berlari ke mobilnya.

Chan duduk di depan halte itu, dia berusaha menunggu bis tepat Minho akan turun.

Di tangan pria itu terlihat sebuah kotak berisi cincin yang baru saja dia bawa. Chan mendongkakan wajahnya saat melihat sebuah bis yang berhenti di sana.

Banyak sekali penumpang yang turun, membuat halte itu menjadi berkerumin. Namun Chan bisa melihat Minho turun dari sana sambil membawa koper. Namun Minho tak menyadari Chan ada di sana.

Saat pria itu pergi, Chan langsung memegang tangan milik Minho. Pria itu membalikkan tubuhnya, matanya benar-benar berbelalak melihat Chan ada di sana menatapnya berkaca-kaca.

"Kenapa kau.." kata Minho terhenti saat Chan memeluknya. Dia memeluk Minho dengan erat tanpa memerhatikan sekeliling.

"Kenapa kau pergi?" Tanya Chan sambil menangis. Minho melihat semua orang tengah memerhatikan mereka.

"Mungkin mereka tengah bertengkar" Minho memutar bola matanya mendengar itu. Dia lalu mencoba melepaskan pelukan Chan.

"Katakan kenapa kau pergi? Apa karena aku?" Tanya Chan sambil menatap pria itu. Minho masih melihat ke sekeliling, semua orang benar-benar memerhatikan mereka.

"Tidak, aku hanya ingin pindah" kata Minho berusaha untuk pergi dari sana.

"Aku pikir mereka baru menikah"

"Hmm orang hamil itu sangat galak"

Minho berjalan dengan cepat untuk pergi dari sana. Mendengar ucapan orang-orang itu membuat Minho semakin kesal.

"Minho dengarkan aku" Chan berusaha membujuknya. Dengan cepat pria itu menangkap Minho dengan memeluknya dari belakang.

"Tunggu" Chan menangis di bahu pria itu, jujur Minho benar-benar malu. Semua orang yang lewat melihat mereka.

Sambil menghela napas, Minho mencoba melepaskan tangan Chan.

"Jangan tinggalkan aku" kata Chan lagi.

"Baik-baik aku tidak akan pergi, lepaskan dulu kau membuat ku malu" kata Minho. Chan menurut dia langsung melepaskannya.

"Isss jangan menangis" kata Minho kesal, lalu dia mencoba mengusap air mata pria itu.

"Kau akan pergi ke mana?" Tanya Chan saat melihat Minho duduk tanpa menatapnya di dalam mobil.

"Tidak tahu" jawab Minho sarkas.

"Kita akan menikah, jadi jangan pergi ke mana-mana" kata Chan. Minho lalu menatap pria itu sinis.

"Siapa yang kau menikah dengan mu ? Jelek" kata Minho. Chan terkekeh mendengarnya.

"Kau mau kan? Tidak apa kau memanggil ku jelek, tapi kau sangat manis" Minho seketika panas mendengar itu.

"Kau malu?" Tanya Chan melihat Minho memalingkan wajahnya.

"Hai!!" Teriak Minho, Chan lalu terkekeh mendengar itu.

"Apapun yang terjadi kita harus menikah, demi bayi kita. Walaupun orang tua ku tidak merestuinya. Aku juga sudah berjanji pada ayah mu" kata pria itu.

"Sebaiknya kau tidak melakukannya" kata Minho. Namun Chan menggeleng.

"Tidak, jangan hiraukan mereka. Nanti pasti mereka bisa menerima mu" kata Chan sambil tersenyum dan mengusap rambut pria itu.

"Kau mau kan Minho?" Tanya pria itu. Entah kenapa Minho mengangguk, jujur dia juga sangat sulit saat itu.


Chan menggandeng tangan Minho menuju ke dalam hotel itu. Setelah acara pernikahan mereka selesai dilakukan di gereja artinya mereka sudah resmi menikah.

"Maaf kita sementara tinggal di sini" ujar Chan membawa Minho duduk di sofa itu.

"Tidak akan terjadi apapun kan?" Tanya Minho sambil melepaskan tangan Chan. Pria Bang itu tersenyum lalu dia duduk di samping Minho.

"Tidak Minho, mungkin orang tua ku belum merestuinya. Tapi aku yakin mereka pasti akan menerimanya nanti" kata Chan dengan penuh percaya diri.

Mendengarnya Minho agak merasa lega, dia kemudian menatap ke sekeliling.

"Kenapa apa kau tidak merasa nyaman?" Tanya Chan saat melihat Minho berjalan ke arah jendela. Minho menghela napas, saat dia di sana dia benar-benar ingat bagaimana dulu dia bertingkah bejat dengan orang-orang.

"Aku merasa malu" gumam pria itu sambil menunduk. Mungkin jika Minho bertobat dari dulu, maka hal ini tidak akan terjadi padanya.

"Aku bersama mu, kau jangan khawatir" Chan berjalan dan berdiri di sampingnya. Minho kemudian menatap pria itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mata mu sangat indah Minho" kata Chan sambil menatap mata besar milik pria yang menjadi istrinya itu.




TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

RED ROSE | BANGINHO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang